Di suatu tempat yang mengerikan, penuh dengan cairan-cairan berbahaya. Teriakan-teriakan yang membuat siapapun yang mendengarnya seakan-akan dirinya telah lama mati. Tempat yang sangat gelap, dan lembab... tidak ada siapapun yang dapat menemukan tempat mengerikan itu.
Di dalam tempat itu penuh dengan makhluk-makhluk mengerikan. Tentunya di setiap kelompok memiliki seorang pemimpin, tentunya seorang pemimpin adalah yang terkuat dari yang lainnya, dan lagi berkuasa. Tempat yang busuk, siapapun yang masuk, meski hanya binatang kecil sekalipun akan di binasakan.
"Tuan... persiapan kita akan selesai sebentar lagi"
"Bagus... dunia yang busuk ini akan berakhir dengan indah. Seperti dahulu kala..."
"Grrrrrr..... Hhhhrrrgggh..."
"Ada apa kucing kecilku? kau sudah tidak sabar untuk menghabisi bedebah sialan itu ya?. Tenang saja... sebentar lagi, dia akan mati... hahahaha! hahahaha!"
Akhirnya hari esok pun telah tiba, tapi tidak biasanya di pagi hari ini Mouri tidak kunjung datang ke kamar kami untuk membangunkan kami seperti biasanya. Padahal biasanya dia bangun yang paling pagi di antara kami, dan sangat bersemangat sekali untuk mengganggu waktu tidur kami di pagi hari.
Tapi entah kenapa hari ini dia mengurung diri di kamar, dan tidak mau membuka pintu kamarnya. Aku sudah mengetuknya beberapa kali, dan bertanya padanya. Dia hanya menjawab kalau dirinya tidak apa-apa, dan malah menyuruhku pergi. Sebenarnya ada apa dengannya... padahal tadi malam dia baik-baik saja, apa dia sakit?.
"Hei Tygruth... cepat kita dobrak pintu ini. Sepertinya Mouri dalam bahaya!" teriakku dengan panik kepada Tygruth. Yang sementara Tygruth dengan santainya menikmati teh hangat di pagi hari di meja makan. Seakan-akan dia tahu apa yang terjadi pada Mouri.
"Aku tidak apa-apa dasar bodoh!" teriak Mouri dari dalam kamar.
"Lalu kenapa kau tidak mau keluar! apa terjadi sesuatu padamu!" tanyaku sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.
"A-aku... aku... tidak tahu..." gumam Mouri sambil memegangi wajahnya yang memerah.
"Apa? kau bilang apa aku tidak dengar hei! Argh! baiklah kalau begitu aku pergi" kataku yang berpura-pura melangkah, yang sebenarnya masih berada di tempat. Kemudian aku mengecilkan langkahku agar terdengar sudah meninggalkan tempat.
Kemudian aku memberi isyarat kepada Tygruth untuk diam, kemudian aku pergi bersembunyi masuk ke kamarku sambil menunggu Mouri keluar dari kamarnya. Lalu seperti dugaan ku, Mouri keluar kamar dengan perlahan sambil mengintip untuk berjaga-jaga kalau aku masih ada di dalam rumah.
"Tygruth... apa Gernath sudah pergi?" tanya Mouri yang menghampiri Tygruth, dan duduk di meja makan.
"Ya... dia sudah pergi... kalau kau menyukainya, lebih baik kau menyatakan perasaan mu padanya sebelum di rebut oleh wanita lain yang lebih imut darimu" ucap Tygruth dengan tenang. Kemudian aku mulai berjalan perlahan untuk keluar dari kamar, dan mengagetkan Mouri.
"Apa? dari mana kau tahu!" teriak Mouri yang membuatku berhenti melangkah. Aku... aku sangat terkejut begitu mendengar kata-kata itu darinya, dan entah kenapa... lagi-lagi jantungku berdetak dengan kencang lagi. Aku sangat terkejut, dan hampir saja aku mengucapkan sesuatu, namun untunglah aku langsung menutup mulutku.
