Sekar POV
*Mohon dengan bijak ketika membaca, karena di episode ini ada bagian-bagian yang sebaiknya dibaca oleh pembaca usia matang*
Sore ini aku putuskan buat pulang ke rumah yang disediakan Bu Ajeng, mertuaku, ibunya Mas Nehan. Sebenarnya aku tahu kehadiranku diantara Mbak Rumi dan Mas Nehan membuat hubungan mereka berubah. Tapi ini harus aku lakukan. Untuk membuat aku tahan menghadapi semuanya, satu-satunya cara adalah dengan bersikap dingin dan tidak peduli.
Janji Ibu untuk menyekolahkan aku sampai ke luar negeri benar-benar membuatku tergiur, meskipun aku anak yatim piatu, aku juga ingin membuktikan kalau aku bisa sukses. Belum lagi permintaan Lek Broto yang selalu diucapkan berulang-ulang.
"Jangan lupa, aku yang meminta Yu Ajeng buat nikahin kamu sama Nehan, jadi kalau kamu dapat apapun dari keluarga itu, kamu harus ingat jasa-jasaku."
Sejak kecil aku sudah biasa mandiri. Orang tuaku meninggal ketika aku masih belia. Keluarga Mas Nehan merupakan kerabat jauh orang tuaku. Dan Bu Ajeng adalah orang yang selalu aku anggap sebagai ibu karena begitu perhatian padaku.
Sebenarnya orang tuaku meninggalkan cukup harta untuk menunjang hidupku sampai lulus kuliah, tapi semua pengelolaan dipegang oleh Lek Broto.
Selama ini aku selalu menolak untuk menghadiri acara keluarga karena malu dan tidak percaya diri, aku tidak mau dianggap menjadi benalu dan memanfaatkan kebaikan Bu Ajeng.
Tapi semua berubah ketika Lek Broto bilang kalau ibu ingin tambah menantu, karena menantunya yang sekarang tidak bisa memberi keturunan.
Semula aku menolak mentah-mentah saran Lek Broto. Buat apa aku melakukan hal bodoh seperti itu, jika tanpa merusak kehidupan rumah tangga orang lain aku bisa hidup dengan layak, lagi pula cita-citaku hanya satu, lulus kuliah dengan predikat terbaik.
Dengan caranya yang halus Lek Broto makin sering mengajakku mengunjungi Keluarga Mas Nehan. Aku dan ibu jadi sering berbagi cerita. Bagaimana pandangan ibu pada menantunya, bagaimana sikap anaknya, terus terang hal itu membuat aku tertantang untuk menaklukkan Ibu Ajeng yang kolot dan sering meremehkan orang lain karena derajat dan kedudukan.
Aku sangat mengagumi Mbak Rumi sejak pertemuan pertama kami. Dia seorang wanita yang cerdas, memiliki kepribadian yang tenang dan kuat, hanya kurang beruntung saja bertemu dengan mertua modelan Bu Ajeng.
Dengan banyak pemikiran dan pertimbangan untung rugi yang akan aku dapatkan, akhirnya aku memutuskan oke, toh aku tidak akan merawat anak yang kukandung, yang penting aku bisa sekolah ke luar negeri. Sebuah pemikiran naif yang baru aku sadari kalau keputusanku adalah sebuah kebodohan.
Ada satu hal yang aku remehkan ketika aku mengambil keputusan. Sesuatu yang waktu itu sudah diingatkan Mbak Rumi, yaitu fluktuasi hati. Aku pikir aku tak akan pernah tertarik pada seorang Nehan Nawang Nugroho, tapi aku salah, aku telah jatuh sesaat setelah laki-laki itu memasuki kamar tamu untuk tidur denganku.
...***...
Malam itu mas Nehan memasuki kamarku dengan raut wajah ditekuk, menakutkan dan tidak ramah. Aku sudah membayangkan akan di rudapaksa oleh suamiku sendiri.
Sehebatnya aku berakting berani dan sok kuat, tanganku tetap gemetar dan berkeringat dingin, karena ini akan menjadi pengalaman pertamaku.
"Kamu takut?" ucapnya sambil berjalan mendekat.
"Sama sekali tidak," padahal tanganku penuh keringat dan tubuhku bergetar.
"Harusnya kamu memikirkan hal ini sebelum memutuskan untuk bersedia menikah denganku," Mas Nehan duduk disisi ranjang, menggeser tubuhnya perlahan dan makin dekat.
Dia meraih tanganku, ternyata tangannya hangat. Meskipun wajahnya menampilkan ekspresi dingin, aku yakin dia laki-laki berkepribadian baik.
"Kita akan melakukan hal ini hanya sekali, berdoalah kamu akan langsung mengandung, karena aku tidak akan mau melakukannya lagi denganmu."
Mulutku terkunci, entah kemana perginya kemampuanku bicara dan mendebat. Ketakutanku lebih dominan daripada bayangan tentang indahnya malam pertama.
