Episode 7

Aku duduk di salah satu sudut ruangan. Mas Han duduk bersisihan dengan pengantin wanitanya. Sebuah kerudung putih, disampirkan diatas kepala keduanya.

Mas Han memandangku lekat. Tatapannya sama sekali tidak beralih dari tempatku duduk, aku juga melakukan hal yang sama. Ibu duduk di barisan depan. Lek Broto duduk tepat di belakang mempelai. Bapak duduk di sebelahku.

Aku berusaha memberi senyum termanis, tapi semua buyar ketika penghulu menggenggam tangan suamiku dan melafalkan bacaan ijab kabul. Aku menundukkan wajah, menutup mata dan menahan agar air mataku tidak luruh.

Setelah penghulu mengucapkan ijab aku dengar suara Mas Han mengikuti.

"Saya terima nikah dan kawinnya Rumi Lika Santika binti Harso dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.”

Apa? Aku mengangkat wajahku, mataku kembali menatap ke arah Mas Han. Apa itu tadi?

"Mas, nama pengantin wanitanya keliru mas," ucap penghulu.

Mas Han seperti tidak peduli. Kami kembali saling pandang, aku tak tahu harus bagaimana. Bapak yang duduk di sebelahku berbisik, "dasar Nehan, apa dia ingin mawar beracun milik bapak marah?"

"Bagaimana ini pak, nanti ibu mengira saya yang suruh."

"Biar saja, Nehan tahu bagaimana mengatasi ibunya."

Ketika aku tidak sengaja melirik ke arah ibu, ternyata ibu beneran melotot kearah ku, maaf Bu, bukan salahku, aku tak meminta Mas Han melakukan ini.

"Kita ulangi lagi ya mas," aku dengar Pak penghulu bicara, "ingat nama pengantin wanitanya Sekar Lalita binti Sumo."

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Nehan Nawang Nugroho Bin Nugroho dengan ananda Sekar Lalita binti Sumo dengan maskawinnya berupa emas seberat 50 gram dibayar Tunai.”

"Saya terima nikah dan kawinnya Rumi Lika Santika binti Harso dengan maskawinnya yang tersebut, tunai"

"loh...loh...loh, gimana ini mas, masih salah, kita ulang sekali lagi ya."

Mas Han masih menunjukkan ekspresi yang sama, memandangku lekat. Ibu mulai tidak sabar, duduknya kelihatan tidak nyaman. Yang membuat aku takjub adalah sikap Sekar yang tetap tenang dan tidak terpengaruh. Senyum masih juga menghiasi wajahnya. Dia benar-benar wanita luar biasa.

Aku memberi kode pada suamiku. Aku memberi senyum termanis, sambil menggerakkan bibir tanpa suara, "it's okay, kali ini lakukan dengan benar ya."

Mas Han tampak menarik napasnya berat dan dalam, gerakan dadanya sangat kentara. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah penghulu yang menunggu mas Han menyiapkan diri.

"Kali ini harus benar ya mas, kasihan pengantin wanitanya menunggu, pasti sampeyan juga ndak sabar to."

Tahan emosi mas, jangan terpancing, itu penghulu kenapa juga ngomong gitu.

Beberapa tamu mulai berbisik, "padahal pengantinnya cantik lo, gimana sih Nehan."

"Katanya juga masih keturunan ningrat yu."

Aku sengaja berdehem agar mereka tahu diri.

"Eh, mbak Rumi ya, hehehe," kikuk kan, keduanya saling senggol.

"Kita ulangi ya, ini yang terakhir."

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Nehan Nawang Nugroho Bin Nugroho dengan ananda Sekar Lalita binti Sumo dengan maskawinnya berupa emas seberat 50 gram dibayar Tunai.”

"Saya terima nikah dan kawinnya Sekar Lalita binti Sumo dengan maskawinnya yang tersebut, tunai"

"Bagaimana saksi, sah...?"

"Sah...,"

Bumi di bawah kakiku serasa amblas. Kakiku seperti tak memiliki pijakan. Badanku ringan bahkan terasa melayang. Air mataku luruh perlahan, aku gagal menahannya sekuat apapun aku mencoba, ternyata keinginan untuk menunjukkan keberadaannya lebih kuat.

Aku berdiri, berjalan terhuyung meninggalkan ruang pernikahan. Membawa kakiku menuju taman tengah milik bapak. Aku berjalan diantara mawar, aku ambil setangkai dan aku tusukkan durinya tepat di jari telunjuk.

"Ndoro putri kenapa berdiri di tengah taman begitu," suara Mbok Nah membawaku kembali pada kenyataan.

"Loh...loh, ndoro putri nangis?"

Mbok Nah, aku hanya menangis bukan pingsan, aku sudah berlakon cukup baik bukan?

"Iya, ini mbok kena duri?" jawabku sambil menunjukkan jariku yang berdarah.

"Haduh, ndoro...saya bisa kena semprot ndoro sepuh sama ndoro Kakung ini, ayo sini."

Mbok Nah menghampiri dan memintaku untuk duduk di bangku taman, "tidak apa kalau mau nangis, tidak usah menusuk duri begini, kasihan jarinya sakit."

Aku tersenyum, tapi sialnya senyum tidak mampu menutupi mendung yang bergelayut di wajahku. Ternyata air mata memang tak pernah bisa diajak berdusta.

"Saya baik-baik saja mbok," Isak kecilku mulai terdengar.

Kenapa aku harus terisak. Aku yang minta buat Mas Han menikah lagi bukan?!

"Rum...Rum," suara Mas Han keras terdengar. Dengan gerakan cepat aku memalingkan wajah dan menghapus air mata dari pipiku.

"Kamu kemana saja, aku mencarimu tahu!" wajah Mas Han pucat, napasnya terengah.

