Tak terasa kalau hari sudah malam, dan malam menutup cahaya mentari. Namun dengan adanya rembulan yang menyinari malam, malam ini tak terasa begitu gelap. Dengan bintang-bintang kecil yang membantu menerangi indahnya malam. Aku, dan Elysna masih mengobrol di dalam hutan ini, di depan pohon yang bercahaya.
"Tidak terasa kalau sudah malam saja..." ucapku dengan sedih, kalau sudah dekat waktunya kami akan berpisah.
"Kau benar... tadi itu, sangat menyenangkan" ucap Elysna dengan tersenyum manis padaku.
"Padahal... aku masih ingin terus bersamamu, namun sepertinya kita akan berpisah hari ini" ucapku dengan tersenyum tipis.
Elysna yang mendengarnya hanya bisa tersenyum, "Aku juga... ingin terus bersamamu, karena kau... sudah menjadi bagian dalam hidupku" ucap Elysna yang membuatku terkejut, dan lagi-lagi jantungku berdetak dengan kencang.
"Baiklah kalau begitu... sampai jumpa" ucap Elysna yang segera pergi dengan sikap anehnya setelah mengatakan kata-kata itu. Begitu juga denganku, aku pun segera kembali ke rumah. Karena sepertinya Tygruth, dan Mouri sedang menunggu kedatangan ku.
Padahal aku bilang kepada Tygruth kalau aku hanya akan pergi sebentar. Tapi malah jadi berjam-jam, dan sampai larut malam seperti ini. Tapi untunglah aku tak lupa dengan tujuan utamaku masuk ke dalam hutan ini. Sekarang batu aneh ini sudah ku buatkan tali untuk dijadikan kalung.
Begitu aku tiba di depan rumahku, aku melihat Tygruth yang sedang berdiri di depan pintu rumah sambil menatapku dengan tajam. Entah kenapa aku merasakan firasat yang buruk akan terjadi padaku. Aku tak pernah melihat Tygruth semarah ini sepertinya, apalagi sampai menunjukkan wajahnya yang sedang marah.
"Ada apa? aku tahu aku salah, maafkan aku karena pulang terlambat" ucapku sambil menggaruk-garuk kepalaku.
"Aku tidak masalah dengan itu, tapi seharusnya kau memikirkan keadaan Mouri" ucap Tygruth, yang perkataannya tidak ku mengerti.
"Hah!? memangnya ada apa dengan Mouri?" tanyaku, "Mouri sudah menyiapkan masakan untukmu sejak tadi siang. Mouri menunggu kedatangan mu untuk memakan masakannya yang telah ia buat susah payah untukmu" ucap Tygruth, kemudian aku segera berlari masuk ke rumah, dan melihat Mouri yang tertidur di meja makan sambil memegang mangkuk makanan.
Yang sepertinya makanan itu di buatkan untukku, padahal aku tak bermaksud seperti itu. Aku hanya... tidak tahu, lagi pula kenapa dia sampai menungguku seperti ini?. Aku masih tidak mengerti dengan sikap Mouri yang aneh, atau... aku yang memang tidak mengerti dengan perasaan orang lain?.
"Apa dia terus duduk di situ sampai tertidur karena menunggu kedatangan ku?" tanyaku, kepada Tygruth sambil merasa bersalah. Walau entah apa salahku, tapi rasanya aku telah melakukan kesalahan.
"Ya... aku sudah mengajaknya untuk tidur saja di kamarnya. Tapi dia tidak mau, dia lebih memilih untuk menunggumu" ucap Tygruth yang terlihat kecewa padaku.
"Lalu... apa yang harus kulakukan?" tanyaku pada Tygruth karena tak tahu apa yang harus kulakukan kepada Mouri.
"Kau hanya perlu melakukan yang terbaik untuknya. Karena dia sangat berharap padamu, mungkin dia tidak mengatakan ini padamu karena malu mengatakannya padamu. Tapi dia sudah menganggap mu sebagai orang yang berharga baginya" ucap Tygruth sambil meninggalkan ku berdua di meja makan dengan Mouri.
Entah kenapa sesaat saat Tygruth mengatakan kalau Mouri sudah menganggap ku sesuatu yang berharga baginya. Aku jadi teringat kata-kata Elysna saat di hutan tadi, meskipun kata-kata yang diucapkannya berbeda, tapi makna dari kata tersebut memiliki arti yang sangat dalam. Karena ucapan Tygruth untuk melakukan yang terbaik untuk Mouri.
Aku jadi bingung untuk melakukan apa yang harus kulakukan. Aku memang tak pandai dalam mengurus hak yang seperti ini. Aku juga sangat lapar, karena sadar seharian aku belum makan apapun. Jadi aku memutuskan yang terbaik untukku, yaitu membangunkannya, dan mungkin mengajak makan bersama sebagai permintaan maaf untuknya.
"Hei... Mouri! bangun! hei bangun!" ucapku yang berkali-kali namun Mouri tak kunjung bangun. Kemudian aku mencubit pipinya hingga akhirnya si putri tidur pun terbangun dari mimpinya yang indah, "Eh!?... Gernath... kau sudah pulang?" ucap Mouri yang tersenyum sambil terkantuk-kantuk.
"Ya... umm, aku sudah pulang... maaf karena sudah membuatmu menunggu" ucapku sambil merasa bersalah padanya. Aku tak berani menatap matanya, karena mungkin wajahnya terlihat sangat membenciku karena aku telah membuatnya menunggu.
