Sudah tiga minggu berlalu semenjak klarifikasiku, hingga sampai detik ini, aku belum bisa menjenguk Nayla dan juga ibu. Karena baik media maupun Alvin, masih penasaran dengan Nayla yang aku sembunyikan. Media selalu sembunyi-sembunyi mengikutiku.
Dan itu artinya, sudah hampir sebulan Nayla membantu merawat ibuku, Beliau sudah menunjukan kemajuan dalam dirinya. Aku yang mendengar cerita Nuri dari sambungan telfon, dia memberitahuku bahwa saat ini ibu sudah bisa makan nasi, di bandingkan dulu yang hanya makan bubur, dan minum jus, sebab beliau tidak sepenuhnya bisa mengunyah dan menelan makanan dengan baik.
Mungkin keikhlasan Nayla yang sudah mau merawat ibuku, sang menantu yang selalu memberikan kasih sayangnya semenjak tinggal bersama. Aku yakin dengan adanya Nayla di samping ibu, beliau merasa mendapat kasih sayang dari Nayla, istri dari anaknya.
Saran yang selalu di berikan oleh dokter saat aku menemani ibu periksa. Akan berpengaruh baik jika ada dampingan dari orang terdekatnya. Tapi meskipun Nayla baru saja mengenal ibu, Nayla memiliki hati yang luar biasa baik. Aku berhutang banyak padanya, dan akan membayarnya dengan memberi cinta dan perlindungan sekuat tenagaku.
Saat ini aku sedang berada di restauran milikku, restauran yang di urus oleh Clara. Clara memintaku untuk menelfon ibu karena dia ingin tahu perkembangan ibu yang sudah aku ceritakan padanya.
"Lagi ngapain?" tanyaku usai kami mengucap dan menjawab salam melalui ponsel.
"Mau bantu ibu mandi"
"Nurinya dimana, kenapa bukan dia yang mandiin ibu?" tanyaku setelah menghembuskan asap putih dari mulutku, sebab aku tengah menghisap rokok saat ini.
"Di dapur lagi nyiapin bahan-bahan buat di masak untuk makan malam nanti"
"Ibu ada di mana kok tidak terlihat?"
"Masih di ruang tv, ini aku baru nyiapin air hangat, sama baju ganti buat ibu"
"April ada datang ke rumah?"
"O-oh iya, tadi dia datang sama orang yang tidak ku kenal, mereka minta ijin masuk ke kamar mas?"
"Kamar kamu juga Nay" ucapku yang ku yakini dia pasti salah tingkah.
"Memangnya mereka ngapain mas, aku sempat melihat seperti memasang sesuatu di kamar"
Aku memang tidak memberitahu Nayla kalau aku menyuruh April memanggil orang untuk memasang alat peredam suara.
"Iya biar kamu makin betah di kamar?"
"Tapi kok biasa saja, maksudku tidak ada yang berubah"
Aku tersenyum mendengar ucapannya, dengan netraku yang terus menyoroti aktivitas Nayla memilih baju ganti buat ibu.
"Sudah dulu ya mas, aku mau mandiin ibu"
"Ponselnya di bawa saja ke kamar mandi, aku masih ingin ngobrol"
"Tapi aku arahkan ke atap ya"
"Ok, jangan lupa loudspeaker"
"Iya"
Aku tersenyum mendengar suara guyuran air dari Nayla yang sedang membantu ibu mandi, Terbayang betapa telatennya istriku merawat ibuku. Mungkin dia tidak hanya menganggap ibuku sebagai mertuanya, tapi sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri.
"Pulang kesini masih lama-lama ya mas?" tanyanya tiba-tiba.
"Di usahain sebentar lagi ya, kenapa?" kangen?"
"Tidak" suara Nayla terdengar sangat pelan
"Kamu tidak kangen sama suamimu?" tanyaku lalu mengisap rokok yang ku jepit dengan jari telunjuk dan jari tengah.
