Artificial God
Aku benci kehidupan yang seperti ini, seharusnya aku tidak pernah dilahirkan, atau setidaknya aku tidak dilahirkan di keluarga yang suram ini. Aku benci jika orang tuaku membanding-bandingkan ku dengan kakakku, yang sama sekali tak memiliki kekurangan.
Kakakku adalah orang yang sempurna dari yang sempurna. Aku sangat iri bagaimana bisa ada manusia yang sesempurna kakakku, dia juga orangnya sangat menyenangkan, dan mudah bergaul. Bukan hanya itu saja, dia sangat cerdas, dan memiliki IQ di atas rata-rata. Karena kakakku yang sempurna itu di mata semua orang, aku menjadi aib bagi keluarga ku.
Aku memang tidak sepandai kakakku, aku memang sulit untuk bergaul dengan orang lain. Tapi setidaknya mereka memikirkan perasaanku, dan jangan melihat ku sebagai binatang yang menjijikan. Memangnya kenapa kalau aku tidak sepintar kakak, dan sempurna seperti kakakku?.
Bahkan ada seseorang yang bahkan lebih buruk dari pada aku, tapi mereka tak memaki-maki nya. Apa karena kakakku yang seorang manusia yang sempurna? dan karena aku tidak sesempurna kakakku maka mereka memperlakukan ku dengan buruk?.
Yang aku inginkan adalah rasa kasih sayang, dan cinta kalian padaku. Kenapa aku tidak pernah mendapatkan kedua hal itu? apa aku harus menjadi sempurna seperti kakakku, baru aku akan di akui?. Aku sudah mencobanya dengan sangat keras, dan sebisaku... namun, tetap saja orang bodoh sepertiku tidak akan mampu melampaui kakakku yang sempurna itu.
Berada di sampingnya pun itu mustahil, perbedaan kami seperti neraka, dan surga. Itulah yang kulihat dalam hidupku, aku tidak butuh harta yang berlimpah, ataupun kekuasaan. Lebih baik aku terlahir sebagai orang miskin yang di cintai banyak orang dari pada seperti ini.
Namun seharusnya aku tidak boleh menyalahkan semuanya pada kakakku. Karena hanya dialah tempat ku untuk bersandar, dia sangat baik padaku sampai mau mendengarkan penderitaan. Rasa sangat memalukan sekali membicarakan penderitaan ku kepada orang yang membuatku menderita.
Tapi pelukan, dan senyumannya terasa hangat sekali bagiku. Aku ingin terus seperti itu, tanpa ada penderita tanpa akhir seperti ini, aku ingin tinggal berdua sama kakak ku saja kalau bisa. Tapi yang di depanku hanya ada kenyataan yang pahit.
Brak!
"Bangun dasar anak pemalas!" teriak ayahku yang memasuki kamarku dengan amarah. Aku yang sedang tertidur pulas di meja belajarku itu pun langsung terbangun. Seperti biasanya, aku menundukkan kepalaku, dan tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
Bugh!
"Mau sampai kapan kau terus hidup menjadi aib bagi keluarga ini!" teriak ayahku yang terus menghajar wajahku sampai meninggalkan memar di wajahku. Ini sudah menjadi kebiasaan ku, bukan karena aku melakukan kesalahan, akan tetapi setiap harinya aku akan terus di perlakukan seperti ini.
Tentu saja awalnya aku merasa sangat kesakitan, dan menangis meminta mohon untuk berhenti. Tapi karena sudah terbiasa aku hanya diam, dan bertahan merasakan rasa sakit ini dengan tatapan kosong. Setidaknya aku tidak melawan orang tuaku dengan kekerasan itu jauh lebih baik kan.
"Sekarang hari libur kau tidak boleh malas-malasan! ayah akan memperhatikan mu sampai malam, dan teruslah belajar!" teriak ayahku, kemudian aku mengambil buku pelajaran di tasku, dan menaruhnya di meja belajar dengan bertumpuk-tumpuk hingga menggunung.
Ayahku tidak hanya memperhatikan ku yang sedang belajar saja, dia juga memberikan pertanyaan kepadaku dari buku yang ku baca. Setelah itu aku harus menjawabnya dengan benar, kalau tidak aku akan di hajar lagi oleh ayahku, karena itu aku harus belajar dengan sungguh-sungguh, dan teliti sehingga saat ayahku memberikan ku sebuah pertanyaan, aku bisa menjawabnya dengan benar.
Akhirnya malam pun telah tiba, aku berhasil melewati semua pertanyaan ayah dengan benar. Aku sangat beruntung kali ini karena dapat menjawab pertanyaannya dengan benar. Aku sangat lelah sekali, dan besok aku sudah harus pergi ke sekolah untuk belajar lagi. Sekarang sudah masuk tengah malam, aku hanya memiliki waktu setidaknya 5 jam kurang lebih untuk tidur.
"Bagus... setelah merapikan buku-buku mu, cepatlah tidur" kata ayahku yang segera meninggalkan kamarku.
Apa bisa kehidupan yang kujalani ini bisa disebut dengan kehidupan? hahaha! lucu sekali kalau aku menganggap kehidupan ku ini sebagai kehidupan. Aku diperlakukan seperti binatang, kalau salah melakukan sesuatu aku akan di benarkan dengan cara di hajar. Layaknya film pacuan kuda yang sudah lama tidak ku tonton di televisi.
Ceklek...
"Psst..."
"Kakak sudah pulang?" tanyaku dengan mata yang berbinar-binar.
