19 (Pulang Kampung)

Kenapa dia ada disini?, apa mereka tinggal di sini juga?"

Sekecil inikah dunia, tanpa ku duga dan tanpa ku bayangkan, aku bertemu dengan Nayla, and now, aku harus melihat dia ada disini, dan parahnya, dia bersama keluarga barunya.

Reflek tanganku memukul roda kemudi di depanku, persetan dengan semua, belum selesai urusan media, dan Alvin, kini aku harus bertemu dengan ayah yang sudah meninggalkanku.

Arggg,,,! Sh*it,,,! Sial,,, umpatku untuk kesekian kalinya.

Ku lajukan kendaraanku membelah gemerlapnya jalanan. Aku membuang napas kasar, kesal bukan main bila mengingat penghianatan ayah pada ibu.

Apa yang membuat ayah menghianati ibu?"

Sekali lagi aku menghembuskan nafas frustasi.

Sampai ketika aku tiba di apartemen, aku menyadari keberadaan awak media, tengah duduk di bangku taman bawah gedung apartemen. Mereka sangat penasaran dengan Nayla, itu sebabnya masih ada beberapa wartawan yang kadang stay di bawah flat, di restauran-restauran dan hotel-hotel miliku.

Tak peduli dengan keberadaanya, langkah kakiku panjang memasuki Flat yang ku tinggali.

Aku butuh Nayla, hanya dia yang bisa menghiburku, cuma dia yang mampu meredam amarahku. Ya, aku akan pulang malam ini juga.

Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, sekalipun harus meninggalkan pekerjaanku berhari-hari, toh sudah ada Rondi dan juga Clara, paman Marco pun bisa mengurus lebih dari satu restauran.

Saat ku lirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku menunjukan pukul sembilan, aku harus cepat-cepat memesan tiket kapal sekarang.

Paling tidak pukul sepuluh aku harus sudah di dermaga, dan sebelum pukul dua belas malam, aku pasti sudah di Hongkong.

Ku klik tombol ok pada tiket dengan keberangkatan pukul 22:15.

Aku hanya perlu membawa notebook dan juga laptopku.

Mengenakan kaos yang ku rangkap dengan kemeja lengan panjang, kupadukan dengan celana pendek berharap pakaian yang ku kenakan ini bisa mengecoh orang-orang pencari berita.

Sebelum benar-benar keluar, aku memeriksa kembali penampilanku, harus benar-benar tidak bisa di kenali.

Tepat setelah berada di bawah flat, ku putar pandangan ke sekelilingku, mengendap-endap agar tak tertangkap oleh netra para reporter.

Ini baru pukul sembilan, biasanya para pemburu berita akan stay hingga pukul sepuluh bahkan sebelas malam. Tapi jika informasi benar-benar di butuhkan, mereka bahkan rela menunggu hingga pagi.

Aku berhasil keluar dari area apartemenku, aku akan naik taksi menuju dermaga.

Aman, Huh, kini aku sudah berada di dalam taxi.

"Ke dermaga ya pak?"

"Baik tuan" jawab si supir taxi, sambil melirik ke arah spion, sebelum memutar roda kemudi.

Tapi perjuangan masih belum selesai. Aku yakin di dermaga nanti pasti ada media yang akan meliput apa saja kejadian malam ini.

Hampir tiga puluh menit perjalanan, dermaga sudah terlihat dari balik kaca mobil. Aku memperbaiki penampilanku kembali sebelum turun.

Saat berjalan menuju kursi tunggu, Bahkan beberapa dari mereka sudah melewatiku dan berpencar ke setiap persimpangan Koridor.

Ah sial, mereka mengenaliku

Seketika otakku di buat bekerja mencari cara supaya bisa bersembunyi dari mereka. Aku mencoba melihat ke arah yang bisa ku jadikan celah untuk berlari.

“Hey..!”. Tiba-tiba salah satu dari mereka menyeruku, dia mengenakan pakaian rapi. Dua orang di sampingnya memikul camera. Mereka tak lain adalah para reporter dari media televisi, terlihat dari nama salah satu stasiun TV tertulis di seragam mereka.

Tak ku pedulikan teriakan paparazi, aku benar-benar harus menghilang dari hadapannya.

Tepat berada di balik tanaman bunga rimbun aku bisa bersembunyi. Aku diam sembari berusaha mengatur napas, sampai mereka benar-benar pergi, dan jam keberangkatan kapal pun tinggal 10 menit, aku kembali berlari menuju antrean pemeriksaan tiket.

Ku sodorkan selembar tiketku yang sebelumnya sudah ku ambil dari mesin yang tersedia.

Menutup wajah dengan kedua tangan, seraya menghela napas berat, dan nafasku kian lega ketika melihat kapal sudah mulai bergerak menjauh.

Aku aman sekarang.

Sesampainya di apartemen ibu, lagi-lagi aku mengendap-endap memasuki rumahku sendiri. Takut membangunkan mereka yang pasti sudah pulas tertidur.

Saat membuka pintu kamar, ku lihat sosok Nayla terbalut selimut hingga batas perut. Tak ingin membangunkannya, aku menutup pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan bunyi. Aku mengikis jarak sampai langkahku kian dekat, hatiku terenyuh melihatnya tengah tidur dengan memegang satu kaosku. Hembusan napasnya yang teratur, membuatku seketika lupa dengan Rencana yang sudah ku susun saat di kapal. Tak tega membangunkannya, aku memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi.

Usai mandi, ku lirik jam yang menggantung sudah pukul satu dini hari, aku bergegas naik ke atas ranjang, membaringkan tubuhku di samping Nayla.

Ku tatap wajahnya selagi aku menunggu mata terpejam

Kejutan untuk besok pagi, semoga jantungmu tidak meledak sayang, gumamku lalu mengecup keningnya.

butuh sekitar 15 menit agar mataku bisa tertutup sempurna...

Next nya kalau komentarnya banyak ya... 😀😀

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KNP GK PAKE HOLDIE DN MASKER..

2023-07-01

0

Audalen Eltutun

Audalen Eltutun

ikutan dag dig dug...😀

2022-10-11

0

Vina Suzanna

Vina Suzanna

lanjuttt 😄😄😄

2022-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Nayla
2 Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3 Part 2 (Keputusan)
4 Bab 3 (Pernikahan)
5 Bab 4 (Menunda malam pertama)
6 Bab 5 (satu pelepasan)
7 Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8 Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9 Bab 8 (Menuju Hongkong)
10 Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11 Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12 11 (One By One)
13 12 (Kejujuran Nayla)
14 13 (kembali ke macau)
15 14 (Fokus Merawat Ibu)
16 15 (Pov Pandu)
17 16 (Media)
18 17(Klarifikasi)
19 18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20 19 (Pulang Kampung)
21 20 (pov Nayla, Hamil)
22 21(Perubahan drastis ibu)
23 22 (Tentang Alvin & Tania)
24 23 (Kembali senam jantung)
25 24 (Hadiah pertama)
26 25 (Melepas penat)
27 26 (Berpisah lagi)
28 Bertemu adik kandung
29 Empat bersodara
30 Kedatangan Alvin ke kantor
31 pagi hari yang menyenangkan
32 Benang rajut
33 Teringat sapu tangan
34 Sepupu Nayla
35 Rencana Pandu
36 pertemuan kedua
37 permulaan rencana
38 Berita Pandu & Delita
39 Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40 Rencana Hermawan
41 saling menyerang
42 Penguntit
43 Ancaman Nayla
44 Nayla dalam bahaya?
45 Pipo=Pandu
46 Pertemuan Hermawan dan Risa
47 Nayla Ke Macau
48 Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49 Kerja sama Nayla & Alvin.
50 Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51 Situasi mencengangkan
52 Keputusan Delita
53 Kejujuran Hermawan
54 Permintaan maaf
55 Tentang Pipo
56 Pandu = Pipo
57 Perubahan rencana Alvin
58 Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59 Dilema Delita
60 Pengusiran Hermawan
61 Kedatangan Hermawan
62 Rencana menjemput Risa
63 Bayi laki-laki
64 Skak mat untuk Delita
65 Perasaan Delita
66 Baby Kellen
67 Memperjelas
68 Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69 Jangan kabur saat sedang bicara
70 Beruntung
71 Morning sweet
72 Rencana makan malam keluarga
73 Pertemuan
74 Notice
75 Notice
76 Perdamaian
77 Memperkenalkan pada publik
78 Kondisi Hermawan
79 Memaafkan
80 Saling memaafkan
81 Jogja on the way, mengunjungi makam
82 Tentang berita di media cetak
83 Dejavu
84 Mencari si kurang ajar
85 Kepanikan Nayla
86 Penangkapan Nancy
87 Amarah dan kecewa
88 Epilog
89 personal asisten
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog Nayla
2
Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3
Part 2 (Keputusan)
4
Bab 3 (Pernikahan)
5
Bab 4 (Menunda malam pertama)
6
Bab 5 (satu pelepasan)
7
Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8
Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9
Bab 8 (Menuju Hongkong)
10
Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11
Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12
11 (One By One)
13
12 (Kejujuran Nayla)
14
13 (kembali ke macau)
15
14 (Fokus Merawat Ibu)
16
15 (Pov Pandu)
17
16 (Media)
18
17(Klarifikasi)
19
18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20
19 (Pulang Kampung)
21
20 (pov Nayla, Hamil)
22
21(Perubahan drastis ibu)
23
22 (Tentang Alvin & Tania)
24
23 (Kembali senam jantung)
25
24 (Hadiah pertama)
26
25 (Melepas penat)
27
26 (Berpisah lagi)
28
Bertemu adik kandung
29
Empat bersodara
30
Kedatangan Alvin ke kantor
31
pagi hari yang menyenangkan
32
Benang rajut
33
Teringat sapu tangan
34
Sepupu Nayla
35
Rencana Pandu
36
pertemuan kedua
37
permulaan rencana
38
Berita Pandu & Delita
39
Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40
Rencana Hermawan
41
saling menyerang
42
Penguntit
43
Ancaman Nayla
44
Nayla dalam bahaya?
45
Pipo=Pandu
46
Pertemuan Hermawan dan Risa
47
Nayla Ke Macau
48
Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49
Kerja sama Nayla & Alvin.
50
Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51
Situasi mencengangkan
52
Keputusan Delita
53
Kejujuran Hermawan
54
Permintaan maaf
55
Tentang Pipo
56
Pandu = Pipo
57
Perubahan rencana Alvin
58
Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59
Dilema Delita
60
Pengusiran Hermawan
61
Kedatangan Hermawan
62
Rencana menjemput Risa
63
Bayi laki-laki
64
Skak mat untuk Delita
65
Perasaan Delita
66
Baby Kellen
67
Memperjelas
68
Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69
Jangan kabur saat sedang bicara
70
Beruntung
71
Morning sweet
72
Rencana makan malam keluarga
73
Pertemuan
74
Notice
75
Notice
76
Perdamaian
77
Memperkenalkan pada publik
78
Kondisi Hermawan
79
Memaafkan
80
Saling memaafkan
81
Jogja on the way, mengunjungi makam
82
Tentang berita di media cetak
83
Dejavu
84
Mencari si kurang ajar
85
Kepanikan Nayla
86
Penangkapan Nancy
87
Amarah dan kecewa
88
Epilog
89
personal asisten

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!