"Tidak apa... aku senang kau kembali... silahkan makan masakan ku" ucap Mouri yang masih terkantuk-kantuk. Entah kenapa rasanya sikap Mouri sangat berbeda dengan biasanya, lagi-lagi ada seseorang yang sikapnya berubah karena ku. Seperti Tygruth, sikap, dan cara bicaranya jadi aneh karena kejadian saat itu.
Mouri mengambil sendok yang penuh dengan makanan, dan dia ingin menyuapiku, "Eh!? a-aku bisa makan sendiri kok" kataku yang menolaknya untuk disuapi. Lagi-lagi ada apa dengan jantungku! kenapa jantung sialan ini terus berdetak begitu kencang! argh! rasanya aku ingin mencabutnya langsung hidup-hidup.
"Kenapa? apa kau membenciku? maaf karena sikapku yang selama ini selalu merepotkan mu..." ucap Mouri yang terlihat sedih.
"Eh!? ti-tidak kok... aku tak bermaksud seperti itu! baiklah kalau begitu kau boleh menyuapiku sampai makanannya habis" ucapku.
Di setiap suapan, jantungku terus berdetak dengan kencang. Namun kenapa Mouri bisa bersikap biasa saja seolah-olah tidak ada yang terjadi disini. Kenapa wajahnya datar sekali! eh... kenapa tiba-tiba aku berbicara seperti ini? memangnya sikap Mouri harus seperti apa saat di sedang menyuapiku?.
Hari ini sungguh aneh sekali, apa yang terjadi dengan sikapku. Padahal seharusnya kan Mouri yang seharusnya bersikap seperti ini, dan aku bersikap biasa saja di depan Mouri. Seperti saat aku memeluknya secara tiba-tiba, kini keadaan sedang berbalik. Jadi... perasaan aneh seperti ini yang dirasakan Mouri ketika aku memeluknya secara tiba-tiba.
Perasaan senang, dengan rasa malu... mungkin inilah yang dimaksud Tygruth dengan kata-katanya. Tentang kenapa dia menyebutku bodoh, itu semua dia katakan karena aku tak pandai dalam memahami perasaan orang lain. Mulai hari ini, perlahan-lahan aku mulai mengerti tentang apa itu perasaan, dan juga... tentang sesuatu yang disebut dengan cinta.
Setelah aku selesai makan, Mouri kembali tertidur di meja makan. Karena sedari tadi Mouri menyuapi makanan kepadaku sambil terkantuk-kantuk. Setelahnya aku menggendongnya dengan lembut, dan meletakannya di atas kasurnya.
"Se-selamat tidur..." ucapku yang kemudian aku langsung pergi. Aku sangat terkejut karena mendadak aku berkata seperti itu, aku langsung membanting pintu, dan menutup mulutku karena tak percaya kalau aku akan mengatakan kata-kata manis seperti itu dari mulutku kepada seseorang.
"Hah... apa yang terjadi padaku" lagi-lagi jantung ini berdetak begitu kencang.
"Itulah yang disebut dengan cinta... sepertinya melihat dari reaksi mu saat ini. Kau sudah mulai memahami tentang perasaan seseorang ya..." ucap Tygruth yang ternyata ada di sampingku.
"Kyaaaa! kau membuatku kaget sialan! hentikan omong kosong mu itu! dan sejak kapan kau bangun tidur?" tanyaku.
"Siapa yang bilang kalau aku akan tidur, aku hanya mengintip apa yang kau lakukan pada Mouri... kerja bagus kawan!" ucap Tygruth sambil mengacungkan jempol padaku. Plak! aku hanya bisa memukul jidatku, dan berkata, "Sudahlah... lebih baik kita tidur, ini sudah malam" ucapku yang segera masuk ke kamar, dan pergi tidur.
Hari ini sungguh melelahkan... aku tak percaya apa yang telah kulakukan pada Mouri... jantungku tak bisa berdetak dengan normal. Pikiranku juga terus menunjukkan saat-saat aku di suapi oleh Mouri. Argh! aku sangat kesulitan untuk tidur di malam itu. Tapi... entah kenapa, rasanya begitu menyenangkan, dan menenangkan.
Seperti saat-saat aku sedang bersenandung bersama dengan Elf itu di hutan Agnuth. Perasaan-perasaan aneh itu terus muncul padaku sejak pertama kali aku merasakan untuk pertama kalinya saat bersama dengan Elf itu. Kemudian di lanjut dengan kejadian tak terduga hari ini.
"Apa kau kesulitan untuk tidur karena memikirkan Mouri" ucap Tygruth tiba-tiba.
Aku hanya bisa menahan amarahku, padahal aku ingin sekali sekali menghajarnya. Tapi ini sudah larut malam, lebih baik aku tak mempedulikannya, dan tetap tidak. Meski kata-kata Tygruth benar, aku sangat kesulitan untuk tidur.
"Aku tahu kalau Mouri itu adalah gadis yang manis. Kau pasti ingin sekali... ugh! uhuk! hei hentikan!" ucap Tygruth yang sedang ku hajar, karena dia tidak bisa berhenti bicara. Padahal dia tahu kalau aku kesulitan untuk tidur, tapi mengapa dia membuat semuanya jadi lebih sulit. Padahal episode ini akan segera berakhir, tapi dia tidak bisa diam juga!
Walaupun sikapnya begitu menyebalkan, aku lebih menyukai Tygruth yang sekarang dari pada yang dulu. Karena Tygruth yang dulu terlihat ceroboh, dan lugu... mungkin ada efek sampingnya setelah dia di hajar oleh Elf itu. Efek sampingnya membuat dirinya sangat menyebalkan, dan membuat dirinya lebih berwibawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments