Sejak pagi-pagi sekali, Nanda, bunda Rieke, dan anak-anak panti Pelita Bunda telah bersiap menunggu mobil yang akan membawa mereka dan beserta barang-barang ke hunian baru mereka. Sekitar jam 10 pagi akhirnya pak Karyo, sopir pribadi Lavina datang diikuti beberapa mobil pickup dan minibus di belakangnya. Beberapa lelaki turun dari mobil pick up dan mulai menaikkan barang-barang yang jumlahnya tidak seberapa itu ke atas pickup. Barang-barang yang sudah tidak layak pakai mereka tinggalkan sebab Nanda sudah mengatakan kalau isi rumah itu cukup komplit jadi mereka tak perlu membawa barang yang memang sudah tak layak.
Bunda Rieke hanya bisa berdecak kagum seraya mengucap syukur atas bantuan yang tak disangka-sangka itu. Ia pun sangat kagum pada kemurahan hati Lavina, tanpa tau ada harga yang harus dibayar oleh Nanda untuk bantuan itu.
Bukan hanya menyediakan tempat tinggal, tapi Lavina juga mencukupkan isinya dan menyediakan akomodasi dan transportasi untuk membawa mereka ke sana. Nanda merasa begitu berhutang budi pada Lavina. Karena itu, ia akan berusaha menjadi menantu dan istri yang baik kelak bagi keluarga Tjokroaminoto.
"Bagaimana dek Nanda, sudah semua? Atau masih ada yang tinggal?" tanya Pak Karyo pada Nanda saat melihat 3 buah mobil pickup yang ia bawa tidak terisi penuh barang.
Nanda menggeleng seraya tersenyum lebar.
"Nggak ada, pak. Udah semua. Tinggal perabot-perabot usang dan udah nggak layak pakai aja yang tinggal." ujar Nanda memberitahukan.
"Anak-anak? Udah semua? Takut ada yang ketinggalan." ujar pak Karyo sembari bercanda.
"Alhamdulillah nggak ada, pak. Justru dari subuh mereka udah siap-siap, mau naik mobil katanya jadi mereka antusias banget." sahut Nanda sambil terkekeh.
"Ayo bu, dek Nanda, silahkan masuk ke mobil di depan." pak Karyo mempersilahkan bunda Rieke dan Nanda masuk ke mobil yang ia kendarai.
"Ah, kami gabung anak-anak aja, pak!" tolak Nanda dan bunda Rieke tak enak hati.
"Lha, kok gitu! Jangan dong! Ini perintah nyonya lha Nanda, jadi harus nurut." ujar Pak Karyo.
"Ya udah Nda, kamu aja yang di depan, bunda biar sama anak-anak saja. Takutnya mereka ketakutan ditinggalkan begitu saja."
"Mereka nggak takut kok, Bu. Malah tadi saya sudah sempat bilang, nggak papa kan kalau bunda dan kakaknya naik mobil di depan, terus mereka jawab kompak nggak papa. Malah mereka sedang senang-senang sekarang. Kalau nggak percaya, dek Nanda bisa liat sendiri." tukas Pak Karyo.
Lalu Nanda , diikuti Bunda Rieke melihat betapa serunya anak-anak bercanda sambil memakan makanan yang sengaja disediakan Lavina untuk menemani perjalanan anak-anak. Nanda lagi-lagi mengucap syukur dalam hati bisa bertemu wanita sebaik Lavina. Walaupun dia harus mengorbankan masa mudanya menikah dengan putra dari Lavina, ia tak mengapa. Nanda menerima takdirnya itu dengan ikhlas.
30 menit kemudian, mobil yang membawa Nanda, Bunda Rieke, dan anak-anak pun tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Anak-anak bersorak girang saat melihat rumah itu yang tampak jauh lebih bagus dari rumah sebelumnya. Bahkan sebagian anak-anak sudah berhambur ke wahana permainan yang disediakan Lavina di pekarangan depan. Ada ayunan, perosotan, kolam ikan mini, bahkan ada beberapa buah sepeda yang diletakkan di sana yang Nanda yakini sengaja disediakan Lavina untuk anak-anak bermain. Sedangkan sebagian anak-anak lainnya langsung berhambur ke kamar yang telah disediakan.
"Ya Allah, Nda, bos mu itu kok baek bener. Udah sediakan rumah bagus begini, lengkap dengan perabotan dan alat elektronik, ada mainan buat anak-anak juga. Bunda bingung harus membayar kebaikan Beliau dengan apa." ujar Bunda Rieke seraya terisak. Ia benar-benar tak habis pikir, kebaikan apa yang sudah dilakukan Nanda sehingga atasannya begitu baik pada Nanda.
