Acara resepsi pernikahan Gathan dan Nanda dirayakan dengan sangat meriah. Sebagai putra tunggal seorang pengusaha besar, tentu acara tersebut dibuat semeriah mungkin. Para undangan pun berasal dari berbagai kalangan, bukan hanya ada sanak saudara, tetapi juga ada rekan bisnis, para pejabat, dan pengusaha-pengusaha besar lainnya. Tidak sembarang orang yang dapat masuk ke dalam pesta itu sebab syarat untuk masuk ke dalam sana yaitu harus menunjukkan surat undangan yang dibuat secara eksklusif untuk mereka. Bahkan acara tersebut disiarkan secara langsung di saluran televisi swasta.
"Aku ingin masuk, lepaskan aku!" teriak seorang perempuan yang mencoba masuk ke dalam ballroom hotel tempat diadakannya pesta resepsi pernikahan Gathan dan Nanda.
"Maaf nona, Anda tidak bisa masuk ke dalam sebelum Anda menunjukkan surat undangan milik Anda." tukas salah seorang bodyguard yang ditugaskan menjaga keamanan pesta termasuk dengan memeriksa undangan para tamu yang akan masuk.
"Aku itu istri atasan kalian bodoh, jadi jangan halangi aku untuk masuk!" pekik Freya tidak terima dirinya dihalangi untuk masuk.
Beberapa bodyguard yang berjaga dan tamu undangan yang baru saja datang tergelak kencang saat mendengarkan penuturan Freya yang mereka rasa tidak masuk akal.
"Hei nona, lagi halu ya? Jelas-jelas pak Gathan sedang merayakan resepsi pernikahannya di dalam dan kau malah mengaku-ngaku sebagai istrinya? Kau pikir ini sinetron pengantin yang tertukar! Ada-ada saja." ucap salah seorang tamu undangan sambil terkekeh.
"Hei kau, aku tidak bohong, bodoh! Aku yakin, suamiku pasti dipaksa menikahi perempuan jal*ng itu. Aku itu benar-benar istrinya." teriak Freya sambil memberontak, mencoba melepaskan diri dari cekalan tangan bodyguard yang berdiri di belakangnya.
"Sudahlah nona, jangan membuat kekacauan di sini sebelum kami melakukan sesuatu yang lebih kasar dari ini!" ancam seorang bodyguard dengan wajah seram.
"Gathan ... Gathan ... ini aku Freya! Gathan, cepat keluar!" teriak Freya belum juga menyerah berusaha untuk masuk.
"Dasar perempuan sinting!" desis tamu undangan yang baru datang.
Kesal melihat Freya yang tak kunjung berhenti berbuat keributan, bodyguard dengan tubuh lebih kurus pun menyeret tubuh Freya agar menjauh dari depan pintu masuk ballroom. Dengan langkah terseok, Freya mengumpat dalam hati akan memberikan pelajaran bagi orang-orang yang menghalanginya masuk ke dalam.
...***...
Setelah diusir secara paksa oleh bodyguard yang bertugas menjaga di depan pintu ballroom hotel, Freya pun pulang ke rumahnya dan membanting kencang pintu saat telah masuk ke dalam rumahnya. Reza yang memang malam itu menginap di rumah anak dan menantunya itu lantas berdiri dari kursi rodanya mendekati Freya.
"Bagaimana, Fre? Apa kau berhasil mengacaukan pernikahan mereka?" tanya Reza penasaran.
Freya mendengkus, boro-boro bisa masuk. Mau mengintip ke dalam saja ia tidak bisa.
Freya menggeleng dengan wajah merah padam menahan emosi. Lalu ia menghempas bokongnya di sofa ruang tamu. Tangannya mengepal kuat. Rasanya level kemarahannya sedang naik drastis, bila tadi saat tau Gathan menikah dengan gadis lain kemarahannya berada di level 5, lalu kini saat ia gagal mengacaukan pesta pernikahan Gathan, kemarahannya terletak di level 25. Ia benar-benar emosi saat ini. Ia pun meraih ponselnya yang terletak di dalam tasnya dan mencoba menghubungi Gathan kembali. Namun, lagi-lagi hasilnya nihil.
"Brengs*k!" umpatnya saat lagi-lagi operator lah yang menjawab panggilannya.
