12 (Kejujuran Nayla)

Detak jantung yang kian menggila, tidak bisa lagi aku kuasai. Sementara mas Pandu, dia melemah dan kemudian ambruk di atas tubuhku, menyembunyikan wajahnya di ceruk leherku.

Saat ku palingkan wajah menghadapnya, dia tengah tersenyum seraya menatapku penuh intens, aku membalasnya dengan kedua ujung bibir melengkung ke atas.

Selama beberapa menit kami saling menatap dalam diam, mas Pandu bergerak mengungkungku dengan bertumpu pada sikunya, lalu kembali memberiku ciuman.

Ketika aku meminta jeda, napas kami saling bertubrukan, dengan hidung yang nyaris bersentuhan. Beberapa saat kemudian tanganku sedikit menekan bagian belakang kepalanya, membuat bibir kami kembali bertemu. Aku mel*umatnya terlebih dulu, dan mas Pandu menyambutnya dengan hangat.

Hingga suara ponsel berbunyi, membuat ciuman kami seketika terlepas.

Tangan mas Pandu bergerak meraih ponsel di atas nakas, bukannya mengangkat, dia malah mematikannya, lalu meletakan kembali di tempat semula.

"Siapa?"

"Alvin" jawabnya singkat. "Aku akan menyiapkan kemungkinan terburuk untuk melindungimu, bukan hanya dari Alvin, tetapi dari sorotan media"

Mendengar kata media, keningku tiba-tiba mengerut.

"Media?" tanyaku penasaran.

"Iya" sahutnya sambil melakukan pergerakan besar untuk berbaring di sampingku "Semenjak aku mengenal Sonya, hingga setelah kematiannya" lanjutnya lalu menariku ke dalam pelukannya "banyak media yang menyorotiku"

"Kenapa?" Apa mas seorang public figur?"

Mas Pandu tampak menggelengkan kepala.

"Bukan aku, tapi Sonya"

"Jadi Sonya seorang artis?"

Untuk kesekian kalinya mas Pandu mengangguk.

"Sonya adalah seorang artis yang memiliki banyak talenta, kehidupannya tak lepas dari sorot media, apapun yang berhubungan dengannya, akan menjadi berita hangat bahkan, kabar kematiannya menjadi tranding topic selama satu bulan saat itu"

Aku mendongak menatap mas Pandu, dengan dagu menempel di dadanya, sedangkan dia langsung membalas tatapanku. Pria ini benar-benar sangat misterius, setelah Alvin, sekarang Sonya.

"Jadi jangan tanya lagi kenapa aku menyembunyikanmu di sini, aku tidak mau kamu terusik oleh media, yang kemungkinan besar akan membuatmu frustasi seperti Sonya"

"Apa karena kedekatan mas dengan Sonya, jadi membuat para media juga menyoroti kehidupan mas?"

"Bukan hanya itu"

"Lalu?"

"Karena mas adalah seorang pengusaha muda yang namanya tidak asing dari kalangan para pengusaha dan,,"

"Dan apa?" tanyaku saat mas Pandu menggantung ucapannya.

"Dan seseorang yang selalu memenangkan judi"

Mendengar kata judi, aku merasa malu pada diriku sendiri. Jika papah dan mamahku masih hidup, kupastikan mereka tidak akan pernah merestui pernikahanku ini.

"Sampai kapan mas akan menyembunyikanku?"

"Hal itu sedang kami pikirkan"

Melihatku mengerutkan kening, dan seolah tahu dengan kebingunganku, mas Pandu kembali bersuara "Aku, Clara dan Rondi"

"Berhentilah berjudi" ucapku kemudian ketika kami terjerat keheningan.

"Aku sudah berusaha untuk tidak berjudi, tapi mereka selalu menantangku terlebih dulu"

"Dan mas mau?"

"Tidak punya pilihan lain" jawabnya lalu mengecup pucuk kepalaku.

"Kenapa tidak di tangkap saja para penjudi itu, dan di jebloskan ke penjara" Kesalku sambil memainkan jari telunjukku di area dadanya.

"Macau adalah dunia Casino Nayla, justru perjudian di legalkan di sana"

"Kalau aku jadi presidennya, akan ku tutup perjudian itu"

Ucapanku membuat mas Pandu mengulas senyum sebelum kemudian kembali berucap "Kamu ingat saat kita ke Plaza waktu itu?"

Mendengar pertanyaan mas Pandu, aku langsung diam, mengingat kejadian waktu itu.

"Selain Haikal, aku juga melihat ada media di sana, makannya aku menyuruhmu untuk mengikutiku dari belakang, jika mereka tahu aku membawamu, pasti mereka akan memburumu"

Hening, kami sama-sama menghirup napas dalam-dalam.

