Episode 15

Mas Han meninggalkanku dalam kamar, dia bilang akan mencari Sekar untuk diminta bersiap-siap pulang. Dia tidak mau lagi menunggu.

Setelah semua siap. Kami berpamitan pada ibu dan bapak. Bapak menepuk tanganku hangat, "yang sabar Rum."

Aku tidak berani menjawab, karena ibu sedari tadi melotot padaku.

"Kowe musti apik marang Sekar, Rum. Aja marai Sekar stress, nek bocahe stress mundak ora bisa ndang ngandhut, ngerti Kowe?" (kamu harus baik sama Sekar, Rum. Jangan membuat Sekar stress, kalau anaknya stress jadinya nanti tidak bisa segera hamil, mengerti kamu?)

"Injih Bu."

Mas Han membawa tas kami, sedangkan Sekar membawa tasnya sendiri, "Han, bawakan itu tasnya Sekar, kamu bagaimana sih? istri kok disuruh membawa tasnya sendiri?! teriak ibu mengagetkan kami semua.

"Kalau kamu ndak bisa membawakan biar Rumi yang membawa tas kalian."

Mas Han berhenti, aku lihat dia menghela napas. Mendekati Sekar dan meminta tas anak itu, "sini tas nya," pinta Mas Han dengan ekspresi datar.

"Nggak__."

"Jangan menolak, kamu mau membuat masalah ini jadi panjang?" ucap suami ku tidak suka.

"Terimakasih ya suami..." anak itu menyerahkan tas nya sambil tersenyum manis, atau...senyum penuh kemenangan? entahlah...

"Silahkan ndoro putri," Pak Dul mempersilahkan aku masuk, tapi dari belakang Sekar mendahuluiku.

"Aku masuk dulu ya mbak, Bu...Sekar pulang dulu ya," Sekar melihat ibu sekilas kemudian masuk dalam mobil.

Aku lihat ibu menggaguk dan melambaikan tangan, coba kalau aku yang seperti itu, pasti ibu sudah ceramah sama aku.

Suasana dalam mobil pun sama, aku menghindari banyak bicara, wajah mas Han juga ditekuk, Sekar tenang duduk sambil melihat keluar jendela.

"Silahkan masuk," aku menunjukkan kamar tamu yang akan di tempati sekar selama entah berapa hari. Nanti akan aku bicarakan lagi dengan mas Han berapa lama anak itu menginap.

"Ini kamarmu untuk malam ini."

"Modelnya sama, penempatan ruangnya sama, mbak, sekedar ingin tahu ya, apa ada yang berbeda antara rumah ini dan rumah yang ditinggali ibu dan bapak?"

"Semuanya sama," jawabku singkat.

"Mbak hanya pajangan ya di rumah ini?"

"Terserah kamu mau bilang apa, aku tidak tahu apa hubunganmu dengan keluarga Mas Han, berapa tahun kamu mengenal mereka, tapi yang jelas kamu tidak tahu apapun tentang hidup kami. Jadi lebih baik kamu diam, laksanakan tugasmu dan pergi dari kehidupan kami."

Sekar tersenyum, "aku pasti melaksanakan tugasku dengan baik mbak, memuaskan suami kita, kan?!" aku mengepalkan tanganku, aku bingung dengan anak ini, kadang dia membela kami kala di depan ibu, tapi ada waktu dimana aku merasa dia begitu menjatuhkan, aku utamanya.

"Aku tinggal, kamu istirahat saja dulu."

Aku masuk kamar, Mas Han sedang rebahan di atas ranjang, "mas kamu harus pikirin, dimana anak itu tinggal setelah ini."

"Sudah ada, ibu sudah siapkan semuanya, dia tinggal disini hanya untuk beberapa hari, setelah itu aku akan antar dia ke rumah yang akan jadi miliknya setelah dia melahirkan."

"Aku iri sama anak itu, dia baru menikah tapi ibu begitu memperhatikan semua kebutuhannya."

"Kamu nggak perlu merasa iri seperti itu Rum, kamu dan Sekar memang sama tidak punya ayah, tapi paling tidak kamu masih punya ibu yang begitu memperhatikan kamu, meskipun ibu kamu tinggal jauh."

"Iya bener juga, ada saat dimana aku suka sama ana itu, tapi disaat yang lain aku sebel, kalau ngomong kaya orang kentut gak pake otak, kalau bisa aku kirim ke bulan, aku kirim tuh anak."

"Ha...ha...ha, Rum nanti jangan tidur dulu, aku tidak pernah berdua dengan wanita lain sebelumnya."

"Cih, manusia itu punya insting liar mas, apalagi laki-laki, nanti kalau mas ada di dalam kamar cuman berdua pasti bisa langsung ngelakuin itu."

"Enak saja kamu kalau ngomong, Rum. Memang suamimu ini laki-laki macam apa Rum."

"Laki-laki normal mas."

...***...

Malam ini gelap hadir lebih awal. Sunyi mengisi ruang-ruang di rumah yang luas ini. Aku berjalan keluar menuju taman tengah. Ketika aku menengadah, rembulan pun malu menunjukkan wajahnya. Gemintang yang biasanya ramai menghidupkan malam, sekarang hanya beberapa yang berani berkedip mengirim cahaya.

Mas Han sudah masuk ke kamar anak itu sejak beberapa saat yang lalu. Aku seperti inang yang memberi nutrisi pada seorang perawan muda yang haus akan harta. Aku sendiri tak tahu yang aku lakukan ini akan memberiku kebahagiaan atau malah akan menarikku pada kubang siksaan nurani yang makin dalam.

Beberapa abdi mengawasi gerak-gerikku dengan jarak sedikit jauh. Semua orang yang ada di rumah ini tahu apa yang sedang terjadi. Tapi mereka juga tahu bahwa menyimpan rahasia hukumnya adalah wajib jika ingin terus mengabdi.

Aku baru masuk kamar ketika jaket yang kupakai tak bisa lagi mengusir dingin yang mulai merasuk dalam tulang. Aku lirik kamar tamu yang tertutup rapat.

Aku merebahkan diri, berusaha menutup mataku yang terus saja memaksa aku untuk terjaga. Bayangan Mas Han menyentuh tubuh wanita lain membuat aku makin gelisah.

Telingaku seperti mendengar suara ******* dan lenguhan penyatuan tubuh yang biasa kami lakukan, berkali-kali aku merubah posisi tidurku, tapi tetap saja suara-suara itu terdengar, bahkan makin jelas. Aku benci sunyinya malam ini.

Aku keluar kamar menuju depan pintu kamar tamu. Aku makin kesulitan menahan diri, tanganku hampir memegang gagang pintu saat aku mendengar suara teriakan tertahan dari dalam, seketika keberanian ku hilang, aku lepaskan gagang pintu dan aku berlari kembali ke kamarku, menangis sejadinya.

Setelah lelah menangis, aku berjalan menuju wastafel, membasuh wajahku yang lengket, dua jam sudah mas Han ada dalam kamar tamu bersama anak itu. Kalau memang dia mencintaiku, dan melakukan semua ini karena terpaksa mengapa membutuhkan waktu begitu lama? Apa saja yang mereka lakukan di dalam?

Tok...tok, waktu menunjukkan hampir tengah malam aku mendengar pintu kamarku diketuk seseorang, "siapa?"

"Saya ndoro putri."

"Mbok nah?" aku turun dari ranjang. "Kenapa mbok Nah disini? tidur saja mbok," aku membuka pintu sedikit hanya sekedar untuk bicara.

"Ndoro putri baik-baik saja? apa ingin saya buatkan sesuatu?"

"Ndak usah mbok, saya baik-baik saja, mbok istirahat saja dulu."

"Saya Ndak tega membiarkan ndoro putri sendiri," mata mbok Nah melirik kamar tamu.

Betapa sayang abdiku yang satu ini padaku, "baiklah kalau begitu, masuk mbok, saya sepertinya juga butuh teman."

Aku duduk di sofa yang disediakan dalam kamar. Biasanya sofa ini digunakan mas Han untuk istirahat sebelum tidur sambil melihat laptop atau HP. Mbok Nah duduk dibawah dekat kakiku.

"Saya cerita sambil saya pijiti ya, ndoro," mbok nah menyentuh kakiku dan memijitnya perlahan.

"Pijitannya enak mbok," pikiran kotorku sedikit teralihkan karena pijitan mbok Nah.

"Saya punya cerita ndoro putri, selama saya bercerita dengarkan saja ya, jangan bertanya, kalau nanti setelah saya selesai bercerita, ndoro putri menyimpulkan sesuatu, simpan saja untuk diri sendiri."

"Memangnya mbok mau cerita apa?"

"Ndoro putri janji dulu."

"Iya saya janji."

"Baiklah, saya mulai. Sejak dulu saya selalu mengabdi di keluarga ningrat ndoro, jadi saya tahu bagaimana kehidupan para ningrat yang saya layani. Bagaimana cara mereka memperlakukan istri-istri mereka, meskipun kelihatannya mereka setia tapi sebenarnya mereka selalu punya selir baik secara sembunyi atau terang terangan."

Aku masih mendengar, pijatan mbok nah membuat mataku mengantuk, semua gundah yang tadi kurasa sedikit demi sedikit menghilang.

"Ada beberapa dari anak selir itu dijadikan pewaris trah keluarga, tapi banyak juga yang tidak diakui keberadaannya. Kebetulan keluarga tempat saya mengabdi menjadikan anak selir sebagai pewaris keluarga, penyebabnya adalah istri pertama tidak memiliki keturunan. Karena kuatnya pengaruh istri pertama akhirnya selir itu tersingkirkan ndoro putri, dan sekarang tidak diketahui keberadaannya."

Aku menyentuh tangan mbok Nah, meminta untuk berhenti memijat, aku duduk, kupandangi Mbok Nah dengan tatapan penuh tanya, mbok Nah mengangguk, dan aku tahu jawabannya.

"Apakah anak itu___"

"Iya Ndoro, jadi ndoro putri tidak perlu khawatir, selama ndoro putri kuat, siapapun wanitanya, tidak akan mempengaruhi ndoro putri sebagai wanita utama di rumah ini."

Aku terpaku menatap Mbok Nah, benarkan yang dikatakan mbok Nah? berarti ibu bukanlah___? apa Mas Han tahu masalah ini?

...***...

Mbok kalau ngomong yang jelas, jangan membuat orang lain menerka dan menebak mbok, ini bukan lomba cerdas cermat.

Tapi jawabannya sudah ada di situ kok.

terimakasih yang sudah baca ya😘🥰 lope U

Terpopuler

Comments

Masiah Cia

Masiah Cia

huuuuuh pantasan sang mertua seperti itu, spy menantinya jg merasakan hal sama, tapi sang mertua TDK adil sm menantu

2022-01-13

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!