Part 1 (Ajakan Pernikahan)

Makan Malam

"Kita menikah" ucapnya

Dua kata yang membuatku langsung Mendongak. Ku temukan wajahnya yang menyorotkan raut penuh dilema. Ajakan yang sama sekali tak pernah ku duga sebelumnya.

Mengisi paru-paru dengan oksigen sedikit lebih banyak, isi kepalaku seolah menuntut untuk menyelami netranya yang kelam. Berusaha mencari alasan atas ucapan pria yang mangajakku makan malam.

"Kenapa kamu ingin menikahiku?" Padahal kita baru saja bertemu"

"Aku hanya tidak mau menyakitimu, itu saja" ujarnya dengan kedua tangan saling meremat di atas meja.

Mungkin pria ini memiliki beban yang begitu berat, namun seolah tetap kuat di hadapan semua orang.

"Ku pikir kamu membeliku hanya untuk di jadikan budak nafsumu"

"Apa aku sebejad itu di matamu?"

"Karena dari awal aku memandangmu sebagai pria seperti itu" sahutku dengan keberanian yang aku paksakan.

"Aku memang pernah melakukannya, dan kesalahan itu, tidak pernah berhenti untuk ku sesali" jawabnya tenang, membuatku sama sekali tak terkejut.

"Kenapa kamu mengajaku menikah? ada banyak wanita di negara ini, kenapa aku?"

"Kamu tahu kan, seburuk-buruknya lelaki, dia akan memilih wanita baik untuk di jadikan pendamping hidup" jawabnya, yang entah seperti apa ekspresi wajahnya, karena aku masih menundukan kepala.

"Kalau kamu takut menyakitiku" ucapku dengan jantung yang kembali berdetak. "kenapa tidak melepaskanku, aku juga tak sebaik yang kamu kira"

Ku lihat dengan ekor mataku dia tersenyum miring.

"Aku sudah keluar uang banyak untuk membelimu, kamu pikir aku tidak akan rugi dengan melepaskanmu begitu saja?" Ujarnya, dengan alis terangkat satu, dan mulutku langsung terkatup saat melihatnya.

"Tapi kamu bisa berbuat yang lain terhadapku"

"Maksudmu? selain menikahimu?"

Ku anggukan kepala sebagai jawaban, membuatnya lagi-lagi menyunggingkan senyum.

"Kamu menerima pernikahan ini, atau aku jadikan taruhan untuk berjudi?"

Mendengar pilihan yang terselipkan sebuah ancaman, wajahku memanas sekaligus cemas.

"Akan ku pastikan hidupmu akan lebih memilukan, jika kamu menolakku"

Belum surut rasa cemasku, aku kembali di balut rasa ketakutan yang kian lebih. Berusaha menelan saliva, dan akhirnya dengan berat hati, aku memilih untuk menerima pinangannya.

"Dengan satu syarat" ucapku tegas, menahan nyeri yang tiba-tiba muncul.

"Apa?"

"Kamu akan menjadikanku wanita satu-satunya yang kamu tiduri"

Mungkin permintaanku terkesan berlebihan, atau bahkan terlalu percaya diri, tapi aku berharap, syarat yang ku ajukan akan menjadi belenggu yang kemudian membuatnya lelah dan akan melepasku.

"Kalau aku melanggarnya?"

"Aku yang akan meninggalkanmu" jawabku berusaha tenang.

"Baiklah" sahutnya pelan, namun tak serta merta membuat jantungku melambat berdetak ketika mendengar kalimat tambahan. "Aku akan membuatmu mencintaiku, hingga kamu tak mampu berpaling dariku.

Mana mungkin aku mencintai pria arogan sepertimu.

Menghirup napas dalam-dalam, berharap mampu mengurangi amarah yang tertahan. Aku mencoba menatap pria di depanku, namun entah kenapa, rasa was-was mendadak menyelimuti. Terdiam, dan tak berani bicara, karena sedari tadi manik hitamnya tak teralihkan dariku.

"Kita pulang sekarang" ucapnya lalu berdiri "Aku akan mengantarmu sampai ke apartemen Clara"

Perlahan aku menghela napas lega sembari mengiyakan.

********

"Satu minggu lagi kita menikah" pungkasnya ketika mengantarku hingga ke depan pintu apartemen.

"Kenapa secepat itu?" ku tautkan kedua tanganku di bawah sana.

"Memangnya apa yang kamu tunggu?"

"Cinta" balasku spontan.

"Cinta itu akan tumbuh secara perlahan" Dia memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya, seolah berusaha menguatkan pendapatnya.

