Episode 18

Hari ini aku ingin mencuci otak dan mataku yang beberapa hari ini dipenuhi dengan hal yang membuatku jengah. Harapanku sedikit udara segar dapat menghapus sesak yang aku rasakan.

Mbok Nah sudah memberi tahu Pak Dul untuk menyiapkan mobil sesuai permintaanku. Kali ini aku pakai dress panjang dibawah lutut warna pink, sepatu tanpa hak berwarna merah agar tampilan ku terkesan santai tapi tetap manis.

"Pak Dul hari ini kita jalan-jalan ke mall ya."

"Ya begitu ndoro putri, sekali-sekali keluar rumah, jalan-jalan biar fresh."

"Walah basamu Dul, kaya wong tahu mangan bangku sekolahan wae (walah bahasamu Dul, seperti orang yang pernah makan bangku sekolahan saja)," ujar Mbok Nah, "Monggo ndoro putri masuk dulu."

"loh, la apa ko pikir aku rayap to mbok, mangan bangku sekolahan (loh, la apa dipikir saya ini rayap mbok, makan bangku sekolahan)?"

"Sekolah Dul, sekolah."

"Wo alah sekolah to," Pak Dul tertawa mendengar kalimat mbok Nah.

"Siap nggih ndoro putri?" aku mengangguk, "berangkat..." ucap Pak Dul menirukan adegan di salah satu sinetron yang terkenal sambil memukul kemudi.

Aku sengaja membawa mbok Na untuk ikut kali ini, biar dia juga ikut fresh lagi.

"Dul, kowe ki apa yo ra pengen rabi neh to, apa enak urip dewe (Dul, kamu apa tidak ingin nikah lagi to, apa enaknya hidup sendiri)?"

"Heleh mbok, wong kowe yo urip dewe, mending aku nate rabi, lah Kowe (Halah mbok, mbok kan juga hidup sendiri, mending aku pernah menikah, mbok sendiri)?"

"La iyo, tibake awak dewe sebelas dua belas ya Dul ( la iya, ternyata kita sebelas dua belas ya Dul)?" Mbok Nah kemudian terkekeh sendiri.

Aku yang ikut mendengar jadi geli sendiri. Ini mereka berdua sedang ngomongin apa, arahnya kemana?

Ini yang membuat aku lebih nyaman ngobrol bareng abdi dari pada berbincang dengan keluarga suamiku, kadang aku merasa kurang klik dengan mereka.

"Pak Dul nanti ikut masuk ya, jangan hanya tunggu di mobil, ikut belanja juga, kalau mau beli sesuatu beli saja, saya yang bayarin," dari spion aku bisa melihat ekspresi Pak Dul jadi lebih cerah.

"Wah...terimakasih Ndoro Putri."

Kami bertiga jalan berkeliling. Sejak awal aku memang tidak berencana untuk khusus membeli sesuatu. Aku ajak mereka masuk ke beberapa outlet agar bisa membeli pakaian atau apapun yang mereka butuhkan.

Wajah keduanya yang ceria diselingi canda sangat menghiburku, sebuah momen yang pasti sulit mereka dapatkan karena kesibukan mengurus rumah.

"Sudah semua yang mau dibeli?" tanyaku.

"Sudah Ndoro putri, wah saya belanja banyak sekali hari ini, terimakasih lo," aku melihat barang belanjaan yang dibawa Pak Dul, saking sederhananya ini orang, membeli sepasang kemeja dan celana serta beberapa kebutuhan harian membuat dia senang setengah mati.

"Sekarang kita makan ya," kali ini aku diskusi nya sama Mbok Nah, "Mbok Nah mau makan apa?" tanyaku.

"Makan apa ya ndoro?"

"Makan sesuatu yang jarang dimakan ya."

"Makan apa Ndoro?"

"Ikut saja, ayo," aku lihat ada sebuah restoran yang menyajikan berbagai masakan Korea.

