Kenapa dia ada disini?, apa mereka tinggal di sini juga?"
Sekecil inikah dunia, tanpa ku duga dan tanpa ku bayangkan, aku bertemu dengan Nayla, and now, aku harus melihat dia ada disini, dan parahnya, dia bersama keluarga barunya.
Reflek tanganku memukul roda kemudi di depanku, persetan dengan semua, belum selesai urusan media, dan Alvin, kini aku harus bertemu dengan ayah yang sudah meninggalkanku.
Arggg,,,! Sh*it,,,! Sial,,, umpatku untuk kesekian kalinya.
Ku lajukan kendaraanku membelah gemerlapnya jalanan. Aku membuang napas kasar, kesal bukan main bila mengingat penghianatan ayah pada ibu.
Apa yang membuat ayah menghianati ibu?"
Sekali lagi aku menghembuskan nafas frustasi.
Sampai ketika aku tiba di apartemen, aku menyadari keberadaan awak media, tengah duduk di bangku taman bawah gedung apartemen. Mereka sangat penasaran dengan Nayla, itu sebabnya masih ada beberapa wartawan yang kadang stay di bawah flat, di restauran-restauran dan hotel-hotel miliku.
Tak peduli dengan keberadaanya, langkah kakiku panjang memasuki Flat yang ku tinggali.
Aku butuh Nayla, hanya dia yang bisa menghiburku, cuma dia yang mampu meredam amarahku. Ya, aku akan pulang malam ini juga.
Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, sekalipun harus meninggalkan pekerjaanku berhari-hari, toh sudah ada Rondi dan juga Clara, paman Marco pun bisa mengurus lebih dari satu restauran.
Saat ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukan pukul sembilan, aku harus cepat-cepat memesan tiket kapal sekarang.
Paling tidak pukul sepuluh aku harus sudah di dermaga, dan sebelum pukul dua belas malam, aku pasti sudah di Hongkong.
Ku klik tombol ok pada tiket dengan keberangkatan pukul 22:15.
Aku hanya perlu membawa notebook dan juga laptopku.
Mengenakan kaos yang ku rangkap dengan kemeja lengan panjang, kupadukan dengan celana pendek berharap pakaian yang ku kenakan ini bisa mengecoh orang-orang pencari berita.
Sebelum benar-benar keluar, aku memeriksa kembali penampilanku, harus benar-benar tidak bisa di kenali.
Tepat setelah berada di bawah flat, ku putar pandangan ke sekelilingku, mengendap-endap agar tak tertangkap oleh netra para reporter.
Ini baru pukul sembilan, biasanya para pemburu berita akan stay hingga pukul sepuluh bahkan sebelas malam. Tapi jika informasi benar-benar di butuhkan, mereka bahkan rela menunggu hingga pagi.
Aku berhasil keluar dari area apartemenku, aku akan naik taksi menuju dermaga.
Aman, Huh, kini aku sudah berada di dalam taxi.
"Ke dermaga ya pak?"
"Baik tuan" jawab si supir taxi, sambil melirik ke arah spion, sebelum memutar roda kemudi.
Tapi perjuangan masih belum selesai. Aku yakin di dermaga nanti pasti ada media yang akan meliput apa saja kejadian malam ini.
Hampir tiga puluh menit perjalanan, dermaga sudah terlihat dari balik kaca mobil. Aku memperbaiki penampilanku kembali sebelum turun.
Saat berjalan menuju kursi tunggu, Bahkan beberapa dari mereka sudah melewatiku dan berpencar ke setiap persimpangan Koridor.
Ah sial, mereka mengenaliku
Seketika otakku di buat bekerja mencari cara supaya bisa bersembunyi dari mereka. Aku mencoba melihat ke arah yang bisa ku jadikan celah untuk berlari.
“Hey..!”. Tiba-tiba salah satu dari mereka menyeruku, dia mengenakan pakaian rapi. Dua orang di sampingnya memikul camera. Mereka tak lain adalah para reporter dari media televisi, terlihat dari nama salah satu stasiun TV tertulis di seragam mereka.
Tak ku pedulikan teriakan paparazi, aku benar-benar harus menghilang dari hadapannya.
Tepat berada di balik tanaman bunga rimbun aku bisa bersembunyi. Aku diam sembari berusaha mengatur napas, sampai mereka benar-benar pergi, dan jam keberangkatan kapal pun tinggal 10 menit, aku kembali berlari menuju antrean pemeriksaan tiket.
Ku sodorkan selembar tiketku yang sebelumnya sudah ku ambil dari mesin yang tersedia.
Menutup wajah dengan kedua tangan, seraya menghela napas berat, dan nafasku kian lega ketika melihat kapal sudah mulai bergerak menjauh.
Aku aman sekarang.
Sesampainya di apartemen ibu, lagi-lagi aku mengendap-endap memasuki rumahku sendiri. Takut membangunkan mereka yang pasti sudah pulas tertidur.
Saat membuka pintu kamar, ku lihat sosok Nayla terbalut selimut hingga batas perut. Tak ingin membangunkannya, aku menutup pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Aku mengikis jarak sampai langkahku kian dekat, hatiku terenyuh melihatnya tengah tidur dengan memegang satu kaosku. Hembusan napasnya yang teratur, membuatku seketika lupa dengan Rencana yang sudah ku susun saat di kapal. Tak tega membangunkannya, aku memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi.
Usai mandi, ku lirik jam yang menggantung sudah pukul satu dini hari, aku bergegas naik ke atas ranjang, membaringkan tubuhku di samping Nayla.
Ku tatap wajahnya selagi aku menunggu mata terpejam
Kejutan untuk besok pagi, semoga jantungmu tidak meledak sayang, gumamku lalu mengecup keningnya.
butuh sekitar 15 menit agar mataku bisa tertutup sempurna...
Next nya kalau komentarnya banyak ya... 😀😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KNP GK PAKE HOLDIE DN MASKER..
2023-07-01
0
Audalen Eltutun
ikutan dag dig dug...😀
2022-10-11
0
Vina Suzanna
lanjuttt 😄😄😄
2022-01-14
0