Di desa manusia kucing atau Leonis, kami memiliki tanah yang subur, dan perairan yang jernih. Desa kami sangat damai, di tambah dengan pepohonan yang rimbun menjulang tinggi. Kami memanfaatkan pohon-pohon itu sebagai rumah kami, dan juga memanfaatkan semua yang ada di wilayah kami.
Di arah utara ada pedesaan Elf yang juga tak kalah indahnya dengan pedesaan kami para manusia kucing. Para manusia bertelinga runcing itu hidup di tempat yang berbeda dengan kami. Tanah, pepohonan, dan lain-lain yang berada di area itu, terlihat sangat indah saat di malam hari.
Tanaman, pepohonan itu bersinar terang di malam hari yang membuat suasana menjadi lebih menenangkan. Lalu di arah barat adalah wilayah para iblis, tempat mereka begitu buruk bagi para ras lainnya. Mereka hidup di bebatuan keras, dan panas dengan aliran lava yang mengalir di mana-mana.
Tidak hanya itu saja yang membuat wilayahnya terlihat buruk, dan menyeramkan. Di wilayah mereka terdapat pepohonan aneh, dan binatang-binatang yang menyeramkan. Namun dari sudut pandang mereka itulah tempat yang terbaik untuk ditinggali.
Kemudian di timur di kuasai oleh bangsa manusia bersayap, dewa kami memberikan sebuah nama untuk ras manusia bersayap itu. Dewa memanggil manusia bersayap itu dengan sebutan malaikat, entah apa yang dia pikirkan hingga muncul nama seperti itu, tapi bagiku tidak buruk juga nama yang diberikan dewa kami.
Masih banyak lagi ras yang ingin ku ceritakan di tempat lainnya, tapi aku malas bercerita. Lalu kami juga membuat perjanjian untuk tidak boleh begitu saja ke wilayah miliknya. Kami hanya boleh masuk ke wilayah lainnya saat ada urusan penting saja, dan menarik perhatian pemimpin para wilayah itu saja.
Kalau tidak menarik perhatian pemimpin wilayah, orang yang memberikan kabar itu akan langsung di bunuh dengan kejam. Padahal bukan kehidupan yang seperti ini yang kuinginkan, aku ingin semua ras yang ada bisa hidup dengan damai. Tapi entah kenapa dewa membiarkan kami bertengkar seperti ini, seperti tidak mempedulikan kami.
Mungkin dewa kami, menginginkan kami yang mengurus persoalan ini. Karena itu dewa tidak turun tangan hanya untuk masalah seperti ini. Oleh karena itu aku Gernath, si manusia kucing memiliki mimpi yang sangat besar, yaitu mimpi untuk menyatukan semua ras yang ada, hingga dunia ini bisa hidup dengan damai.
Inginnya aku seperti itu, namun aku hidup sebagai kucing yatim-piatu yang tak memiliki siapapun. Aku membuat rumahku sendiri dari sumber daya yang melimpah di wilayah kami. Kalau aku ingin makan, aku hanya perlu pergi memburu, atau menangkap ikan di sungai dengan peralatan yang ku buat sendiri.
Meski aku tak memiliki siapapun, aku sudah merasa sangat bahagia bisa hidup disini. Bersama dengan orang-orang baik disekitar ku, terkadang mereka datang mengunjungi rumahku untuk memberikan kebutuhan ku sehari-hari. Untuk membalas kebaikan mereka, aku memutuskan untuk membantu mereka apapun itu.
Seperti membantu mengurus peternakan, mengurus kebun, menjaga anak mereka yang masih kecil selagi orang tua mereka berburu, dan masih banyak lagi yang kulakukan. Namun tetap saja, aku merasa kesepian karena tidak ada seseorang di sampingku untuk menghabiskan waktu bersama ku.
Lalu untuk memulai hari yang cerah ini, aku memutuskan untuk pergi berburu dengan senjata milikku yang sangat berharga. Pemimpin desa memberikan alat berburu ini padaku, dan dia bilang kalau alat ini adalah milik ayahku yang digunakan untuk berburu. Sekarang benda yang sangat berharga ini sedang ku genggam penuh dengan semangat untuk memburu.
Nama benda ini adalah pedang, itu ada nama yang diberikan oleh dewa pada kami. Dewa memberitahukan semuanya tentang senjata, binatang, tumbuhan, dan lain-lainnya menggunakan nama-nama yang digunakan oleh manusia lama. Dewa memilih nama-nama itu agar tidak kesulitan untuk mengetahui benda-benda baru di kehidupan ini.
Aku memasuki hutan belantara, hutan ini diberi nama hutan Agnuth. Hutan ini adalah tempat favorit kami para manusia kucing untuk berburu, tak hanya berburu saja. Kami juga mengambil sumber daya yang melimpah dari sini, seperti pepohonan, batu-batuan, dan lainnya yang ada di hutan ini.
Srak... bugh...
"Waaaaaa!" aku tak sengaja masuk ke dalam jebakan orang lain. Aku jatuh ke dalam lubang yang cukup dalam, badanku sakit sekali setelah jatuh tadi. Lalu manusia kucing yang membuat jebakan itu melihat ke dalam lubang, dan terkejut kalau yang masuk ke dalam jebakan miliknya adalah aku.
"Astaga! bagaimana bisa kau masuk ke dalam sana, Gernath!?"
"Aw... ukh sakit sekali... apa ini jebakan milikmu Tygruth?" tanyaku padanya sambil melompat keluar dari lubang itu.
"Haha... maaf ya, habisnya aku tak mendengar ada langkah kaki" ucap Tygruth sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Itu karena aku sedang berburu disini, aku harus berhati-hati dalam melangkah agar buruanku tidak kabur" kataku.
