"Kita harus ngobrol serius mas."
"Dari kemarin sebelum pulang itu terus yang kamu bicarakan Rum."
"Sini mas," aku menepuk kasur agar mas Han duduk di sebelahku.
"Apa sih?" tanya Mas Han.
"Mmm, dengarkan alasanku dulu mas, kamu jangan emosi dulu sebelum aku bicara."
"Begini, kemarin aku sempat ngobrol sekilas dengan anak itu. Ternyata dia juga tidak nyaman dengan pernikahan yang sedang kita jalani sekarang."
"Hemm, baguslah, jadi dia mau pergi dari hidup kita, gitu? kalau iya, rasanya lebih cepat lebih baik?"
Aku memukul lengan suamiku, "bukan begitu juga."
"Aduh, sakit Rum, terus apa maunya?"
"Dia bilang, kalau kita ingin dia segera menyelesaikan kewajibannya dan pergi, maka dia harus cepat hamil, karena itu kamu harus...mmm...melakukan itu dengannya."
Wajah suamiku memerah, "kenapa selalu itu yang kamu minta Rum? kamu mencintai aku tidak sih, mana ada istri yang minta suaminya melakukan itu dengan perempuan lain?"
"Aku sangat...sangat mencintaimu mas, karena itu kamu harus melakukan yang satu itu segera."
"Tck...kamu gila, pikiranmu benar-benar sudah tidak waras."
"Hari ini kita pulang ke rumah, kita ajak anak itu ikut kita untuk pulang ke rumah."
"Rum!!!" teriak Mas Han keras, membuat aku terkejut.
"Kamu sudah keterlaluan, Rum," Mas Han keluar kamar dan membanting pintu. Aku hampir menangis karena terkejut. Baru sekarang aku melihat Mas Han semarah ini.
Aku tahu aku bodoh, tapi semua sudah terlanjur, aku juga tidak mungkin meminta Sekar untuk pergi. Dia sudah bilang, dia akan pergi setelah selesai melahirkan. Apalagi menghadapi ibu, aku tak akan sanggup melakukan apapun kecuali menuruti ibu.
Aku memutuskan untuk keluar ketika menunggu beberapa saat Mas Han tidak juga kembali. Kemana kira-kira dia. Aku menuju taman tengah, bisa saja dia bersama bapak. Tapi ternyata tidak. Aku hanya melihat bapak duduk sambil menikmati minuman dan kudapan.
"Selamat pagi, pak," aku mencium punggung tangan bapak.
"Selamat pagi Rum, maaf bapak tidak menyambut kalian, karena bapak yakin kamu bakal mencari bapak."
Aku duduk di hadapan bapak. Ngobrol dengan bapak paling asik jika saling berhadapan. Karena bisa melihat ekspresi bapak ketika bicara.
"Bapak melihat Mas Han?" tanyaku.
"Kenapa, dia lagi ngambek?"
Aku menjawab pertanyaan bapak dengan senyuman. Malu sudah pada tua pakai ngambek segala.
"Biarkan saja dia Rum, bapak paling paham bagaimana kalau Han sedang bingung, paling dia ada di ruang baca, kalau sedang banyak pikiran dia paling suka disana."
Ya Allah, berapa tahun kami menikah, bahkan hal sekecil itu aku tak tahu.
"Dia sedang bingung, bukan?"
"Pasti sedang bingung, sikap apa yang harus dia ambil, dia begitu mencintaimu Rum. Dia pasti enggan untuk melakukan apa yang diinginkan ibunya, karena tidak mau menyakitimu."
"Sekarang saya jadi merasa bersalah pak, saya juga ikut andil meminta mas Han untuk menikah lagi."
Bapak tersenyum bijak, "jangan menyesal Rum, bapak juga paham maksud dan tujuanmu. Berjuanglah Rum, ingat pesan bapak waktu itu, biarkan Han memelihara mawar lain tapi jangan biarkan dia menanamnya di kebunmu."
"Sudah sana, kamu ke ruang baca, Han pasti ada disana."
"Rumi permisi dulu pak."
"Hmm."
Aku berjalan melewati ruang tengah. Setiap kali kemari Mas Han sibuk mengekori aku, lagi pula seingatku Mas Han selalu berusaha untuk tidak datang ke rumah ini, karena khawatir ibu akan merundungku. Jadi aku tidak pernah sekalipun masuk ke ruang baca yang menjadi ruang favorit suamiku.
Aku hampir mengetuk pintu ketika aku mendengar ada suara laki-laki dan wanita sedang berbincang.
"Kamu kenapa ikut aku kemari?" aku dengar Mas Han bicara.
"Eh, siapa yang ngikutin, aku juga sering masuk ruang ini kali mas, sama seperti kamu."
"Berapa kali kamu kemari sebelum menikah denganku?" tanya mas Han lagi. Aku diam berdiri di depan pintu. Ada beberapa abdi yang lalu lalang tapi aku minta untuk diam dan berlalu.
"Sering lah, ibu Ajeng membiayai sekolahku sejak tiga tahun lalu."
"Kapan ibu memintamu untuk menikah denganku?"
"Kenapa?...ingin mengenalku lebih dekat ya, he...he..he," tawa Sekar terdengar ceria seperti biasanya.
"Kenapa kamu mendekat, sana agak jauh," seru Mas Han dengan suara rendah.