"Tentu saja aku tahu karena aku adalah sahabat mu" ucap Tygruth.
"Kau curang! kenapa kau selalu tahu isi hatiku... sementara aku tidak pernah tahu isi hatimu. Terlebih lagi sekarang sifat mu menjadi aneh... kau... sudah bukan lagi Tygruth yang dulu ku kenal" ucap Mouri yang menahan air matanya agar tidak jatuh. Sementara itu itu Tygruth yang mendengarnya cukup di buatnya terkejut.
Ternyata di balik semua ini, Mouri sangat sedih karena sahabat yang dia kenal sejak kecil sifatnya berubah karena kejadian saat itu. Sementara aku malah menyukai sifat Tygruth saat ini. Aku tidak tahu kenapa Mouri lebih menyukai diri Tygruth yang sebelumnya.
Mungkin itu karena dia telah mengenalnya lebih lama daripada aku. Dia sudah sangat nyaman dengan sifat Tygruth yang dulu, begitu dia sadar kalau sifat Tygruth berbeda secara tiba-tiba. Membuat dirinya seperti kehilangan sahabat lamanya.
"Maafkan aku... hanya saja aku tidak tahu bagaimana, dan seperti apa diriku yang dulu karena benturan keras di kepalaku. Seakan-akan ada beberapa memori yang menghilang dalam diriku. Maaf sudah membuatmu seperti ini" ucap Tygruth yang merasa bersalah dengannya.
"Tak seharusnya kau meminta maaf, karena kejadian yang menimpamu itu terjadi karena tidak sengaja. Namun aku akan mencoba menerima dirimu yang saat ini" ucap Mouri dengan tersenyum lebar.
Kemudian Tygruth membalas senyuman itu dengan senyumnya juga. Entah kenapa aku merasa jengkel, "Oh ya... apa yang membuatmu menyukai orang seperti Gernath" ucap Tygruth yang memancing Mouri.
"Ah... hmm... bagaimana ya... aku malu mengatakannya" ucap Mouri yang wajahnya memerah.
"Ayolah! kita ini sudah berteman sejak dulu, lagi pula biasanya kau tidak menyimpan rahasia yang kau miliki bersama" ucap Tygruth dengan ekspresi kesal. Sepertinya Tygruth mencoba untuk menjadi dirinya yang dulu untuk Mouri.
Mouri yang melihat sikapnya itu terkejut dalam sekejap, "Kau taj perlu memaksakan diri, tapi ngomong-ngomong ini kan hal yang sangat pribadi. Tapi baiklah, aku akan mengatakannya karena mungkin kau bisa membantu. Aku menyukainya saat aku tak sengaja terjatuh ke pelukannya saat berada di rumah paman Kyushu" ucap Mouri yang wajahnya semakin memerah, begitu juga dengan ku yang sedang menguping pembicaraan mereka berdua.
Mungkin tidak harusnya aku keluar sekarang, lebih baik aku terus bersembunyi di sini. Aku tak berani menemui Mouri... aku... aku sangat gugup sekali.
"Oh ya Tygruth... tentang kata-kata mu saat itu...." kemudian Tygruth langsung memotong pembicaraan Mouri, dan terlihat sangat panik, "Haha! mungkin aku mengatakannya karena saat itu kita masih kecil" ucap Tygruth. Aku yang mendengar pembicaraan mereka sama sekali tak mengerti apa yang mereka maksud.
Tentu saja aku tidak tahu karena sejak dulu aku selalu sendirian di rumah ini. Aku tak pernah berbaur dengan yang lainnya, kecuali saat aku sedang membantu Leonis lainnya. Namun karena kejadian sebelumnya yang membuat kami harus hidup bertiga disini.
Tak ada seorangpun yang mau ku bantu, karena mereka semua sudah mengucilkan ku di desa ini. Bukan hanya aku, akan tetapi dengan Tygruth, dan juga Mouri. Meski begitu kami harus tetap menjalani hidup ini, selama masih ada harapan bagi kami. Maka kami akan mewujudkannya meski sesulit apapun jalan itu, kami akan mewujudkan harapan kami bersama, harapan untuk menciptakan perdamaian di dunia yang penuh dengan pertikaian ini.