"Mas"

"Ada apa?"

"Sebenarnya,,"

Mas Pandu merenggangkan pelukannya, kemudian tangan kanannya mengangkat daguku. "Sebenarnya apa?" tanyanya penuh intimidasi, dengan alis yang saling bertaut.

"Aku mencintai pria lain"

Jawabanku membuat jakun mas Pandu bergerak naik turun, lalu mengeraskan rahangnya. "Siapa?" tanyanya dengan manik mata menyorotiku.

"Pria masa kecilku" jawabku ragu, dengan dada yang tadinya tenang, kini menjadi tak tenang.

"Saat aku masih berusia lima tahun, dan duduk di bangku TK, ada anak laki-laki yang selalu menemaniku ketika papah belum menjemputku" Aku menghirup napas sebelum melanjutkan kalimatku. "Saat itu papahku selalu menjemputku terlambat, karena dia hanya seorang karyawan yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya dalam waktu tertentu. Aku sudah bilang pada laki-laki itu, untuk tidak perlu menemaniku, karena sudah ada ibu guru yang juga mengawasiku dari dalam ruang guru, tapi dia tetap ingin menemani sampai papah menjemputku"

Aku tidak tahu apakah kejujuranku ini menyakitinya atau tidak, tapi walau bagaimanapun, aku tetap harus jujur, setelah tahu bahwa mas Pandu memang tulus mencintaiku

"Nay?" panggil mas Pandu membuatku tersadar dari lamunanku.

"Maafkan aku, karena laki-laki itu sampai sekarang masih bersemayam di hatiku" lanjutku menunduk.

"Kenapa kamu tidak bisa melupakannya, padahal itu kejadian saat kamu masih kecilkan?"

"Aku tidak tahu, yang ku tahu, laki-laki itu baik, dia juga mengatakan akan selalu menemaniku dan melindungiku, ucapannya itu membuatku terkesan sampai sekarang. Hingga ketika suatu hari, dia berpamitan padaku dan meminta maaf karena harus pergi. Dia juga bilang suatu saat akan menungguku di bangku taman itu, taman di area Sekolah"

"Apa kamu sering menunggunya?" tanyanya dan kepalaku mengangguk.

"Bahkan ketika papah mamahku meninggal, aku seharian menunggu laki-laki itu, berharap dia datang dan menghiburku"

"Apa dia datang?"

Kali ini aku menggeleng. Helaan napasnya membuatku kian takut "Maaf karena sampai sekarang aku masih mengharapkannya"

Sudah kupastikan pria yang tengah memeluku sambil berbaring pasti akan marah.

tunggu...Baru saja aku akan bersuara, tapi kata-kataku mendadak tertahan di ujung lidah, ketika mas Pandu tiba-tiba meraup bibirku, menyapunya dengan lembut.

Ketika tautan bibir kami terurai, dia menyorotku hangat, bibirnya menyunggingkan senyum yang sama sekali tidak ku tahu apa maksudnya.

"Aku mencintaimu Nayla"

What?, dia tidak marah?

"Jika dia kembali padamu, aku akan serahkan kamu padanya"

"Kenapa?"

"Karena aku tahu kamu mencintainya"

"Lalu mas?"

"Tidak masalah asal kamu bahagia, aku rela"

"Apa aku serakah jika aku mencintaimu dan dalam waktu bersamaan aku juga mencintainya?"

"Tidak" jawabnya singkat "Boleh aku minta sekali lagi?"

Belum sempat aku menjawab, mas Pandu sudah lebih dulu melancarkan aksinya. menyatukan bibir kami dan menyesapnya lembut. Tangannya tak mau kalah bergerak lincah di setiap jengkal tubuhku.

Rasanya, aku tidak ingin dia berhenti menyentuhku.

Next...

