Episode 17

"Kenapa kamu antar anak itu ke rumahnya mas, disana palingan belum ada orang."

"Siapa bilang, ibu sudah menyiapkan semuanya dengan baik, sudah ada orang yang menemani dan melayani dia di rumah itu."

"Ibu ternyata niat banget ya, menjadikan anak itu selir kamu," kataku sinis.

"Sudah ah, aku males ngomongin masalah yang sama terus menerus."

"Yang penting kamu jangan ngilang lagi seperti tadi, aku bisa gila, Rum."

Aku menghela napas, "aku cuman butuh waktu buat sendiri, sampe air mataku mau kompromi dan nggak keluar lagi."

"Aku nggak mau lagi anak itu tidur disini kalau nggak terpaksa mas," lanjutku.

"Iya, aku ngerti. Kamu saja yang sok-sokan bersikap baik sama anak itu."

"Aku memang baik, kok," gumamku pelan.

"Mas..."

"Hmm," Mas Han memandangku lekat, alamat malam ini akan berlalu tanpa dia mau melepasku.

"Mmm, aku pengen tahu, tapi juga nggak ingin tahu," ucapku membuat suamiku bingung.

"Maksudnya? kalau bicara yang jelas Rum. Kata-katamu membingungkan."

"Mmmm...begini aku ingin tahu apa saja yang kamu lakukan dengan anak itu semalam mas, kenapa kamu lama sekali di kamar anak itu?"

Mas Han memandangku aneh, "aku tidak mau membicarakannya, lagi pula kamu aneh, kenapa kamu ingin tahu tentang hal itu?"

"Nah...aku juga gitu mas, aku ingin tahu, tapi di sisi lain aku enggan mendengar jawabannya." Iya, aku memang aneh, tapi rasa penasaranku tak bisa kubendung.

"Lupakan semuanya, Rum. Aku tak mau membicarakannya lagi."

Aku berbaring menghadap Mas Han, satu tangan menopang kepalaku "semalam jam berapa kamu masuk kamar ini mas?" tanyaku. Seingatku lewat tengah malam Mbok Nah masih memijit kakiku.

"Aku lupa."

"Siapa yang memindahkan aku ke ranjang mas?"

"Tentu saja aku, masa iya mbok Nah menggendongmu," jawab Mas Han cemberut.

"Iya, benar juga."

"Selama aku menikahimu delapan tahun ini, kemarin adalah hari yang paling berat buatku Rum, melihatmu menangis sedangkan aku harus berada satu kamar dengan wanita lain, itu sangat menyiksaku."

"Kalau mas merasa berat, apalagi aku," aku berbalik membelakangi mas Han, menghadap dinding.

Tangan Mas Han melingkar pada tubuhku, memelukku dari belakang, "lepas mas, aku gerah."

"Dan baru dua hari belakang ini, kamu menolak untuk aku sentuh berkali-kali. Biasanya tanpa kuminta pun, kamu akan bergelung dalam pelukanku."

Aku tak bisa menjawab, rasa bersalah membuatku tak bisa berkata-kata.

"Sampai kapan kamu akan menolak aku terus seperti ini?"

"Maafkan aku mas."

"Apa sekarang masih gerah, kalau iya, mungkin lebih baik aku keluar saja."

Aku menahan tangan Mas Han, mendekatkan tubuhku, dan berusaha menemukan kenyamanan yang biasanya aku dapatkan.

"Kamu bilang, kamu akan berkorban demi keluarga kita. Sekarang aku ingin meyakinkanmu kalau kita ingin menang dalam pertarungan ini, kita harus berjuang dan berkorban bersama."

Aku mengangguk, "iya."

Malam ini hatiku mulai tenang. Ternyata Mas Han juga memiliki persamaan rasa denganku. Baiklah mas, kita akan berjuang bersama.

...***...

"Rum...!" aku berada di dapur ketika pagi ini aku dengar ibu berteriak masuk ke rumahku.

Yang membuat aku heran, ini masih pagi sekali, kenapa ibu sudah berada disini? Kasihan bapak, sering ditinggal-tinggal oleh ibu seperti ini.

"Iya Bu," aku bergegas menyambut, "ibu pagi-pagi kok sudah disini?" tanyaku hati-hati.

"Kenapa, nggak boleh? Ini rumah aku yang kasih buat Han, apa hakmu melarang ku datang kesini?"

"Maaf, Bu," masih juga salah ucap, padahal sudah hati-hati ngomongnya.

"Aku kesini mau ngomong sama kamu."

"Mari ke ruang tengah, Bu. Jangan disini," di dapur sepagi ini sedang sibuk, banyak abdi berkumpul untuk bekerja.

"Ya, aku tunggu, bersihkan dirimu, kalau perlu mandi dulu, wong banyak pelayan kok senengnya ke dapur, badanmu setiap hari bau bawang," ujar ibu sambil berlalu.

Aku hanya bisa menghela napas mendengar nyinyiran ibu mertuaku.

"Ada apa Bu?" pasti ada sesuatu yang penting sampai pagi-pagi sudah datang.

"Kamu, ya!...tega sekali kamu, meminta Sekar untuk langsung pergi dari sini. Harusnya kamu membiarkan dia disini dulu, kamu lihat dulu bagaimana kesehatannya, apakah dia butuh sesuatu. Kamu kan setuju Han menikah lagi, tapi sikapmu mengecewakan!!" ibu menatap tajam padaku.