"Kita makan nasi rames saja ndoro, lidah saya tidak kenal sama masakan mana ini, ko_rea? itu makanan dari Kroya gitu toh?"

"Ha...ha...ha, Korea mbok bukan Kroya."

Ketika melihat daftar menu, lagi-lagi aku mendengar pembahasan absurd dari mereka berdua.

"Mbok, ini namanya dak_koc_hi, delengen to mbok gambare (lihat gambarnya mbok)," mereka berdua dengan serius melihat gambar pada sajian menu, aku mengamati tingkah keduanya sambil tersenyum.

"Walah Dul, ki ngunu sate (ini ternyata sate)."

"Lah iki enek neh, mbok (lah ini ada lagi mbok), Jap_cha_ee, delengen mbok gambare (lihat gambarnya mbok)."

"Kok ra podo, karo capje ne Jawa ya Dul (kok tidak sama dengan capje nya orang Jawa ya Dul)?" aku lagi-lagi tersenyum.

"Yo, ra podo lah, cara Jawa karo cara Kroya (ya tidak sama lah, cara Jawa dibandingkan dengan cara Kroya)."

"Iki bihun goreng Dul, kalau capje Jawa isinya sayur, udang, ayam, bakso sama sayuran."

"Sudah puas melihat gambarnya?" tanyaku tak tahan lagi mendengar percakapan keduanya, lama-lama tawaku bisa meledak kalau begini caranya.

"Kami pesan sate sama bihun saja Ndoro Putri."

Aku menahan tawaku, akhirnya mereka pesan sate dan bihun katanya, makanan Korea dengan nama kearifan lokal.

Kami menikmati makanan yang kami pesan. Kelucuan obrolan Pak Dul dan Mbok Nah terus membuat aku tertawa. Tapi tawaku langsung menghilang ketika ada dua orang memasuki restoran tempat kami makan. Aku melihat Ibu dan Sekar.

Dua abdiku segera mengikuti pandangan mataku, Pak Dul dan Mbok Nah langsung menghentikan obrolan yang tadi sangat menghiburku.

"Ndoro Putri?" Mbok Nah menyentuh tanganku.

"Ndoro," aku baru bereaksi ketika mbok Nah memanggilku untuk yang kesekian kali.

"Apa Ndoro ingin pergi?" tanya Mbok Nah.

Aku menggeleng, tidak perlu, aku tidak mau menjadi pesakitan dan melarikan diri seperti orang yang bersalah.

"Apa mbok tahu, apa hubungan Sekar dengan keluarga Mas Han, karena selama ini saya tidak pernah melihat anak itu hadir dalam acara keluarga apapun."

"Maaf Ndoro, saya sendiri juga kurang paham apa hubungan Ndoro Sekar dengan keluarga Ndoro sepuh. Tapi dari yang saya dengar Ndoro Sekar masih ada hubungan dekat dengan Ndoro Broto."

"Lek Broto?" pantas Lek Broto yang paling ngotot menjodohkan mas Han selain ibu.

Aku mengamati dari tempat aku duduk. Untungnya tempat kami cukup tersembunyi. Nanti saja aku berpamitan ketika akan pulang.

Ibu dan Sekar tampak begitu akrab, beberapa kali aku melihat keduanya saling cicip makanan. Tak lama kemudian aku lihat Lek Broto masuk dan turut bergabung bersama ibu.

"Kami sudah selesai Ndoro," Mbok Nah menyentuh tanganku, makananku hampir tak kusentuh. Nafsu makanku hilang.

"Sebaiknya Ndoro habiskan dulu makanannya, sayang masih utuh."

"Tidak mbok," aku tersenyum, "kita pulang ya, tapi pamit dulu ke meja ibu."

"Baik Ndoro."