"Tapi tanpa cinta, kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan" sergahku "Maaf aku masuk dulu" pamitku dengan membawa pilihan yang sudah ku tentukan.

Baru saja aku hendak berbalik, tiba-tiba dia menahanku dengan mencengkram pergelangan tanganku "Bahagia yang seperti apa yang kamu inginkan?" tanyanya datar "Kamu akan memiliki banyak uang jika menikah denganku, aku rasa itu cukup untuk ukuran kebahagiaan seorang wanita"

Aku benar-benar di buat tercengang atas ucapannya "Tapi ukuran bahagiaku bukan itu?"

"Lalu?"

"Semestinya kamu tahu"

Ku lihat dia mengernyitkan dahi "Apa maksudmu keluarga?" sahutnya dengan gestur santai.

Sepertinya dia adalah seorang pembaca pikiran yang baik, dia langsung bisa menebak apa yang aku inginkan. Aku memang menginginkan sebuah keluarga, dimana aku rindu dengan sebuah perkumpulan yang hangat.

"Apa arti keluarga di matamu?"

Jantungku mendadak bergetar, bukan karena pertanyaannya, tapi karena dia berdiri sangat dekat, bahkan hembusan napasnya terasa hangat menerpa wajahku.

Dengan jarak yang tak terkikis seperti ini, hatiku rasanya ingin menjerit. "Bahkan keluargamu sendiri menjualmu dengan harga yang sangat mahal" lanjutnya dengan senyum meledek.

Aku di buat menahan napas karena hidungnya nyaris menyentuh hidungku. Susah payah aku menelan ludah dan berusaha menormalkan ekspresiku "Dan keluargaku" ucapnya menyentuh leherku "Di hancurkan oleh ayahku sendiri"

Sepasang mata kami saling menatap "Lalu apa yang kamu harapkan dari sebuah keluarga?" tanyanya yang membuatku kian beringsut.

Hening selama beberapa saat, aku di buat tak berkutik.

"Jika keluarga telah menyakiti kita, apa yang kamu harapkan lagi dari keluarga itu Nayla?" ujarnya mengulang dan sedikit meninggikan suara.

"Aku..."

Belum sempat aku menjawab, kalimatku sudah di potong olehnya "Dari pada kamu mencari alasan" katanya santai "Lebih baik persiapkan dirimu untuk menikah denganku minggu depan" dia mengucapkannya sembari memilin anak rambutku.

Selang dua detik,

Hatiku lega ketika Clara membuka pintu apartemen. Wanita seusiaku yang menjadi teman sekaligus sepupunya.

"Masuk" perintahnya.

Akupun menurut dan secepatnya meninggalkan dua orang yang kemungkinan akan membicarakan soal pernikahanku.

Di dalam kamar, dadaku seperti tertimpa benda berton-ton, rasa sesak menjalar hingga ke rongga hidung. Sama sekali tak menyangka aku akan menikah dengan pria yang tidak aku cintai. Pria pendiam, namun tegas dan penuh teka-taki. Aku semakin di buat bingung dengan takdirku sendiri.

Lamunanku buyar ketika mendengar ketukan pintu.

"Ini koper berisi pakaian untukmu" ucap Clara, saat aku membuka pintu "Jika ada lagi yang kamu butuhkan, katakan padaku"

"Terimakasih" balasku yang tak di respon olehnya.

"Tunggu" kataku cepat menahan langkahnya.

Clara berbalik dengan tatapan penuh selidik "Ada apa?"

"Bisa kamu jelaskan tentang keluarga Pandu padaku?"

"Bukan ranahku menceritakan privasinya, jika kamu ingin tahu, tanyakan langsung padanya"

Aku menutup pintu kamarku dengan menelan kekecewaan karena keingintahuanku tak terpenuhi. Mendesah pelan, bergegas aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

sequelnya cerita dg judul apa ya thooor

2023-04-15

0

Nuah Lira

Nuah Lira

menarikk

2021-12-17

0

Putri Rizky

Putri Rizky

kayaknya cerita nya menarik, lanjut kak...