Tangannya menyentuh rambutku, membelai dan mengecup dahiku sekilas.
"Bagaimanapun kondisi kita, kamu juga istriku, meskipun aku melakukannya tanpa melibatkan perasaan, aku pastikan kamu tidak akan merasa kesakitan."
Dia mencium bibirku. Hmmm, aku menikmatinya, sangat... Jiwaku melayang, meskipun dia bilang ini dilakukan tanpa melibatkan perasaan, paling tidak dia melakukannya dengan lembut.
Tangannya menyentuh tubuhku di tempat-tempat yang belum pernah disentuh siapapun kecuali aku sebelumnya. Ah...begini rasanya, nikmat...indah. Aku pejamkan mataku, menikmati tiap detik sentuhan tangan laki-laki yang sebentar lagi akan merenggut kesucianku, suamiku...
Rasa yang tidak aku kenali mendera, tiap jengkal dari tubuhku bereaksi dengan hebat, bergetar, gemetar, tulangku rasanya luluh lantak.
"Rupanya ini pengalaman pertamamu juga?" ucapnya berbisik di telingaku. Aku hanya bisa mengangguk, karena bibirku tak memiliki daya untuk menjawab.
"Bagus," dia tersenyum.
Bibir kami kembali saling pagut, ciuman kami makin dalam. Tubuhku menggeliat, tanpa aku sadari tanganku pun menyentuh seluruh bagian tubuhnya.
Ketika dia melepaskan ciuman kami, aku merasa kehilangan. Wah sialan...ini akan menjadi candu yang akan terus kudamba. Dia berdiri di depanku melepas pakaian yang dipakainya.
Tangannya terulur memintaku berdiri berhadapan. Mas Han kembali menciumi ku. Kelihaiannya luar biasa, hanya dalam hitungan detik semua kain yang menempel pada tubuhku tidak ada lagi ditempatnya. Maafkan aku mbak...kalau nanti aku akan melakukan apapun untuk merasakan sensasi ini lagi.
Mungkin aku punya bakat untuk menjadi wanita ******, aku sama sekali tak merasa malu berdiri tanpa penutup di depan lelaki yang tak begitu ku kenal meskipun ada label suami padanya.
Dia mendekat, tubuhku diraih dan digendongnya menuju ranjang. Ada sesuatu yang menonjol tersentuh tanganku di bagian bawah tubuhnya. Aku senang, dia bergairah padaku.
Waktu aku kembali berbaring di atas ranjang, Mas Han tak lagi membuang waktu, dia melepas sisa baju yang masih dipakai dan dengan sekali hentakan dia memasuki tubuhku.
"Arghh," jeritku tertahan, aku mencengkeram lengannya.
"Sakit."
"Tahan sebentar, sakitnya tidak akan lama," tubuh Mas Han bergerak perlahan, sesekali dia berhenti ketika cengkeraman ku mengeras di lengannya.
Benar juga yang dia katakan, sedikit demi sedikit sakit yang kurasa menghilang. Sekarang aku bagai terbang ke langit ke tujuh, surga dunia. Aku mengikuti gerakan tubuh suamiku, tidak menolak apapun yang diinginkannya, aku yakin Mas Han juga menikmati permainan kami. Aku akan buat kamu tidak bisa melupakan malam ini mas.
Baiklah, ikuti instingmu Sekar, meski ini pengalaman pertama, kamu tak selugu kelihatannya. Praktekkan apa yang kamu pelajari dari video yang kamu lihat sebelum menikah.
Detik berikutnya aku yang menguasai permainan. Meskipun sedikit kaku, tapi Mas Han tidak menolak ketika aku mengubah posisi dalam percintaan kami. Entah berapa lama kami bergulat, waktu tak lagi penting untuk diingat. Kami saling menikmati, memberi dan menerima. Ternyata dia laki-laki yang hebat untuk urusan percintaan, dan aku perempuan ****** yang menginginkan lebih dan lebih.
Disaat kami mencapai nirwana, semua yang aku rasakan hancur waktu dia menyebut, "mmm, Rum...," tubuh kami begetar hebat bersamaan. Sedangkan hatiku hancur, rasa yang tadi kuagungkan hilang seketika, dan baru kusadari, sejak awal hingga akhir Mas Han sama sekali tidak menatap mataku.
...***...
Episode ini khusus buat Sekar meluapkan rasa hatinya ya...
Selamat membaca readers, hati-hati waktu membaca episode ini ya
Efek samping setelah membaca tidak menjadi tanggung jawab penulis hehehe...😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Uthie
dalam hubungan segitiga, selalu ada hati yg tersakiti..
2022-01-22
1
Masiah Cia
iiiih kasian nanti rum kalau Han lebih perhatian dan cinta sama Sekar apa lagi rum TDK di sayang sme mertuanya dan akhirnya Sekar berubah pikiran ingin mengamankan posisinya
2022-01-13
1
Ish_2021
pertama
2021-12-17
0