Kami berjalan mendekati meja tempat ibu makan. Sama-sama datang bertiga tapi dengan formasi yang jauh berbeda. Perbedaan kasta kami sangat mencolok. Lagi-lagi aku merasa kecewa, aku yang sudah delapan tahun menjadi menantu, tidak sekalipun pernah diajak keluar berdua.

"Selamat siang, Bu," aku mencium punggung tangan ibu dan lek Broto seperti biasanya, "lek Broto," sapaku takzim, kemudian sedikit mengangguk waktu menyapa Sekar.

"Siang, wah kalian bertiga jalan-jalan ya, cocok sekali," senyum ibu sinis melihat kami.

"Kami mau langsung pamitan bu, lek Broto, Sekar."

Sekar menatapku tanpa ekspresi, aku tidak tahu apa saja yang mereka bicarakan, kalaupun mereka membicarakan tentang aku, bagiku tak masalah selama aku tak mendengar secara langsung

"Rum," suara ibu menahan langkahku.

"Iya Bu," aku kembali menghadap ibu.

"Ingatkan Nehan kalau dia sekarang punya dua istri, kamu jangan menghalangi Nehan kalau ingin mengunjungi Sekar."

Waktu aku melirik, Sekar tampak biasa saja, ekspresi wajahnya juga tidak berubah. Dia malah menikmati jus alpukat di depannya.

"Iya, laki-laki itu biasa punya istri lebih dari satu, kamu jangan suka cari perhatian, jangan suka ngilang-ngilang, biar dikasihani ya...," apa?! tahu apa dia tentang kehidupan kami?

Aku kembali melirik Sekar, hebat sekali anak ini, wajahnya tetap sama. Kalau sampai Lek Broto tahu, berarti dia bercerita, iya kan?

"Iya, ndak usah manja, sudah lama menikah masih suka cari perhatian kamu itu," kata-kata ibu makin membuat hatiku dongkol.

"Maaf lek Broto, Ibu...apa yang ibu dan lek Broto bicarakan?"

Apa kalian ingin aku diam? tidak akan pernah! aku memandang tajam ketiga orang yang duduk di depanku.

"Ndoro putri, mari kita pulang," mbok Nah menyentuh tanganku lembut.

"Sebentar Mbok, ada yang ingin saya luruskan. Lek Broto, ibu...saya tidak pernah sekalipun berniat dengan sengaja untuk mencari perhatian. Kalau Mas Han memperhatikan saya, itu memang sudah semestinya, saya tidak perlu mencari Bu, perhatian itu datang dengan sendirinya."

"Heleh pintar ngomong, nyatanya bukti dan saksi yang bicara," laki-laki kok mulutnya lemes seperti perempuan sih, beda jauh dengan bapak.

Tapi lagi-lagi, aku harus pandai menahan diri menghadapi manusia tak beradab seperti mereka.

"Ndoro putri," Mbok Nah menyentuh tanganku lagi.

Aku mengangguk, "silahkan ibu dan lek Broto berpikir apapun, atau silahkan tanya pada yang bersangkutan, mengapa Mas Han begitu memperhatikan saya."

"Hah, nggak perlu!" sahut ibu sinis.

Aku tak lagi menjawab, "saya permisi dulu."

"Ayo Mbok, pak Dul," aku berlalu dari hadapan ibu, Lek Broto dan Sekar.

Selama berjalan menuju mobil, Mbok Nah berkali-kali mengingatkan, "sabar Ndoro...Ndoro harus kuat."

Aku akan kuat, mbok. Tapi entah sampai kapan aku bisa bertahan dengan kekuatan yang aku punya.

...***...

Terpopuler

Comments

Masiah Cia

Masiah Cia

Sekar benar 2 licik ya .....dan ibu mertua mendukung

2022-01-13

1

Ukhty Anty

Ukhty Anty

ok

2021-12-16

0

Ish_2021

Ish_2021

satu

2021-12-16

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Bukan Bab baru (Pengumuman)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Bukan Bab baru (Pengumuman)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!