"Aku disini dari tadi," jawabku berusaha untuk tetap tenang.

"Kamu kenapa keluar dari acara, Mas?" tanyaku setelah Mbok Nah pamit undur diri.

"Karena aku tidak melihatmu Rum, aku baru memalingkan wajahku sebentar tapi kamu sudah menghilang."

"Hehe...menghilang kemana? orang aku disini dari tadi."

"Mas...Mas," kali ini ada suara perempuan yang tidak kukenal memanggil, " Mas Han," ketika nama suamiku yang disebut, aku secepat kilat melihat kearah asal suara, Sekar...

"Mas kamu dicari."

"Biar."

"Mas Han disini," jawabku. Sekar menghampiri aku dengan langkah cepat.

"Mas, dicari ibu, kata ibu ada kerabat yang ingin menyapa," wanita ini sama sekali tidak melihat kearah ku.

"Kamu saja yang menemui," jawab Mas Han membuang muka, "Rum, kamu capek kan, ayo kita istirahat."

"Mas, ada Sekar," kasihan kalau wanita ini kena damprat ibu gara-gara Mas Han.

"Biar saja, biar dia ditemani sama ibu. Kan yang meminta dia menikah bukan aku tapi ibu," Mas Han berjalan meninggalkan kami.

"Rum, ayo...aku capek."

"Maaf ya, nanti aku akan bilang Mas Han, kamu kembali ke acara, Mas Han akan menyusul sebentar lagi."

Sekar mengangguk, dia hampir melangkah ketika ternyata berhenti dan berpaling menghadapku lagi, "saya minta mbak mengerti ya, bukan maksud saya untuk meminta perhatian, tapi biarkan suami kita menunaikan kewajiban sesuai tempatnya, permisi."

Apa...apa dia bilang? suami kita? Memang benar dia suami kita, tapi kenapa hatiku terasa ada yang aneh. Seperti ada yang perih di dalam.

Ah, sudahlah, lebih baik menemui Mas Han yang sedang mode merajuk.

"Mas," aku menyentuh lengan suamiku, "kamu mau aku dimarahi ibu, karena sikapmu ini, hah?"

"Sini kamu," diraihnya tubuhku dengan sekali gerak, aku terjatuh diatas tubuh Mas Han, "aku cuman ingin berdua denganmu disini, ibu tidak akan tahu aku ada dimana."

"Mas..., lihat saja sebentar lagi pasti ada yang mengetuk pintu," ucapku.

"Han," ternyata aku keliru, kali ini tidak ada yang mengetuk pintu, tiba-tiba saja ibu sudah berada dalam kamar.

"Kamu jangan manja Rum, jangan minta Han untuk bersamamu terus, hari ini adalah hari pernikahan Han dan Sekar."

"Tapi saya tidak__..."

"Halah, sudah, ndak usah cari-cari alasan, buktinya dia disini kok," dibelakang ibu berdiri Sekar, meskipun dia hanya diam tapi kehadirannya sangat mengintimidasi.

"Bukan salah Rumi, Nehan yang mau di kamar saja," Mas Han berdiri, mencium keningku, "jangan kemana-mana," kemudian dia berlalu keluar kamar.

Ketika Sekar berusaha meraih tangannya, Mas Han menampiknya, ibu langsung berteriak, "Han gandeng tangan Sekar, dilihat orang."

Tanpa membantah Mas Han meraih tangan Sekar dengan kasar, tanpa melihat wajahnya, Mas Han berjalan cepat membuat langkah Sekar sedikit terseret. Pemandangan yang mampu membuatku sedikit tersenyum. Ternyata aku masih pelakon utama di kebun milikku.

Ah, bapak. Aku berjalan lagi ke taman tengah. Bapak sedang duduk menikmati kudapan dan teh poci. Aku mendekat dan duduk di salah bangku berhadapan dengan bapak.

"Pak," sapaku.

"Kamu kemana, tadi waktu akad masih duduk di sebelah bapak. Eh...tiba-tiba menghilang."

Aku menunduk malu tapi tetap berusaha tersenyum.

"Kamu boleh menangis Rum, itu wajar. Kalau kamu tidak sedih, bapak malah heran, kamu cinta apa tidak sama anak bapak?"

"Bapak, Mas Han itu segalanya buat Rumi, bagaimana bapak bisa ngomong seperti itu?"

"Yah, kan...kamu kelihatannya tenang sekali."

"Saya tidak harus menunjukkan betapa hancurnya saya pak, buat apa, ini keputusan saya yang ambil kok."

"Iya, biar ibumu senang, iya...kan?!"

"Tapi apa sikapmu ini bisa menyenangkan hati mawar beracun itu?"

"Ehm, semoga pak," jawabku. Kalaupun tidak, yang penting aku sudah berusaha.

"Rummm..." suara ibu, sedang berteriak mencariku.

"Nah, itu dia nyari kamu, sudah sana."

Aku bergegas menghampiri ibu sambil tersenyum meninggalkan bapak, "Njih Bu."

"Enak saja kamu nyantai disini, ayo ke dapur."

...***...

Semangat Rum, dunia ini memang kejam.

Kamu tidak sendiri.

Wanita harus kuat, meskipun buatmu sepertinya memang masih butuh proses.

Terimakasih yang sudah mampir dan baca, Jan lupa like and komen ya.

I lope U all

Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari segala macam bencana dan mara bahaya.

Terpopuler

Comments

Erda Susanti

Erda Susanti

semoga mb' rum ttap tbah
dan semoga nehan ttap tgas

2022-01-12

0

Masiah Cia

Masiah Cia

semoga hati nehan tidak berubah hati dan cinta nya hanya rum

2022-01-12

1

Ish_2021

Ish_2021

thank U apresiasinya ya 👍😊

2021-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!