Hari telah sangat larut, usai pesta tadi Lavina meminta Gathan dan Nanda segera beristirahat di kamar yang telah disediakan. Kini kedua pengantin baru itu telah selesai membersihkan diri. Nanda yang ragu dan takut tidur di satu ranjang yang sama dengan Gathan pun memilih membaringkan diri di sofa. Gathan tak mau ambil pusing. Selesai membersihkan diri ia langsung duduk bersandar di ranjang king size hotel tempat pesta pernikahan mereka dilaksanakan. Ia mengambil ponsel yang beberapa hari ini sengaja ia nonaktifkan. Matanya membelalak seketika saat membaca puluhan chat yang berasal dari satu nomor yang sama. Ia juga melihat ada ratusan panggilan tak terjawab dari nomor itu, membuat Gathan pusing seketika. Gathan tak berniat membuka pesan itu sama sekali apalagi menghubungi nomor itu. Biarlah besok ia jelaskan semua pikirnya.
Lalu mata Gathan beralih ke arah Nanda yang baru saja mencoba membaringkan diri. Gathan berjalan mendekat ke arah Nanda dan duduk di sofa single yang menghadap tepat ke arah Nanda.
"Hei, kau ... !" panggil Gathan pada Nanda. Bahkan ia tak mau repot-repot memanggil nama pada Nanda.
Nanda yang merasa Gathan ingin bicara padanya pun segera duduk dengan tegap dengan Kapala tertunduk.
"I-iya, pak. Ada - ada yang bisa saya bantu?" tanya Nanda terbata.
Gathan tampak menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Ditatapnya lekat wajah Nanda. Kebingungan melanda dirinya, haruskah ia jujur pikirnya. Tapi ia tidak mungkin menyembunyikan hal ini. Ia harus jujur.
"Ekhem ... " Gathan berdeham untuk menetralisir rasa gugupnya. "Begini, aku ingin memberitahukan sesuatu, semoga kau dapat menerima. Sebenarnya ada satu hal yang belum aku dan orang tuaku beritahukan kepadamu." ucapan Gathan terjeda sesaat. Matanya tampak melirik bagaimana ekspresi Nanda saat ini. Tegang ... itu yang ia lihat. "Sebenarnya aku telah menikah. Aku telah memiliki istri di rumah. Jadi aku harap kau menghormatinya sebagai istri pertamaku sebab kami telah menikah hampir 1 tahun yang lalu." imbuhnya lagi.
Jeduar ...
Tiba-tiba nafas Nanda sesak. Hatinya bergemuruh. Punggungnya bergetar dan tangannya pun kini terasa dingin.
Bagaimana pria di hadapannya ini dengan begitu santainya mengatakan kalau ia sebenarnya telah beristri? Lalu tadi apa katanya? Istri pertama? Jadi maksudnya, ia adalah istri kedua, begitu?
Mata Nanda tiba-tiba memanas. Ingin rasanya ia menangis, namun sekuat tenaga ia menahan baik itu isakan maupun air matanya yang sebenarnya telah siap untuk tumpah.
Ia harus kuat. Ia tidak boleh lemah. Itu kata-kata yang Nanda gaungkan di dalam benaknya.
Tapi mengapa mereka semua merahasiakannya? Mengapa orang tua pria ini menikahkannya kembali dengan orang lain? Apakah istri pertama pria dihadapannya ini mandul jadi ia dinikahkan kepadanya agar bisa memiliki keturunan? Berbagai spekulasi berputar-putar di kepala Nanda. Ia tak bisa mencerna apa maksud dan tujuan pernikahan ini. Andai ia tidak memiliki hutang budi karena Lavina telah menyediakan tempat tinggal yang nyaman untuk bunda Rieke dan anak-anak panti, mungkin ia akan segera membatalkan pernikahan ini dan pergi sejauh mungkin baik dari Lavina dan Ganindra, maupun dari Gathan. Tapi apalah daya, ia tidak memiliki kuasa untuk melepaskan diri dari jeratan hutang budi ini.
Nanda menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Sebelum bicara, Nanda memejamkan matanya sejenak, mencoba menelaah rasa dan menetralisir gemuruh hatinya.
"Baiklah, pak. Aku sadar dimana posisiku. Tentu aku akan menghormati istri pertama Anda." jawab Nanda dingin. "Tapi, aku memiliki satu permohonan." ucap Nanda terjeda.
Melihat Gathan hanya diam sambil menatapnya lekat, Nanda pun melanjutkan ucapannya.
"Izinkan aku melaksanakan tugasku sebagai seorang istri." sambung Nanda pasti membuat Gathan cukup terkejut mendengarnya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dewa Rana
bapak dan anak penipu
2024-07-04
1
Mamah Kekey
pasti tar bucin gathan..istri muda cantik polos dan gak matre paket komplit...😀
2024-06-20
1
Yunerty Blessa
percayalah,,lama² Gathan akan jatuh cinta juga
2024-06-17
0