"Maksudku, mas tidak kangen sama ibu?" Sanggahnya berusaha berkilah
"Kangen ibu, kangen kamu juga"
Terbayang pipi Nayla yang pasti memerah mendengar jawabanku, dan pasti detak jantungnya pun ikut ribut di dalam sana.
"Tutup mata ibu sebentar ya" ujar Nayla pada ibu, mungkin dia telah selesai mencuci rambut ibu dan akan membilasnya. Dan ternyata, dugaanku salah setelah Nayla berkata "Maaf ya bu, Nayla bersihin dulu muka ibu"
Aku hanya diam mendengar suara Nayla yang berbicara sendiri sebab ibu belum bisa merespon. Dan aku suka ini, membuatku merasa seolah tengah duduk di dekat mereka. Ini sudah kesekian kalinya Nayla membiarkanku menyimak apa saja aktivitas mertua dan menantu itu, meskipun hanya lewat panggilan visual call.
"Sudah selesai mas, aku bawa ibu keluar dulu ya, ponselnya sementara aku tinggal di kamar mandi" Seru Nayla yang ku pastikan saat ini sudah berada di kamar ibu
"Mas" panggilnya setelah hampir satu menit.
"Iya"
"Belum di matiin?"
"Belum, ini nanti Clara pengin lihat ibu, tapi kalau ibu sudah pakai baju, Claranya juga masih sedikit sibuk"
"Ooh gitu" Sahutnya membuatku reflek mengembangkan senyum sambil menatap bara api di ujung rokok, yang sudah hampir habis.
Beberapa menit sudah berlalu, ku lihat melalui layar ponsel ibu sudah tampak lebih segar, dan wajah terlihat lebih cerah. Aku tahu ibu pasti sangat bahagia.
"Kak Nela" sela Clara, ia langsung menyambar ponsel yang tengah ku pegang. "Ayik Risa mana kak?"
"Ayik" seru Clara setelah Nayla mengarahkan layarnya memperlihatkan wajah ibu. "Ayik apa kabar, besok-besok Clara jenguk bawa Mamah ya, ayik sehat-sehat ya di sana. Kak Nela baik kok. Kak Nela?" Panggil Clara setelah bicara panjang lebar.
"Iya" ucapan apapun yang keluar dari mulut Nayla di telingaku selalu terdengar sangat lembut.
"Makasih sudah jagain yiyiku kak"
"Sama-sama"
"Nay"
"Sudah dulu ya mas"
"Hmm" sahutku "nanti malam ku telfon lagi ya"
"Iya"
*******
Sepulang dari kantor, aku melangkah berat menuju tempat parkir, rasanya tidak ada semangat untuk pulang. Padahal dulu sangat terbiasa tinggal sendiri, tapi saat ini, otakku benar-benar kacau tanpa Nayla.
Menarik nafas panjang sebelum menarik kopling, lalu menghembuskannya sedikit kasar. Mau tidak mau aku harus pulang kerumah.
Tunggu...
Aku seperti melihat seseorang yang tak asing bagiku. Ku lajukan mobilku perlahan, ku perhatikan dengan saksama
"Hermawan, sedang apa orang itu disini, dengan siapa dia?" sugar baby?".
Entah kenapa naluri mendorongku untuk turun dan melihat dari dekat. Aku keluar dari mobil lalu duduk di bangku sebelahnya, aku yakin dia tidak mengenaliku dengan jelas, kami berpisah sudah cukup lama. Ku pastikan dia lupa padaku, tapi aku, tidak akan pernah lupa dengan pria yang sudah menyakiti ibuku.
"Sebentar lagi musim dingin loh pah, jangan lupa pakai bajunya banyakin dikit" Ucap wanita itu.
"Pah,,,,!
Apa dia anaknya dengan istri barunya?" wanita yang sudah membuat pria itu meninggalkanku dan ibuku?"
Dan jantungku seketika berdebar kian kencang, melebihi deru mobil yang melaju.
Benar itu pasti anaknya...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Demi sya
jangan jangan ayahnya pandu
2021-12-10
0
Leni marlina
Next
2021-12-03
0
Waty 040484
Apakah Hermawan ayahx Pandu?
2021-12-03
0