2021-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Nayla
2 Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3 Part 2 (Keputusan)
4 Bab 3 (Pernikahan)
5 Bab 4 (Menunda malam pertama)
6 Bab 5 (satu pelepasan)
7 Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8 Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9 Bab 8 (Menuju Hongkong)
10 Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11 Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12 11 (One By One)
13 12 (Kejujuran Nayla)
14 13 (kembali ke macau)
15 14 (Fokus Merawat Ibu)
16 15 (Pov Pandu)
17 16 (Media)
18 17(Klarifikasi)
19 18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20 19 (Pulang Kampung)
21 20 (pov Nayla, Hamil)
22 21(Perubahan drastis ibu)
23 22 (Tentang Alvin & Tania)
24 23 (Kembali senam jantung)
25 24 (Hadiah pertama)
26 25 (Melepas penat)
27 26 (Berpisah lagi)
28 Bertemu adik kandung
29 Empat bersodara
30 Kedatangan Alvin ke kantor
31 pagi hari yang menyenangkan
32 Benang rajut
33 Teringat sapu tangan
34 Sepupu Nayla
35 Rencana Pandu
36 pertemuan kedua
37 permulaan rencana
38 Berita Pandu & Delita
39 Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40 Rencana Hermawan
41 saling menyerang
42 Penguntit
43 Ancaman Nayla
44 Nayla dalam bahaya?
45 Pipo=Pandu
46 Pertemuan Hermawan dan Risa
47 Nayla Ke Macau
48 Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49 Kerja sama Nayla & Alvin.
50 Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51 Situasi mencengangkan
52 Keputusan Delita
53 Kejujuran Hermawan
54 Permintaan maaf
55 Tentang Pipo
56 Pandu = Pipo
57 Perubahan rencana Alvin
58 Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59 Dilema Delita
60 Pengusiran Hermawan
61 Kedatangan Hermawan
62 Rencana menjemput Risa
63 Bayi laki-laki
64 Skak mat untuk Delita
65 Perasaan Delita
66 Baby Kellen
67 Memperjelas
68 Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69 Jangan kabur saat sedang bicara
70 Beruntung
71 Morning sweet
72 Rencana makan malam keluarga
73 Pertemuan
74 Notice
75 Notice
76 Perdamaian
77 Memperkenalkan pada publik
78 Kondisi Hermawan
79 Memaafkan
80 Saling memaafkan
81 Jogja on the way, mengunjungi makam
82 Tentang berita di media cetak
83 Dejavu
84 Mencari si kurang ajar
85 Kepanikan Nayla
86 Penangkapan Nancy
87 Amarah dan kecewa
88 Epilog
89 personal asisten
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog Nayla
2
Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3
Part 2 (Keputusan)
4
Bab 3 (Pernikahan)
5
Bab 4 (Menunda malam pertama)
6
Bab 5 (satu pelepasan)
7
Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8
Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9
Bab 8 (Menuju Hongkong)
10
Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11
Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12
11 (One By One)
13
12 (Kejujuran Nayla)
14
13 (kembali ke macau)
15
14 (Fokus Merawat Ibu)
16
15 (Pov Pandu)
17
16 (Media)
18
17(Klarifikasi)
19
18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20
19 (Pulang Kampung)
21
20 (pov Nayla, Hamil)
22
21(Perubahan drastis ibu)
23
22 (Tentang Alvin & Tania)
24
23 (Kembali senam jantung)
25
24 (Hadiah pertama)
26
25 (Melepas penat)
27
26 (Berpisah lagi)
28
Bertemu adik kandung
29
Empat bersodara
30
Kedatangan Alvin ke kantor
31
pagi hari yang menyenangkan
32
Benang rajut
33
Teringat sapu tangan
34
Sepupu Nayla
35
Rencana Pandu
36
pertemuan kedua
37
permulaan rencana
38
Berita Pandu & Delita
39
Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40
Rencana Hermawan
41
saling menyerang
42
Penguntit
43
Ancaman Nayla
44
Nayla dalam bahaya?
45
Pipo=Pandu
46
Pertemuan Hermawan dan Risa
47
Nayla Ke Macau
48
Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49
Kerja sama Nayla & Alvin.
50
Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51
Situasi mencengangkan
52
Keputusan Delita
53
Kejujuran Hermawan
54
Permintaan maaf
55
Tentang Pipo
56
Pandu = Pipo
57
Perubahan rencana Alvin
58
Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59
Dilema Delita
60
Pengusiran Hermawan
61
Kedatangan Hermawan
62
Rencana menjemput Risa
63
Bayi laki-laki
64
Skak mat untuk Delita
65
Perasaan Delita
66
Baby Kellen
67
Memperjelas
68
Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69
Jangan kabur saat sedang bicara
70
Beruntung
71
Morning sweet
72
Rencana makan malam keluarga
73
Pertemuan
74
Notice
75
Notice
76
Perdamaian
77
Memperkenalkan pada publik
78
Kondisi Hermawan
79
Memaafkan
80
Saling memaafkan
81
Jogja on the way, mengunjungi makam
82
Tentang berita di media cetak
83
Dejavu
84
Mencari si kurang ajar
85
Kepanikan Nayla
86
Penangkapan Nancy
87
Amarah dan kecewa
88
Epilog
89
personal asisten

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!