18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)

Sudah tiga minggu berlalu semenjak klarifikasiku, hingga sampai detik ini, aku belum bisa menjenguk Nayla dan juga ibu. Karena baik media maupun Alvin, masih penasaran dengan Nayla yang aku sembunyikan. Media selalu sembunyi-sembunyi mengikutiku.

Dan itu artinya, sudah hampir sebulan Nayla membantu merawat ibuku, Beliau sudah menunjukan kemajuan dalam dirinya. Aku yang mendengar cerita Nuri dari sambungan telfon, dia memberitahuku bahwa saat ini ibu sudah bisa makan nasi, di bandingkan dulu yang hanya makan bubur, dan minum jus, sebab beliau tidak sepenuhnya bisa mengunyah dan menelan makanan dengan baik.

Mungkin keikhlasan Nayla yang sudah mau merawat ibuku, sang menantu yang selalu memberikan kasih sayangnya semenjak tinggal bersama. Aku yakin dengan adanya Nayla di samping ibu, beliau merasa mendapat kasih sayang dari Nayla, istri dari anaknya.

Saran yang selalu di berikan oleh dokter saat aku menemani ibu periksa. Akan berpengaruh baik jika ada dampingan dari orang terdekatnya. Tapi meskipun Nayla baru saja mengenal ibu, Nayla memiliki hati yang luar biasa baik. Aku berhutang banyak padanya, dan akan membayarnya dengan memberi cinta dan perlindungan sekuat tenagaku.

Saat ini aku sedang berada di restauran milikku, restauran yang di urus oleh Clara. Clara memintaku untuk menelfon ibu karena dia ingin tahu perkembangan ibu yang sudah aku ceritakan padanya.

"Lagi ngapain?" tanyaku usai kami mengucap dan menjawab salam melalui ponsel.

"Mau bantu ibu mandi"

"Nurinya dimana, kenapa bukan dia yang mandiin ibu?" tanyaku setelah menghembuskan asap putih dari mulutku, sebab aku tengah menghisap rokok saat ini.

"Di dapur lagi nyiapin bahan-bahan buat di masak untuk makan malam nanti"

"Ibu ada di mana kok tidak terlihat?"

"Masih di ruang tv, ini aku baru nyiapin air hangat, sama baju ganti buat ibu"

"April ada datang ke rumah?"

"O-oh iya, tadi dia datang sama orang yang tidak ku kenal, mereka minta ijin masuk ke kamar mas?"

"Kamar kamu juga Nay" ucapku yang ku yakini dia pasti salah tingkah.

"Memangnya mereka ngapain mas, aku sempat melihat seperti memasang sesuatu di kamar"

Aku memang tidak memberitahu Nayla kalau aku menyuruh April memanggil orang untuk memasang alat peredam suara.

"Iya biar kamu makin betah di kamar?"

"Tapi kok biasa saja, maksudku tidak ada yang berubah"

Aku tersenyum mendengar ucapannya, dengan netraku yang terus menyoroti aktivitas Nayla memilih baju ganti buat ibu.

"Sudah dulu ya mas, aku mau mandiin ibu"

"Ponselnya di bawa saja ke kamar mandi, aku masih ingin ngobrol"

"Tapi aku arahkan ke atap ya"

"Ok, jangan lupa loudspeaker"

"Iya"

Aku tersenyum mendengar suara guyuran air dari Nayla yang sedang membantu ibu mandi, Terbayang betapa telatennya istriku merawat ibuku. Mungkin dia tidak hanya menganggap ibuku sebagai mertuanya, tapi sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri.

"Pulang kesini masih lama-lama ya mas?" tanyanya tiba-tiba.

"Di usahain sebentar lagi ya, kenapa?" kangen?"

"Tidak" suara Nayla terdengar sangat pelan

"Kamu tidak kangen sama suamimu?" tanyaku lalu mengisap rokok yang ku jepit dengan jari telunjuk dan jari tengah.

"Maksudku, mas tidak kangen sama ibu?" Sanggahnya berusaha berkilah

"Kangen ibu, kangen kamu juga"

Terbayang pipi Nayla yang pasti memerah mendengar jawabanku, dan pasti detak jantungnya pun ikut ribut di dalam sana.

"Tutup mata ibu sebentar ya" ujar Nayla pada ibu, mungkin dia telah selesai mencuci rambut ibu dan akan membilasnya. Dan ternyata, dugaanku salah setelah Nayla berkata "Maaf ya bu, Nayla bersihin dulu muka ibu"

Aku hanya diam mendengar suara Nayla yang berbicara sendiri sebab ibu belum bisa merespon. Dan aku suka ini, membuatku merasa seolah tengah duduk di dekat mereka. Ini sudah kesekian kalinya Nayla membiarkanku menyimak apa saja aktivitas mertua dan menantu itu, meskipun hanya lewat panggilan visual call.

"Sudah selesai mas, aku bawa ibu keluar dulu ya, ponselnya sementara aku tinggal di kamar mandi" Seru Nayla yang ku pastikan saat ini sudah berada di kamar ibu

"Mas" panggilnya setelah hampir satu menit.

"Iya"

"Belum di matiin?"

"Belum, ini nanti Clara pengin lihat ibu, tapi kalau ibu sudah pakai baju, Claranya juga masih sedikit sibuk"

"Ooh gitu" Sahutnya membuatku reflek mengembangkan senyum sambil menatap bara api di ujung rokok, yang sudah hampir habis.

Beberapa menit sudah berlalu, ku lihat melalui layar ponsel ibu sudah tampak lebih segar, dan wajah terlihat lebih cerah. Aku tahu ibu pasti sangat bahagia.

"Kak Nela" sela Clara, ia langsung menyambar ponsel yang tengah ku pegang. "Ayik Risa mana kak?"

"Ayik" seru Clara setelah Nayla mengarahkan layarnya memperlihatkan wajah ibu. "Ayik apa kabar, besok-besok Clara jenguk bawa Mamah ya, ayik sehat-sehat ya di sana. Kak Nela baik kok. Kak Nela?" Panggil Clara setelah bicara panjang lebar.

"Iya" ucapan apapun yang keluar dari mulut Nayla di telingaku selalu terdengar sangat lembut.

"Makasih sudah jagain yiyiku kak"

"Sama-sama"

"Nay"

"Sudah dulu ya mas"

"Hmm" sahutku "nanti malam ku telfon lagi ya"

"Iya"

*******

Sepulang dari kantor, aku melangkah berat menuju tempat parkir, rasanya tidak ada semangat untuk pulang. Padahal dulu sangat terbiasa tinggal sendiri, tapi saat ini, otakku benar-benar kacau tanpa Nayla.

Menarik nafas panjang sebelum menarik kopling, lalu menghembuskannya sedikit kasar. Mau tidak mau aku harus pulang kerumah.

Tunggu...

Aku seperti melihat seseorang yang tak asing bagiku. Ku lajukan mobilku perlahan, ku perhatikan dengan saksama

"Hermawan, sedang apa orang itu disini, dengan siapa dia?" sugar baby?".

Entah kenapa naluri mendorongku untuk turun dan melihat dari dekat. Aku keluar dari mobil lalu duduk di bangku sebelahnya, aku yakin dia tidak mengenaliku dengan jelas, kami berpisah sudah cukup lama. Ku pastikan dia lupa padaku, tapi aku, tidak akan pernah lupa dengan pria yang sudah menyakiti ibuku.

"Sebentar lagi musim dingin loh pah, jangan lupa pakai bajunya banyakin dikit" Ucap wanita itu.

"Pah,,,,!

Apa dia anaknya dengan istri barunya?" wanita yang sudah membuat pria itu meninggalkanku dan ibuku?"

Dan jantungku seketika berdebar kian kencang, melebihi deru mobil yang melaju.

Benar itu pasti anaknya...

Bersambung

Terpopuler

Comments

Demi sya

Demi sya

jangan jangan ayahnya pandu

2021-12-10

0

Leni marlina

Leni marlina

Next

2021-12-03

0

Waty 040484

Waty 040484

Apakah Hermawan ayahx Pandu?