"Bos Nanda itu emang baik banget, Bun. Nanda juga nggak nyangka Bu Lavina bantu sampai totalitas banget kayak gini." sahut Nanda yang memang sepemikiran dengan Bunda Rieke yang memuji kebaikan Lavina.
...***...
Hari ini Lavina mengajak Nanda ke sebuah butik langganannya. Butik ini terkenal karena paling sering dikunjungi kalangan atas karena kualitas dan kuantitasnya pakaiannya yang memang patut diacungi jempol. Nanda hanya bisa mengelus dada seraya meneguk salivanya saat mendengar para pegawai butik itu menyebutkan harga pakaian dan gaun yang dipajang saat ada pelanggan yang ingin membeli atau bertanya-tanya dengan mereka.
"Nanda, kok malah melamun? Cepat pilih, mana gaun yang kamu suka!" titah Lavina membuat Nanda yang sedang melamun langsung terkesiap.
"Eh i-iya, Bu." sahutnya gugup.
Lalu tangan mungil Nanda sibuk membolak-balik gaun yang terpasang di manekin. Semuanya terlihat sangat bagus dan mewah. Nanda sampai mengerutkan keningnya karena bingung harus memilih yang mana. Lalu matanya menangkap sebuah gaun berwarna broken white dengan model sabrina. Di sekeliling lehernya dan pinggang ditaburi Swarovski berwarna silver dan gold. Bagian bawah menjuntai hingga sebatas mata kaki dan begitu ramping di bagian pinggang. Lengannya terlihat transparan dengan panjang sebatas siku.
Lavina yang sedang memperhatikan Nanda lantas tersenyum dan mendekatinya.
"Bagus, kau suka?" tanya Lavina saat sudah berada di samping Nanda. Nanda hanya mengangguk malu.
"Kalau kau suka, cobalah! Nanti bila ada bagian yang perlu kau perbaiki, katakan saja pada Mona." ujar Lavina. Mona adalah pemilik butik itu.
"Mari sayang,ikut tante ke ruang ganti." ajak Mona pada Nanda.
15 menit kemudian Nanda pun keluar dari ruang ganti. Lavina berdecak kagum melihat penampilan Nanda yang begitu cantik. Bahkan Mona pun memuji kecantikan Nanda.
"Kau dapat dimana gadis secantik itu? Apa kau memiliki stok satu lagi untuk aku jodohkan dengan Alfi?" tanya Mona dengan raut wajah penuh kekaguman.
Lavina terkekeh kecil, "Yang cantik banyak, tapi yang memiliki paket komplit seperti itu hanya ada satu, yaitu calon menantu ku, Nanda Afrilya." ujar Lavina dengan bangga. "Dia juga mengenal Alfi. Tapi sayang, Alfi-mu itu kalah cepat denganku." ujar Lavina dengan senyum mengejek.
"Oh ya! Hmm ... dasar anak bodoh, seharusnya kalau udah liat yang bening luar dalam kayak gitu cepat dirangkul. Sayang sekali, anakku kalah cepat dengan tantenya. Kau memang pintar memilih calon menantu. Aku akui itu."
Lalu mereka berdua menghampiri Nanda dan memuji kalau gaun itu begitu cocok dengannya. Wajah Nanda merona saat mendengar pujian itu. Bukan hanya Lavina dan Mona yang memuji, tapi juga setiap orang yang melihatnya.
"Sepertinya gaun itu memang ditakdirkan untukmu, sayang." ujar Lavina membuat hati Nanda menghangat saat mendengar Lavina memanggilnya sayang.
Sementara itu, di tempat lain, sudah mulai berhembus kabar kalau pewaris TJ Group akan segera menikah. Bahkan desas-desus itu kini mampir di telinga Freya. Freya yang sangat tau suaminya tidak pernah dekat dengan perempuan manapun meyakini bahwa pesta pernikahan yang akan dihelat di sebuah hotel mewah itu adalah kejutan untuknya. Hati Freya jadi berbunga-bunga. Bahkan ia sampai menyombongkan diri di hadapan teman-temannya dan mengatakan pesta itu pastilah kejutan untuknya sebab baru saja kemarin ia menuntut Gathan agar segera meresmikan pernikahan mereka dengan membuat perayaan besar. Pasti semalam Gathan tidak bisa tidur karena memikirkan tuntutannya itu sehingga hari ini ia mulai mempersiapkannya. Freya sungguh tak sabar menantikan hari itu hari dimana ia akan menyandang status sebagai nyonya muda Tjokroaminoto.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Puji Rahayu
mimpi aj teruusss sblm bermimpi itu di larang....
2024-07-13
2
Yunerty Blessa
jangan terlalu mimpi Freya 😏... selama nya kau tak akan jadi menantu Lavina
2024-06-17
0
Raufaya Raisa Putri
jgn bgn tdr y... nnti km jd reog kl tiba ".... jeduaaaarrrr
2024-06-17
0