Terpopuler

Comments

Nurlaila Ginting

Nurlaila Ginting

apa pandu sudah tau klo yg di mksd Nayla itu dia 🤔

2022-03-13

0

Demi sya

Demi sya

nyetok hehe

2021-12-10

0

Demi sya

Demi sya

mau mau mau mau

2021-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Nayla
2 Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3 Part 2 (Keputusan)
4 Bab 3 (Pernikahan)
5 Bab 4 (Menunda malam pertama)
6 Bab 5 (satu pelepasan)
7 Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8 Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9 Bab 8 (Menuju Hongkong)
10 Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11 Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12 11 (One By One)
13 12 (Kejujuran Nayla)
14 13 (kembali ke macau)
15 14 (Fokus Merawat Ibu)
16 15 (Pov Pandu)
17 16 (Media)
18 17(Klarifikasi)
19 18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20 19 (Pulang Kampung)
21 20 (pov Nayla, Hamil)
22 21(Perubahan drastis ibu)
23 22 (Tentang Alvin & Tania)
24 23 (Kembali senam jantung)
25 24 (Hadiah pertama)
26 25 (Melepas penat)
27 26 (Berpisah lagi)
28 Bertemu adik kandung
29 Empat bersodara
30 Kedatangan Alvin ke kantor
31 pagi hari yang menyenangkan
32 Benang rajut
33 Teringat sapu tangan
34 Sepupu Nayla
35 Rencana Pandu
36 pertemuan kedua
37 permulaan rencana
38 Berita Pandu & Delita
39 Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40 Rencana Hermawan
41 saling menyerang
42 Penguntit
43 Ancaman Nayla
44 Nayla dalam bahaya?
45 Pipo=Pandu
46 Pertemuan Hermawan dan Risa
47 Nayla Ke Macau
48 Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49 Kerja sama Nayla & Alvin.
50 Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51 Situasi mencengangkan
52 Keputusan Delita
53 Kejujuran Hermawan
54 Permintaan maaf
55 Tentang Pipo
56 Pandu = Pipo
57 Perubahan rencana Alvin
58 Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59 Dilema Delita
60 Pengusiran Hermawan
61 Kedatangan Hermawan
62 Rencana menjemput Risa
63 Bayi laki-laki
64 Skak mat untuk Delita
65 Perasaan Delita
66 Baby Kellen
67 Memperjelas
68 Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69 Jangan kabur saat sedang bicara
70 Beruntung
71 Morning sweet
72 Rencana makan malam keluarga
73 Pertemuan
74 Notice
75 Notice
76 Perdamaian
77 Memperkenalkan pada publik
78 Kondisi Hermawan
79 Memaafkan
80 Saling memaafkan
81 Jogja on the way, mengunjungi makam
82 Tentang berita di media cetak
83 Dejavu
84 Mencari si kurang ajar
85 Kepanikan Nayla
86 Penangkapan Nancy
87 Amarah dan kecewa
88 Epilog
89 personal asisten
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog Nayla
2
Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3
Part 2 (Keputusan)
4
Bab 3 (Pernikahan)
5
Bab 4 (Menunda malam pertama)
6
Bab 5 (satu pelepasan)
7
Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8
Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9
Bab 8 (Menuju Hongkong)
10
Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11
Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12
11 (One By One)
13
12 (Kejujuran Nayla)
14
13 (kembali ke macau)
15
14 (Fokus Merawat Ibu)
16
15 (Pov Pandu)
17
16 (Media)
18
17(Klarifikasi)
19
18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20
19 (Pulang Kampung)
21
20 (pov Nayla, Hamil)
22
21(Perubahan drastis ibu)
23
22 (Tentang Alvin & Tania)
24
23 (Kembali senam jantung)
25
24 (Hadiah pertama)
26
25 (Melepas penat)
27
26 (Berpisah lagi)
28
Bertemu adik kandung
29
Empat bersodara
30
Kedatangan Alvin ke kantor
31
pagi hari yang menyenangkan
32
Benang rajut
33
Teringat sapu tangan
34
Sepupu Nayla
35
Rencana Pandu
36
pertemuan kedua
37
permulaan rencana
38
Berita Pandu & Delita
39
Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40
Rencana Hermawan
41
saling menyerang
42
Penguntit
43
Ancaman Nayla
44
Nayla dalam bahaya?
45
Pipo=Pandu
46
Pertemuan Hermawan dan Risa
47
Nayla Ke Macau
48
Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49
Kerja sama Nayla & Alvin.
50
Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51
Situasi mencengangkan
52
Keputusan Delita
53
Kejujuran Hermawan
54
Permintaan maaf
55
Tentang Pipo
56
Pandu = Pipo
57
Perubahan rencana Alvin
58
Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59
Dilema Delita
60
Pengusiran Hermawan
61
Kedatangan Hermawan
62
Rencana menjemput Risa
63
Bayi laki-laki
64
Skak mat untuk Delita
65
Perasaan Delita
66
Baby Kellen
67
Memperjelas
68
Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69
Jangan kabur saat sedang bicara
70
Beruntung
71
Morning sweet
72
Rencana makan malam keluarga
73
Pertemuan
74
Notice
75
Notice
76
Perdamaian
77
Memperkenalkan pada publik
78
Kondisi Hermawan
79
Memaafkan
80
Saling memaafkan
81
Jogja on the way, mengunjungi makam
82
Tentang berita di media cetak
83
Dejavu
84
Mencari si kurang ajar
85
Kepanikan Nayla
86
Penangkapan Nancy
87
Amarah dan kecewa
88
Epilog
89
personal asisten

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!