Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, setelah sarapan Nanda dan Gathan telah bersiap untuk pulang ke rumah Gathan. Tidak seperti pengantin baru lainnya, pasangan pengantin baru itu tidak merasakan indahnya malam pertama. Keduanya justru saling bungkam setelah Gathan mengungkapkan kebenaran tentang sebenarnya ia telah memiliki istri. Tapi Gathan tidak menjelaskan tentang status pernikahan mereka yang masih siri.
"Than, serius kamu mau ajak Nanda pulang ke rumah kamu? Kamu mau buat Nanda satu atap dengan perempuan itu, hah?" tanya Lavina mendelik tajam
"Iya, ma. Nanda juga sudah setuju kok." sahut Gathan.
Mata Lavina membola saat mendengar perkataan Gathan.
"Jadi kamu udah cerita tentang perempuan itu ke Nanda?"
"Hmmm ... " sahut Gathan hanya dengan gumaman.
"Ck ... kau ini, baru juga pengantin baru udah kamu hadiahkan kenyataan seperti itu. Dasar anak nggak punya hati." kesal Lavina. "Kamu nggak mikirin apa gimana perasaan Nanda. Awas aja kalau sampai kamu nyakitin dia." ancam Lavina dengan sorot mata tajam.
Gathan mendengkus, heran mengapa ibunya sepertinya lebih sayang pada gadis yang baru sehari menjadi istrinya itu.
"Ma, yang anak mama itu Gathan atau Nanda sih? Kayaknya mama lebih sayang ke dia deh dari putra mama sendiri." Gathan mencibir sikap Lavina yang seperti seorang ibu yang pilih kasih.
"Semenjak Nanda menerima permintaan mama menjadi istri kamu, semenjak itu juga mama udah anggap Nanda sebagai putri mama." tukas Lavina telak.
"Aneh! Pemikiran apa itu. Lalu mengapa mama lebih memilih dia padahal mama memiliki banyak teman yang memiliki putri-putri yang jauh lebih berkelas, berpendidikan, dan sederajat juga tentunya, tidak seperti gadis itu yang ... mama tau sendiri kan." ketus Gathan sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
"Yang pintar, yang kaya, yang cantik, berpendidikan banyak, tapi yang baik dan tulus juga santun itu sudah langka. Entah, sejak awal mama melihatnya di cafe, mama udah tertarik sama dia. Dia juga tidak matre. Bukan sebentar mama menyelidiki segala hal tentangnya, jadi mama sudah khatam mengenai sifat dan perilakunya."
"Palingan juga dia cuma cari muka doang." ketus Gathan lagi.
"Terserah kamu mau menilai bagaimana. Mau menjelaskan juga percuma kalau kamu belum mau membuka hatimu. Perlahan kamu juga akan tau siapa yang layak dipertahankan dan siapa yang harus dilepaskan." pungkas Lavina sebelum menjauh meninggalkan Gathan yang masih berdiri terpaku dengan punggung bersandar depan pintu kamar hote
...***...
Mobil BMW i8 berwarna hitam pekat tampak membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan cukup tinggi. Dengan dikendarai Erwin, si sopir pribadi Gathan, mobil itu melaju kencang menuju kediaman Gathan.
Selama perjalanan, jantung Nanda tak berhenti berdentum sangat kencang. Tangannya saling meremas dan terasa dingin. Ia kesulitan menenangkan dirinya sendiri. Rasa khawatir yang terlalu besar membuat hatinya tidak bisa tenang sama sekali. Berbagai spekulasi berseliweran di otaknya. Apalagi kalau bukan membayangkan bagaimana reaksi sang istri pertama saat tau suaminya ternyata telah menikah lagi dengan gadis lain. Mungkinkah ia akan menerima secara ikhlas atau menentang secara mati-matian.
30 menit kemudian, mobil BMW i8 itu memasuki halaman rumah yang sangat megah. Lalu Erwin turun dan membukakan pintu mobil untuk Gathan, sedangkan Nanda ia langsung membuka pintu di sampingnya begitu saja. Ia tak suka dilayani bak bos besar. Ia tau diri, siapakah dirinya.
Sejauh mata memandang, hanya decak kagum yang bisa Nanda gumamkan. Rumah itu terdiri atas 2 tingkat dengan halaman yang cukup luas yang bisa dijadikan tempat parkir. Di sana juga ada disebuah taman kecil untuk memperasri pemandangan.
Baik sepanjang perjalanan maupun setelah tiba di rumahnya, Gathan tidak bersuara sedikit pun membuat Nanda makin resah. Nanda hanya bisa mengekori setiap langkah Gathan tanpa berkata sepatah kata pun. Hingga sebuah seruan seseorang tiba-tiba membuat jantungnya serasa berlompatan.
"Berani juga kau menginjakkan kakiku di rumahmu, jal*ng!" seru Freya dari pertengahan undakan tangga. Matanya menatap nyalang pada Nanda yang berjalan di belakang Gathan. Sedangkan Erwin berada di sampingnya sembari membawakan tas milik Nanda.
Nanda hanya bisa tertunduk takut dan was-was apa yang akan dilakukan oleh istri pertama suaminya tersebut. Tangannya sibuk meremas dress yang dikenakannya.
"Fre ... " Gathan menegur Freya karena mengeluarkan umpatan yang tidak pantas.
"Kenapa, Ga, kenapa kamu tega banget sama aku? Aku pikir pesta itu untukku, taunya untuk jal*ng itu. Kau tau, aku sudah sangat bahagia sekali awalnya, tapi ... seketika aku terhempas. Ternyata pesta itu bukan diadakan untukku tapi untuk pernikahan keduamu, kenapa Ga, kenapa kamu jahat banget sama aku?" raung Freya yang kini sudah berdiri di hadapan Gathan. Lalu ia memukul-mukul dada Gathan untuk menyalurkan kekesalannya.
"Nak, Gathan, kenapa kau jahat pada anak papa? Kenapa kamu tega menduakan ya? Kau dan keluargamu benar-benar mengecewakan papa." desis Reza yang baru saja keluar dari kamar seraya mendorong kursi rodanya.
"Fre, pa, nanti Gathan jelasin semua. Gathan mohon kalian tenang." mohon Gathan dengan tenang.
"Tenang kau bilang? Bagaimana aku bisa tenang sementara kau baru saja menikah lagi? Beritahu aku bagaimana caranya, Gathan? Dan kau jal*ng, angkat wajahmu! Aku ingin lihat bagaimana wajah jal*ng yang berhasil masuk ke dalam rumah tanggaku." titah Freya dengan wajah merah padam.
Perlahan-lahan, Nanda mengangkat wajahnya menatap wajah istri pertama suaminya itu. Mata Nanda membelalak seketika, begitu pula mata Freya. Tubuh Nanda menegang sempurna.
'Di ... dia ... '
"Kamu ... " desis Freya dengan mata memicing sinis "Kamu perempuan miskin yang bekerja di cafe itu kan! Cih, ternyata selera mamamu sangatlah buruk, Ga!" ejek Freya.
"Fre ... jangan bicara sembarangan tentang mama!" seru Gathan tidak suka mamanya dicemooh.
"Apa? Kau tidak suka? Tapi itu kenyataannya, Ga." seru Freya. "Atau kau memakai guna-guna, hah sampai mama Gathan malah memilihmu menjadi istri Gathan." desis Freya ke arah Nanda.
"Sa-saya tidak melakukan itu." sahut Nanda gugup.
"Bohong, tidak mungkin orang kaya seperti mama Gathan memilihmu kalau kau tidak melakukan sesuatu." desisnya lagi.
"Saya ... "
"Erwin, bawa Nanda ke kamar di sebelah kamarku!" titah Gathan pada Erwin yang masih berdiri di samping Nanda. Erwin pun mengangguk lalu ia mencoba mengajak Nanda tapi ia tetap bergeming di tempat dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya. Erwin yakin, sekali saja Nanda berkedip, maka air mata itu akan jatuh.
"Ayo, ikut aku ke kamarmu!" ajak Erwin lagi.
Nanda menoleh ke arah Erwin lalu berkedip, dan benar saja, air mata itu langsung tumpah membasahi pipi. Erwin yang melihatnya merasa iba. Ingin sekali ia mengangkat jarinya dan menghapus air mata itu, tapi ia sadar, ia kini sedang berada di belakang Gathan yang merupakan suami Nanda.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
It's me💓💓
alahh ci gatel loe juga kismin
2024-09-29
0
Richa Elina
harusnya GK disatuin serumah y
2024-08-03
1
Yunerty Blessa
kurang ajar kau Gathan,, cari rumah lain saja..
2024-06-17
2