"Ha...ha...ha, nggak usah takut, masa suami takut sama istri sendiri."
"Sialan kamu, sana jauh-jauh."
"Suami, wajahmu merah lo, ha...ha...ha. Kamu horny ya aku dekati."
Apa?! aku hampir menerobos masuk ketika aku ingat kalau tujuanku adalah meminta Mas Han segera melakukan hubungan suami istri dengan anak itu. Aku menarik lagi tanganku yang hampir memegang gagang pintu. Rasanya ingin segera pergi, tapi aku urungkan keinginanku. Aku kembali mendengar dalam diam.
"Hei, sialan kamu, apa yang kamu lakukan, ehmm," beberapa detik kemudian, aku tidak mendengar suara apapun.
Apa yang sedang mereka lakukan sekarang? Di ruangan tertutup dan hanya berdua saja. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu. Baru aku memegang gagang pintu, ternyata pintu lebih dulu terbuka dari dalam.
"Rum," Mas Han keluar, dengan wajah yang sama terkejutnya denganku, "Rum, aku tidak__."
Sekar menyusul berdiri di belakang suamiku. Tangannya bergerak mengusap bibirnya, aku perhatikan lipstiknya sedikit belepotan.
"Nggak perlu gugup begitu, suami. Mbak Rumi pasti memahami apapun yang kita lakukan. Bukan begitu mbak?" ucap anak itu sambil tersenyum kemudian berlalu.
Aku tak mampu berkata-kata. Wajahku sekarang memerah, lututku gemetar. Beginikah rasanya? Ternyata aku tak sekuat yang aku pikirkan.
Aku melihat Mas Han dengan pandangan nanar. Setengah mati berusaha mengendalikan perasaan, "bibirmu belepotan mas," aku membersihkan bibir mas Han dan berlalu meninggalkan Mas Han berdiri sendiri di depan pintu ruang baca.
"Rum," teriak Mas Han, aku tidak menghentikan langkah apalagi menjawab panggilannya.
Begitu masuk kamar aku menahan sekuat hati agar air mataku tidak luruh.
"Rum," ketika mas Han berlutut di di depanku sambil memegang tanganku, aku tetap berusaha tersenyum meskipun bulir bening merembes di sudut-sudut mata.
Tanpa banyak kata Mas Han memelukku, lutut menopang beban tubuhnya, "ini yang aku hindari Rum."
"Aku baik-baik saja, Mas. Aku bisa menahannya. Wajar kalau hatiku teriris, karena aku mencintaimu. Tapi aku baik-baik saja, bayangkan kalau dia segera hamil, akan ada anak-anak di rumah kita."
"Baiklah, mas akan mengikuti maumu Rum. Lebih cepat lebih baik. Semakin lama mas menunda semakin kamu akan tersiksa."
Mas Han mengecup puncak kepalaku, kemudian mengecup bibirku sekilas. Aku makin terisak.
"Kamu kenapa makin kenceng nangisnya Rum? Jangan membuat aku merasa makin bersalah, mmm."
"Kamu belum mencuci bibirmu setelah mencium anak itu mas, hiks...hiks, kamu langsung cium aku."
"Apa Rum!? Aku tahu aku tidak boleh tertawa sekarang ini, tapi kamu benar-benar konyol Rum," Mas Han memelukku makin erat, menggoyang tubuhku ke kanan dan kiri pelan.
"Nanti siang kita pulang ya, anak itu akan pulang bersama kita, begitu maumu kan?" aku mengangguk, entah sehancur apa aku nanti malam.
"Atau aku harus ke hotel, Rum?" aku melepaskan pelukan Mas Han.
"Nggak mas, anak itu bukan perempuan penjual diri, kalau mau di hotel harusnya dilakukan kemarin waktu kamu bulan madu."
"Lakukan semuanya di rumah kita, mas, aku hancur pasti, tapi paling tidak kamu dekat denganku."
Mas Han kembali memelukku, kali ini kami tidak berkata-kata. Aku meluapkan emosi dalam tangisku yang tak bisa lagi kuhentikan. Aku merasakan hembusan napas berat suamiku berkali-kali.
Dalam isakku aku berbisik, "anak itu wanita baik-baik mas, semoga kita bisa memperoleh keturunan yang baik juga. Semoga ibu juga senang dan berhenti mengganggu rumah tangga kita."
"Iya, Rum. Aku mencintaimu Rum, sangat."
...***...
Kira-kira bagaimana malam pertama Nehan da Sekar ya...
Apa yang dirasakan Rumi dan bagaimana sikap Nehan?
Baca next episode gaess
Terimakasih readers yang sudah mau mampir dan baca cerita receh dari author amatir ni ya...
Pasti banyak kurang, mungkin membosankan, tapi harapanku stay tune sama Nehan, Rumi dan Sekar okay 🥰😘.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Uthie
Dilihat saja... berawal dr sini, akhirnya bagaimana 😏
2022-01-22
1
Masiah Cia
gila ada istri yg begitu nyuruh suaminya melakukan hub intim dg wanita lain meskipun itu jg istrinya...awas aja rum ...entar kalau suamimu SDH coba akhirnya jd candu dan jatuh cinta sama istri ke 2 , siap 2 kamu tersingkir
2022-01-13
0