"Kau sedang berburu juga? tapi dimana pedang milikmu yang kau gunakan untuk berburu?" tanya Tygruth yang terlihat kebingungan. Aku baru sadar kalau aku sedang tak menggenggam pedang milikku. Namun syukurlah aku menemukannya, ternyata pedangnya ada di dalam lubang itu.
"Ngomong-ngomong ada berapa banyak jebakan yang kau buat disini?" tanyaku yang ingin lebih dekat dengan Tygruth agar kami bisa berteman.
"Hmm... sekitar 10 lebih, kau beruntung masuk ke dalam jebakan yang baru ku buat. Karena jebakan yang lainnya sudah ku beri duri-duri yang tajam" kata Tygruth.
Srak... brug... khieeek...khieeek... tiba-tiba saja kami mendengar sesuatu dari kejauhan entah dari mana itu. Sepertinya dari suaranya menandakan kalau salah satu jebakan yang di buat oleh Tygruth ada yang mengenainya. Tygruth pun langsung berlari dengan kencang sambil mengajakku untuk melihatnya.
Kami melompat-lompat di atas pohon dengan cepat menuju arah suara itu. Begitu kami sampai, ternyata Tygruth mendapatkan tangkapan besar, seekor rusa besar jatuh ke dalam jebakan Tygruth dengan penuh darah karena duri-duri yang dia pasang di dalamnya. Duri-duri itu didapatkan dari pohon besar yang memiliki duri, Tygruth memotong duri itu, dan menancapkan nya kedalam jebakan miliknya.
"Haha! akhirnya aku berhasil mendapatkan tangkapan untuk pertama kalinya" tangis Tygruth dengan penuh haru.
"Apa!? jadi ini tangkapan pertamamu? dari satu tahun yang lalu sejak pertama kali kau membuat jebakan ini?" tanyaku yang terkejut mendengarnya.
"Iya benar, dengan ini pasti orang tuaku sangat bangga padaku... ah... maaf, aku tidak bermaksud..."
"Tidak apa... lebih baik kita memikirkan bagaimana cara mengambil rusa itu dari duri-duri yang kau pasang begitu banyaknya" ucapku sambil berpikir.
"Eh!? kau benar juga? sial aku tidak pernah memikirkan hal ini! apa kau adalah seorang jenius Gernath!?" kata Tygruth yang menggenggam kedua pundak ku dengan mata yang berbinar-binar.
"Apa-apaan kau ini... hanya seperti itu saja kau menyebutkan jenius" kataku yang sebenarnya senang mendengarnya, tapi aku harus menjaga wibawa ku.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? apa kita harus minta tolong kepada orang lain?" tanya Tygruth yang mengerutkan dahinya.
Di desa kami memiliki peraturan berburu, kalau meminta pertolongan orang lain kami harus membaginya secara rata dengan yang bersangkutan. Namun untuk membantu membawa buruan yang seperti ini, sepertinya hanya perlu di berikan seperempat dari hasil buruan yang di dapat.
Oleh karena itu Tygruth mengerutkan dahinya, karena tidak ingin hasil buruan yang sudah dia nanti-nantikan malah di bagikan kepada orang lain. Padahal ini adalah hasil tangkapan untuk pertama kalinya setelah satu tahun lamanya dia memasang jebakan-jebakan ini.
"Tidak perlu khawatir, ada aku disini, dan aku tak akan meminta hasil buruan mu meski hanya sedikit" kata yang mencoba untuk menenangkannya.
"Benarkah? baiklah aku percayakan hasil buruanku padamu! tapi dengan cara apa?" tanya Tygruth yang menaruh harapannya padaku.
"Apa kau memiliki tali yang cukup panjang, dan besar?"
"Tentu saja aku punya, benda itu ada di dalam tasku"
"Baiklah kalau begitu, aku akan menggunakan tali itu" kataku.
Aku mengambil tali itu, dan mengikatnya ke pedang milikku dengan sangat erat. Sebenarnya aku agak terganggu dengan keberadaan Tygruth di sampingku yang sedang bekerja. Matanya berbinar-binar sambil menganga, itu membuatku merasa jengkel.
"Perhatian baik-baik... hiats!" aku melempar pedangku ke badan rusa itu hingga setengah dari batang pedang itu masuk ke dalam tubuhnya. Kemudian aku menarik pedangku kembali dengan tali yang sudah ku ikat di pedang milikku tadi.
"Apa!? bagaimana bisa pedang milikmu tidak lepas dari tubuh rusa itu begitu kau tarik?" teriak Tygruth yang terkejut melihatku.
"Jangan banyak tanya.... ergh... cepat bantu aku menariknya!" kataku yang kesulitan menarik rusa besar itu. Kemudian Tygruth ikut membantuku menarik rusa itu keluar dari lubang, dan akhirnya kami pun berhasil menarik rusa besar itu keluar dari lubang.
Tanganku jadi keram karena menarik rusa itu, dan tenagaku sudah habis,. begitu juga dengan Tygruth. Kami kelelahan, hingga tiduran di rerumputan sambil ngos-ngosan, kemudian kami saling menatap, dan tertawa bersama. Apa mungkin ini rasanya memiliki seorang teman? hati kecilku merasa senang sekali.
Kami pun memutuskan untuk tiduran sementara sebelum membawa rusa besar itu pulang untuk mengisi tenaga kami kembali. Namun... tiba-tiba saja dari kejauhan kami melihat ada seseorang yang datang menghampiri kami. Begitu orang itu semakin dekat dengan kami, kami terkejut, dan segera berdiri dengan posisi siaga. Karena orang yang mendatangi kami dari bangsa yang berbeda, orang itu adalah bangsa Elf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Phoenix
oh...stlh 3 Chp...ternyata Namanya Gernath...ok,Lanjuut...
2021-12-18
2