"Oh ya Tygruth... apa kau tahu kemana Gernath pergi?" tanya Mouri.
"Eh!? dia... mungkin dia pergi berburu" jawab Tygruth dengan gelagapan.
"Hah!? bukankah Gernath memiliki trauma dengan hutan itu? karena kejadian yang menimpamu dulu?" tanya Mouri yang tidak percaya.
"Ah... mungkin dia berbohong soal traumanya, karena sebenarnya di hutan itu ada gadis cantik di dalamnya, dan hampir setiap harinya Gernath pergi ke hutan itu diam-diam untuk menemui gadis cantik itu" ucap Tygruth yang mencandai Mouri.
Tentu saja Mouri yang polos itu termakan kata-kata Tygruth, "Apa? tidak bisa dibiarkan! memang gadis seperti apa yang disukai Gernath. Aku harus melihatnya langsung!" ucap Mouri yang langsung keluar rumah dengan cepat, dan masuk ke dalam hutan.
"Hei... tu-tunggu... cepat sekali" gumam Tygruth. Begitu Mouri keluar dari rumah, aku pun segera keluar dari kamar, dan duduk di meja makan bersama dengan Tygruth.
"Wah lihat... telingamu merah" ucap Tygruth yang sengaja ingin membuatku kesal.
"Diam... tak ku sangka dia akan berkata terus terang seperti itu padamu" ucapku.
"Haha! tentu saja karena aku adalah orang yang dipercayainya. Di tambah lagi aku adalah sahabatnya, dan kau... juga sahabatku" ucap Tygruth sambil memelukku.
"Apa-apaan kau! lepaskan, menjijikan tahu... lagi pula benar kata Mouri. Jangan memaksakan diri untuk menjadi dirimu yang dulu" ucapku dengan serius yang membuat Tygruth terdiam sejenak.
"Baiklah kalau begitu... aku mengerti, lagi pula diriku yang sekarang tidak buruk juga kan" ucap Tygruth dengan percaya diri.
"Apa katamu! dirimu yang sekarang itu sangat membuatku jengkel tahu!" kataku dengan kesal.
Setelahnya kami mengurus kebun bersama sambil menunggu Mouri pulang. Entah sampai kapan Mouri akan pulang, mungkin sampai dia menemukan ku di hutan. Tekad yang sudah membara seperti itu siapa yang dapat menghalanginya, terlebih lagi tekad itu karena perasaan cinta.
Namun sepertinya tekadnya tidak sebesar itu karena pada sore hari Mouri pulang dengan wajah yang suram. Namun begitu dia melihatku berada di rumah, dia langsung berlari dengan kencang masuk ke kamarnya, dan menguncinya. Aku ingin mencegahnya, tapi aku sangat gugup karena tak tahu ingin melakukan apa.
Tok! tok! tok! suara ketukan pintu dari luar yang mengganguku ketika sedang bersantai sendirian di teras belakang rumah sambil menikmati indahnya kilauan bintang-bintang di langit. Namun aneh sekali kalau ada penduduk desa yang mengunjungi rumah kami, padahal kan mereka seharusnya membenci kami.
"Tunggu sebentar... ada apa malam-malam mengunjungi rumah orang... pemimpin desa" ucapku yang sangat terkejut kalau yang datang adalah pemimpin desa sendiri.
"Selamat malam... Gernath" balas pemimpin desa dengan tenang.
Gawat! apa yang telah kulakukan padanya! padahal tadi kesempatan bagus untuk memperbaiki hubungan yang rusak dengan pemimpin desa, dengan begitu penduduk desa juga akan kembali bersikap seperti dulu pada kami. Tapi aku malah mengacau nya, dan lagi kata-kata sepertinya sangat menusuk, sampai pemimpin desa tak bergeming.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments