13 (kembali ke macau)

Aku yang tengah meraih pakaian untuknya dari dalam lemari, seketika memindai penampilannya. Satu tangan mas Pandu bergerak mengeringkan rambutnya yang basah, dan tangan lainnya menutup kembali pintu kamar mandi.

Terdiam sejenak, aku mengumpulkan keberanian untuk menanyakan apa yang masih mengganjal di pikiran dan hatiku.

"Mas, benar-benar mencintaiku?" tanyaku pelan.

"Pertanyaan itu sudah ku jawab berulang kali, jangan buat aku menjawab untuk kesekian kalinya Nayla" jawabnya seraya menghampiriku.

Tanganku reflek mengulurkan pakaian padanya dan dia menerima dengan mata menatap padaku"

"Alasan mas mencintaiku masih belum masuk akal bagiku" ujarku pelan, mataku tertuju pada jemari mas Pandu yang bergerak mengancingkan kemeja.

"Kenapa tidak masuk akal?" aku mencintaimu tanpa alasan"

Aku bungkam, sembari menyusun kalimat yang tepat untuk ku ucapkan.

"Why Nayla?" tanyanya ulang dengan nada datar khas miliknya.

"Karena,,"

Ucapanku terpotong oleh perkataan mas Pandu yang tiba-tiba menyela.

"Karena pertemuan singkat kita?" sehingga egomu mengatakan bahwa itu mustahil?"

Deg.. jantungku di dalam sana mendadak berdesir. Aku lupa bahwa dia memiliki insting yang kuat, dia juga seorang pria dengan pembaca pikiran yang baik. Buktinya, dia selalu bisa menebak apa yang aku pikirkan, dan apa yang ada di dalam hatiku, meskipun aku belum mengatakannya. Satu lagi, dengan kemampuan insting itu, dia menjadi penjudi yang hebat.

"Suatu saat pasti kamu akan tahu, tanpa aku beri tahu"

"Kenapa?" tanyaku memicing

"Baru beberapa hari kita tinggal bersama saja kamu sudah tahu seperti apa aku, iya kan?"

"Memang apa yang sudah ku tahu dari mas?"

"Tanyakan pada hatimu, apa yang sudah kamu tahu tentang aku" sahutnya sambil memakai kaos kaki.

"Aku tahu tentang Alvin dan Sonya"

"Bukan yang itu" kilahnya membuatku mengerutkan kening.

"Apa?" tanyaku heran

"Tentang sifat dan sikapku padamu, aku yakin kamu merasakannya"

Ucapan mas Pandu benar, aku tahu dengan sendirinya sifat asli dia. Dia sangat perhatian, penyayang, lembut, dan tidak pernah melakukan kekerasan.

"Bengong lagi" ucapnya membuatku sepersekian detik menyoroti netranya.

"Mas yakin aku akan tahu alasan sebenarnya mas memilih menikahiku dan mencintaiku?"

Bahasa tubuhnya yang merospon pertanyaanku dengan anggukan, membuatku semakin bingung.

"Kalau begitu jangan meniduri wanita lain ketika kita berjauhan"

Setelah mengucapkan itu, aku langsung beranjak dari hadapannya, dan seketika aku merasakan pergelangan tanganku di pegang olehnya, lalu menarik hingga tubuhku menempel padanya, dan aku mendongak mempertemukan netra kami.

"Berikan kepercayaanmu padaku" ucapnya dengan sorot mata tak teralihkan. "Kepercayaanmu tidak akan sia-sia, aku jamin itu"

Sebagian otakku tetap fokus menatapnya, dan sebagian lagi mencerna apa yang di ucapkan tadi.

"Baiklah, ku beri kepercayaan itu pada mas" ujarku berusaha tenang "Apa konsekuensi yang harus mas bayar, jika tidak bisa menjaga kepercayaan yang sudah ku berikan?"

"Nyawaku" Jawaban mas Pandu membuatku merinding.

"Kamu bisa ambil nyawaku untuk mengganti kepercayaanmu" Lanjutnya, dengan sepasang bola mata bergerak seakan mencari sesuatu dalam mataku yang mengekor mengikuti gerakan manik hitamnya.

"Aku siapkan sarapan" kataku memutus kontak mata kami, lalu melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku.

Selagi aku menunggu roti tawar yang tengah ku panggang dalam toaster, aku membuat orak-arik telur dan menggoreng dua guling sosis jumbo, tungku satunya ku pergunakan merebus air untuk menyeduh lai cha atau teh susu.

Belum siap sarapan yang ku buat, tahu-tahu mas Pandu sudah duduk di kursi makan lengkap membawa ransel berisi laptop serta notebooknya. Pria itu langsung sibuk dengan ponsel di tangan kirinya.

"Ibu sama Nuri belum bangun?" tanya mas Pandu saat aku menata sarapan di atas meja.

"Masih jam enam, biarpun bangun juga pasti sibuk bantu ibu bersih-bersih dulu"

"Nah kan, baru dua hari disini kamu sudah tahu kebiasaan Nuri, jadi jangan terus bertanya alasan aku mencintaimu. Suatu saat pasti kamu tahu" pungkasnya lalu mulai menyantap sarapan.

"Kenapa bukan mas yang memberitahu saja?" tanyaku sambil memperhatikan mas Pandu menggigit roti panggang buatanku.

"Aku ingin kamu tahu sendiri"

Mendengar jawabannya, aku diam menatap mas Pandu, bibirku reflek mengerucut, lalu menopang daguku dengan salah satu punggung tanganku.

"Mas tidak marah aku menyimpan rasa pada pria masa kecilku?"

Mas Pandu tersenyum dengan pertanyaanku, detik kemudian menggeleng.

Aneh, seharusnya dia bereaksi marah atau cemburu, kesal mungkin, tetapi tidak.

"Mas tidak cemburu?"

"Cemburu" sahutnya dengan mata fokus ke makanan lalu menyuapkan garpu berisi potongan sosis.

"Terus kenapa reaksinya biasa saja?"

"Tidak ada gunanya kan cemburu, marah-marah, apalagi melotot melotot sama kamu?"

jawabanya memancingku untuk tersenyum, tapi sebisa mungkin aku menahannya.

Usai menghabiskan sarapan, mas Pandu meminum teh, dan meraih tisu lalu mengusapkan di mulutnya.

"Sesi tanya jawabnya di lanjutkan next time ya!"

Aku mengangguk sebelum kemudian berkata "Aku antar sampai ke bawah?"

Sebelum benar-benar keluar dari ruang makan, mas Pandu memelukku lalu mengecup pucuk kepalaku.

"Makasih sarapannya"

"Sama-sama" jawabku yang di respon kecupan di pipiku.

"Dan dessert~nya"

"Dessert?" keningku mengernyit

Alih-alih menjawab, mas Pandu kembali mengecup pipi satunya.

"Biar adil" sahutnya di iringi kerlingan mata.

Kali ini aku paham, dessert yang dia maksud.

"Yakin mau nganter sampai bawah" tanyanya sembari mengenakan sepatu.

"Iya"

Mas Pandu menggandeng tanganku keluar unit. Selagi menunggu pintu lift terbuka, dia terus memandangku dengan tangan tak lepas dari tautannya yang mengunci jemariku. Mendapat tatapan jahilnya, aku rasanya ingin kabur dari hadapan mas Pandu.

"Hati-hati" ucapku menunduk.

"Titip ibu, kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku" pesan mas Pandu, tangannya terulur mengusap puncak kepalaku, lalu beralih ke pipi.

Kepalaku mengangguk sebelum kemudian ku cium punggung tangannya, mas Pandu masuk ke dalam taxi yang sudah ia pesan.

Kenapa berat sekali berpisah dengannya. Itulah bisikan hati yang terus terngiang di telingaku.