"Iya... kakak sudah pulang adik kecilku" kata kakakku yang datang langsung memelukku dengan penuh kasih sayang. Hangat... rasanya hangat sekali, seperti di bawa ke dimensi yang berbeda.
"Kakak! hari ini aku dapat menjawab semua pertanyaan yang ayah berikan padaku dengan benar semua" kataku yang mulai meneteskan air mata.
"Kerja bagus adikku... kakak percaya padamu kalau suatu saat nanti kau akan menjadi orang yang hebat. Orang yang melebihi siapapun di dunia ini termasuk kakakmu ini" kata kakakku dengan tersenyum lebar padaku.
Tapi entah kenapa rasanya seperti ada yang berbeda dari senyuman kakakku kali ini. Rasanya kakakku seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Wajahnya juga terlihat mencurigakan, sebenarnya apa yang baru saja terjadi pada kakak?.
"Kak... apa ada yang ingin kakak bicarakan padaku?" tanyaku yang membuat kakakku sedikit terkejut.
"Haha... kau memang sangat pandai memahami orang lain ya. Sebenarnya benar katamu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Mungkin ini..." kata kakakku yang tiba-tiba terdiam.
"Ada apa kak?..."
"Sudahlah... kakak sangat mengantuk sekali, kau cepatlah tidur ya. Besok kau harus pergi sekolah loh" kata kakakku yang bersikap sangat berbeda hari ini. Dia terburu-buru untuk meninggalkan kamarku, dan kembali ke kamarnya.
Di tengah malam itu aku sangat memikirkan perkataan kakakku tadi. Sebenarnya apa yang ingin kakak bicarakan padaku? perkataan terakhir kakak membuatku terus memikirkannya. Aku jadi kesulitan untuk tertidur karena kata-kata kakak tadi, dan juga sikapnya yang sangat mencurigakan.
Kemudian tiba-tiba saja ada yang berbisik di hatiku, "Pergi Untuk Selama-lamanya". Seketika jantungku berhenti berdetak, dan membuat tubuhku bergemetar ketakutan. Tidak, kakakku tidak mungkin akan seperti itu kan? itu mustahil! dasar hatiku! kalau kau memang menderita, seharusnya kau tidak mengatakan hal buruk seperti itu pada kakakku.
Kakakku tidak mungkin meninggalkan ku, dia bukan orang yang seperti itu! aku sangat yakin sekali. Pikiranku menjadi semakin kacau, dan akhirnya aku memutuskan untuk bangun, dan pergi ke kamar kakakku. Namun apa-apaan ini!?... kamar kakakku telah kosong, seperti orang yang akan pergi meninggalkan tempat ini.
Tidak mungkin... tidak mungkin kakakku pergi! di tempat tidurnya pun tidak ada kakakku. Padahal tadi kakak bilang kalau dia sangat mengantuk, dan akan segera tidur. Tapi apa ini!? kakak membohongiku, apa jangan-jangan... kakak memang benar akan pergi meninggalkanku, untuk selama-lamanya?.
Semalaman itu aku terus menangis tersedu-sedu di kamar kakakku sambil berharap kakakku akan kembali padaku dengan pelukan hangat, dan senyuman yang menenangkan hatiku. Air mataku membasahi tempat tidur kakakku, dan membuat mataku merah karena terus menangis.
Brak!
"Ternyata kamu ada disini! cepat bangun, dan berangkat sekolah sana!" teriak ayahku dengan kasar padaku.
"Ka-ka..."
"Kau ini ngomong apa sih! mimpi apa kau tadi malam sampai menangis seperti ini! dasar anak sialan!" teriak ayahku dengan kesal sambil memukuli wajahku.
"Ka-kakak telah pergi... huhu" tangis ku pada ayahku.
"Dasar bodoh! kakakmu kan sudah biasa pergi, dan jarang pulang seperti ini. Cepat bangun! kalau tidak akan ayah patahkan tangan, dan kakimu!" teriak ayahku yang benar-benar marah padaku.
Memang benar kata ayahku kalau kakak memang jarang sekali pulang karena urusannya yang banyak. Kakakku adalah seorang ilmuwan yang sangat hebat, terkadang dia tertidur di tempat kerjanya, dan tidak pulang. Begitu kakakku bangun dia harus bekerja lagi, karena kakakku bilang ada yang ingin dia teliti tentang sesuatu dengan sendirian tanpa bantuan ilmuwan lain.
Kakak tak pernah cerita tentang apa yang dia teliti sampai-sampai satu tahun lebih ini kakak jadi sangat jarang sekali untuk pulang ke rumah. Tapi saat ini aku sangat bingung dengan perkataan kakak barusan. Kata-katanya, tatapan matanya, senyumannya... menunjukkan bahwa dirinya akan pergi, dan tak akan pernah kembali untuk selama-lamanya.
Padahal dia adalah satu-satunya orang yang menyayangi, satu-satunya cahaya dalam hidupku. Meski tak memiliki banyak waktu untuk di kenang bersama karena urusan kakakku yang sangat padat. Setidaknya bagiku ada satu orang yang sangat memahami ku, namun... kini cahaya itu telah pergi, dan hatiku mulai menggelap kembali.
Semoga saja ini hanya pikiran ku saja, dan tak benar-benar terjadi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
jangan lupa mampir di karyaku juga ya dan beri dukungannya. sekalian boleh minta folback nya agar bisa berteman
2023-03-29
1
Rain Hikmah
tetap semangat 💪
2021-12-19
2
Rain Hikmah
halo
2021-12-19
2