2021-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog Nayla
2 Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3 Part 2 (Keputusan)
4 Bab 3 (Pernikahan)
5 Bab 4 (Menunda malam pertama)
6 Bab 5 (satu pelepasan)
7 Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8 Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9 Bab 8 (Menuju Hongkong)
10 Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11 Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12 11 (One By One)
13 12 (Kejujuran Nayla)
14 13 (kembali ke macau)
15 14 (Fokus Merawat Ibu)
16 15 (Pov Pandu)
17 16 (Media)
18 17(Klarifikasi)
19 18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20 19 (Pulang Kampung)
21 20 (pov Nayla, Hamil)
22 21(Perubahan drastis ibu)
23 22 (Tentang Alvin & Tania)
24 23 (Kembali senam jantung)
25 24 (Hadiah pertama)
26 25 (Melepas penat)
27 26 (Berpisah lagi)
28 Bertemu adik kandung
29 Empat bersodara
30 Kedatangan Alvin ke kantor
31 pagi hari yang menyenangkan
32 Benang rajut
33 Teringat sapu tangan
34 Sepupu Nayla
35 Rencana Pandu
36 pertemuan kedua
37 permulaan rencana
38 Berita Pandu & Delita
39 Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40 Rencana Hermawan
41 saling menyerang
42 Penguntit
43 Ancaman Nayla
44 Nayla dalam bahaya?
45 Pipo=Pandu
46 Pertemuan Hermawan dan Risa
47 Nayla Ke Macau
48 Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49 Kerja sama Nayla & Alvin.
50 Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51 Situasi mencengangkan
52 Keputusan Delita
53 Kejujuran Hermawan
54 Permintaan maaf
55 Tentang Pipo
56 Pandu = Pipo
57 Perubahan rencana Alvin
58 Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59 Dilema Delita
60 Pengusiran Hermawan
61 Kedatangan Hermawan
62 Rencana menjemput Risa
63 Bayi laki-laki
64 Skak mat untuk Delita
65 Perasaan Delita
66 Baby Kellen
67 Memperjelas
68 Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69 Jangan kabur saat sedang bicara
70 Beruntung
71 Morning sweet
72 Rencana makan malam keluarga
73 Pertemuan
74 Notice
75 Notice
76 Perdamaian
77 Memperkenalkan pada publik
78 Kondisi Hermawan
79 Memaafkan
80 Saling memaafkan
81 Jogja on the way, mengunjungi makam
82 Tentang berita di media cetak
83 Dejavu
84 Mencari si kurang ajar
85 Kepanikan Nayla
86 Penangkapan Nancy
87 Amarah dan kecewa
88 Epilog
89 personal asisten
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog Nayla
2
Part 1 (Ajakan Pernikahan)
3
Part 2 (Keputusan)
4
Bab 3 (Pernikahan)
5
Bab 4 (Menunda malam pertama)
6
Bab 5 (satu pelepasan)
7
Bab 6 (Mengunjungi Plaza Departement store)
8
Bab 7 ( Mengunjungi hotel & restauran)
9
Bab 8 (Menuju Hongkong)
10
Bab 9 (Bertemu Bu Risa)
11
Bab 10 (Saparuh Kejujuran Pandu)
12
11 (One By One)
13
12 (Kejujuran Nayla)
14
13 (kembali ke macau)
15
14 (Fokus Merawat Ibu)
16
15 (Pov Pandu)
17
16 (Media)
18
17(Klarifikasi)
19
18 (Bertemu dengan Tn Hermawan)
20
19 (Pulang Kampung)
21
20 (pov Nayla, Hamil)
22
21(Perubahan drastis ibu)
23
22 (Tentang Alvin & Tania)
24
23 (Kembali senam jantung)
25
24 (Hadiah pertama)
26
25 (Melepas penat)
27
26 (Berpisah lagi)
28
Bertemu adik kandung
29
Empat bersodara
30
Kedatangan Alvin ke kantor
31
pagi hari yang menyenangkan
32
Benang rajut
33
Teringat sapu tangan
34
Sepupu Nayla
35
Rencana Pandu
36
pertemuan kedua
37
permulaan rencana
38
Berita Pandu & Delita
39
Pandu & Hermawan, Delita & Alvin
40
Rencana Hermawan
41
saling menyerang
42
Penguntit
43
Ancaman Nayla
44
Nayla dalam bahaya?
45
Pipo=Pandu
46
Pertemuan Hermawan dan Risa
47
Nayla Ke Macau
48
Mengecoh Alvin dengan kesepakatan
49
Kerja sama Nayla & Alvin.
50
Kesediaan Delita menjadi istri kedua
51
Situasi mencengangkan
52
Keputusan Delita
53
Kejujuran Hermawan
54
Permintaan maaf
55
Tentang Pipo
56
Pandu = Pipo
57
Perubahan rencana Alvin
58
Pertemuan Delita dengan Pandu Nayla
59
Dilema Delita
60
Pengusiran Hermawan
61
Kedatangan Hermawan
62
Rencana menjemput Risa
63
Bayi laki-laki
64
Skak mat untuk Delita
65
Perasaan Delita
66
Baby Kellen
67
Memperjelas
68
Rencana ke Jogja & perintah Nayla menemui ibu
69
Jangan kabur saat sedang bicara
70
Beruntung
71
Morning sweet
72
Rencana makan malam keluarga
73
Pertemuan
74
Notice
75
Notice
76
Perdamaian
77
Memperkenalkan pada publik
78
Kondisi Hermawan
79
Memaafkan
80
Saling memaafkan
81
Jogja on the way, mengunjungi makam
82
Tentang berita di media cetak
83
Dejavu
84
Mencari si kurang ajar
85
Kepanikan Nayla
86
Penangkapan Nancy
87
Amarah dan kecewa
88
Epilog
89
personal asisten

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!