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

apa pandu laki² masa kecil nayla...kok tdk cemburu

2023-04-15

0

Nurlaila Ginting

Nurlaila Ginting

aduh mas pandu bapernya aku😍

2022-03-13

0

yasniar basyar

yasniar basyar

sukak Thor, beda dr yg Laen ceritanya

2022-01-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Nayla
2 Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3 Part 2 (Keputusan)
4 Bab 3 (Pernikahan)
5 Bab 4 (Menunda malam pertama)
6 Bab 5 (satu pelepasan)
7 Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8 Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9 Bab 8 (Menuju Hongkong)
10 Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11 Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12 11 (One By One)
13 12 (Kejujuran Nayla)
14 13 (kembali ke macau)
15 14 (Fokus Merawat Ibu)
16 15 (Pov Pandu)
17 16 (Media)
18 17(Klarifikasi)
19 18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20 19 (Pulang Kampung)
21 20 (pov Nayla, Hamil)
22 21(Perubahan drastis ibu)
23 22 (Tentang Alvin & Tania)
24 23 (Kembali senam jantung)
25 24 (Hadiah pertama)
26 25 (Melepas penat)
27 26 (Berpisah lagi)
28 Bertemu adik kandung
29 Empat bersodara
30 Kedatangan Alvin ke kantor
31 pagi hari yang menyenangkan
32 Benang rajut
33 Teringat sapu tangan
34 Sepupu Nayla
35 Rencana Pandu
36 pertemuan kedua
37 permulaan rencana
38 Berita Pandu & Delita
39 Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40 Rencana Hermawan
41 saling menyerang
42 Penguntit
43 Ancaman Nayla
44 Nayla dalam bahaya?
45 Pipo=Pandu
46 Pertemuan Hermawan dan Risa
47 Nayla Ke Macau
48 Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49 Kerja sama Nayla & Alvin.
50 Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51 Situasi mencengangkan
52 Keputusan Delita
53 Kejujuran Hermawan
54 Permintaan maaf
55 Tentang Pipo
56 Pandu = Pipo
57 Perubahan rencana Alvin
58 Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59 Dilema Delita
60 Pengusiran Hermawan
61 Kedatangan Hermawan
62 Rencana menjemput Risa
63 Bayi laki-laki
64 Skak mat untuk Delita
65 Perasaan Delita
66 Baby Kellen
67 Memperjelas
68 Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69 Jangan kabur saat sedang bicara
70 Beruntung
71 Morning sweet
72 Rencana makan malam keluarga
73 Pertemuan
74 Notice
75 Notice
76 Perdamaian
77 Memperkenalkan pada publik
78 Kondisi Hermawan
79 Memaafkan
80 Saling memaafkan
81 Jogja on the way, mengunjungi makam
82 Tentang berita di media cetak
83 Dejavu
84 Mencari si kurang ajar
85 Kepanikan Nayla
86 Penangkapan Nancy
87 Amarah dan kecewa
88 Epilog
89 personal asisten
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog Nayla
2
Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3
Part 2 (Keputusan)
4
Bab 3 (Pernikahan)
5
Bab 4 (Menunda malam pertama)
6
Bab 5 (satu pelepasan)
7
Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8
Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9
Bab 8 (Menuju Hongkong)
10
Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11
Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12
11 (One By One)
13
12 (Kejujuran Nayla)
14
13 (kembali ke macau)
15
14 (Fokus Merawat Ibu)
16
15 (Pov Pandu)
17
16 (Media)
18
17(Klarifikasi)
19
18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20
19 (Pulang Kampung)
21
20 (pov Nayla, Hamil)
22
21(Perubahan drastis ibu)
23
22 (Tentang Alvin & Tania)
24
23 (Kembali senam jantung)
25
24 (Hadiah pertama)
26
25 (Melepas penat)
27
26 (Berpisah lagi)
28
Bertemu adik kandung
29
Empat bersodara
30
Kedatangan Alvin ke kantor
31
pagi hari yang menyenangkan
32
Benang rajut
33
Teringat sapu tangan
34
Sepupu Nayla
35
Rencana Pandu
36
pertemuan kedua
37
permulaan rencana
38
Berita Pandu & Delita
39
Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40
Rencana Hermawan
41
saling menyerang
42
Penguntit
43
Ancaman Nayla
44
Nayla dalam bahaya?
45
Pipo=Pandu
46
Pertemuan Hermawan dan Risa
47
Nayla Ke Macau
48
Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49
Kerja sama Nayla & Alvin.
50
Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51
Situasi mencengangkan
52
Keputusan Delita
53
Kejujuran Hermawan
54
Permintaan maaf
55
Tentang Pipo
56
Pandu = Pipo
57
Perubahan rencana Alvin
58
Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59
Dilema Delita
60
Pengusiran Hermawan
61
Kedatangan Hermawan
62
Rencana menjemput Risa
63
Bayi laki-laki
64
Skak mat untuk Delita
65
Perasaan Delita
66
Baby Kellen
67
Memperjelas
68
Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69
Jangan kabur saat sedang bicara
70
Beruntung
71
Morning sweet
72
Rencana makan malam keluarga
73
Pertemuan
74
Notice
75
Notice
76
Perdamaian
77
Memperkenalkan pada publik
78
Kondisi Hermawan
79
Memaafkan
80
Saling memaafkan
81
Jogja on the way, mengunjungi makam
82
Tentang berita di media cetak
83
Dejavu
84
Mencari si kurang ajar
85
Kepanikan Nayla
86
Penangkapan Nancy
87
Amarah dan kecewa
88
Epilog
89
personal asisten

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!