"Bukan Rumi yang meminta Sekar untuk pergi dari sini Bu," untung ada Mas Han datang membelaku, dia duduk di sebelahku dan menggenggam tanganku, "dia sendiri yang minta, Nehan juga ingin dia segera menempati rumah yang disediakan ibu, biar punya privasi."

Punya privasi mas? Maksudnya apa mas? aku berusaha melepas genggaman tangan suamiku, tapi mas Han tidak mengijinkannya, tanganku digenggam makin erat.

"Oh...jadi begitu toh ceritanya," ibu membenahi letak tas tangannya, berdiri kemudian merapikan kebaya yang dipakai.

"Ya sudah, kalau begitu ibu akan ke rumah Sekar sekarang, mau lihat kondisi anak itu, aku pikir istrimu keberatan merawat Sekar padahal itu jadi kewajibannya," ibu lagi-lagi sinis padaku.

Aku akan menjawab, tapi Mas Han melarang ku melakukannya, dia memberi tanda kedipan mata, akhirnya aku diam mengurungkan keinginanku untuk menjawab.

Seperti biasa, sebelum benar- benar pergi Ibu mendekati aku dan mengulurkan punggung tangannya, "hati-hati Bu," ucapku sambil mencium punggung tangan yang disodorkan padaku.

"Ibu mau saya antar?" aku melirik Mas Han, kalau tidak ada ibu habis kau mas, apa kamu mau mencari kesempatan dalam kesempitan, mas?

Mas Han balas melirikku, ujung bibirnya sedikit diangkat, aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain, "tapi maaf Bu, kita tidak sejalan, dan saya hari ini sibuk sekali."

"Aku tahu, buat apa ibu mengganggumu, ibu juga bawa supir sendiri kok."

Tangan Mas Han kuhentak sedikit, akhirnya genggaman kami terlepas. Kami mengikuti ibu keluar sampai ibu pergi dengan mobilnya.

Aku memutar badan dan meninggalkan mas Han berdiri di teras. Baru beberapa langkah Mas Han meraih tanganku dari belakang, "cemburu ya."

"Cih, males, buat apa cemburu. Pesan bapak, kalau mas mau menanam mawar lain di kebunku, aku boleh memilih untuk pergi dan tumbuh di kebun yang lain, meski aku akan mati lebih dulu, tapi kalau aku bisa bertahan aku akan tumbuh subur nantinya"

Mas Han berhenti ketika mendengarku bicara, tapi kemudian menyusul ku dengan cepat, "tidak akan kuijinkan kamu pergi kemana-mana."

"Idih, aku punya kaki, badan aku milik aku, aku bisa melakukan apapun yang aku mau."

"Rum, aku lapar," Mas Han meraih ujung bajuku.

"Begitu sukanya, kalau aku membicarakan sesuatu yang mas nggak suka pasti mengganti topik pembicaraan, sebel."

"Aku tidak mengganti topik pembicaraan, Rum," kami berdua menuju meja makan, "tapi aku memang lapar, kamu mau tunggu aku makan, atau aku harus cari orang buat menemani aku makan?"

"Terserah kamu mas, ayo...keburu telat kamu mas, kalau mau ditemani orang lain buat makan, biar aku panggilkan mbok Nah dulu."

"Apa-apaan kamu, masa aku makan ditemani nenek peyot."

"Peyot gitu, Mbok Nah yang merawat kamu sejak kecil, ingat itu mas."

Hening sebentar memenuhi ruangan, tapi kemudian ada hal lain lagi terlintas di benakku.

"Mas."

"Hmm," Mas Han sangat menikmati makan paginya.

"Apa kamu ada rencana untuk membagi waktu menginap?"

"Maksudmu?" Mas Han meletakkan sendoknya, "apa aku harus menjawab pertanyaanmu, Rum?"

Dia memandangku jengah, ada kilatan amarah disana.

"Maaf mas, kamu tidak perlu menjawab apapun, lupakan pertanyaanku ya, habiskan makannya, ya mas," pintaku.

"Nggak nafsu lagi," wajahnya masih kaku waktu dia meninggalkan meja makan, tapi baru beberapa langkah mas Han berhenti, memelukku kemudian berkata, "percaya padaku Rum, mmm..."

Aku mengangguk, berusaha meyakinkan diri sendiri untuk memilih percaya pada Mas Han dengan segala konsekuensinya.

...***...

Semua memang pilihan Rum...

Tapi kalau ada pilihan yang lebih baik, kenapa milih yang rumit Rum...

Terimakasih ya gaess sudah bersedia buat baca kisah Rumi dan Nehan.

Kalian juga sama, punya pilihan lo

Silahkan pilih memberi like atau komen

atau milih dua-duanya juga boleh...

Dasar modus 🤪😀

Terimakasih atas apresiasinya ya...😘

Terpopuler

Comments

Masiah Cia

Masiah Cia

aku TDK suka Sekar Krn hanya pura 2 baik sama rum, kasian rum smg Han TDK berubah Krn lebih menyakitkan kalau suami yg awalnya menolak poligami tapi akhirnya lebih cinta dengan istri keduanya bahkan TDK perduli lagi dg istri pertama

2022-01-13

1

Ish_2021

Ish_2021

next

2021-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!