Sore itu, Nanda tak henti-hentinya melirik pergerakan jarum jam. Nanda sampai menggerutu kesal, mengapa pergerakan jarum jam begitu cepat, pikirnya sebab ia belum menemukan solusi yang tepat.
"Nda, Bu Lavina bilang apa ke kamu?" tiba-tiba Alfi sudah berdiri di samping Nanda yang sedang melamun.
"Eh, kak Alfi. Nggak bilang apa-apa kok. Cuma bahas pekerjaan aku aja." dusta Nanda seraya menyengir lebar.
Alfi mengerutkan keningnya, merasa tak yakin dengan jawaban Nanda. Tapi sayangnya ia tidak bisa menerka apa yang mereka bicarakan.
"Ya sudah, lanjut kerja sana. Tuh, ada tamu baru masuk ke meja 17." ucapnya lalu Nanda mengangguk dan mulai beraktivitas kembali melayani para pelanggan cafe.
...***...
"Gathan ada?" tanya Freya yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Dona, sekertaris Gathan.
"Eh, ibu! Pak Gathan masih di ruang meeting, Bu. Mungkin sebentar lagi selesai." ujar Dona sopan.
Lalu tanpa basa-basi, Freya masuk ke ruangan Gathan dan menghempaskan diri di sofa ruangan itu. Matanya fokus ke langit-langit kamar. Pikirannya menerawang entah kemana hingga tanpa sadar Gathan telah masuk ke ruangannya.
Gathan hanya mengernyitkan dahinya saat melihat Freya yang melamun hingga tidak menyadari Kedatangannya.
"Freya ..." panggil Gathan.
Freya tersentak saat mendengar suara tegas dari seorang Gathan Adriano Tjokroaminoto. Freya bahkan sampai mengerjap-ngerjapkan matanya khawatir ternyata ia sedang berhalusinasi.
"Ah, sayang. Kau baru selesai?" tanya Freya dengan nada suara manja. Lalu ia beranjak dan mencium pipi Gathan. Gathan hanya diam dengan wajah datarnya. Tidak ada reaksi sama sekali apalagi berniat membalas ciuman itu membuat Freya mendengus kesal. "Ck ... kau tidak bisa apa sedikit saja bersikap romantis padaku." omel Freya kesal karena Gathan yang selalu bersikap dingin dan datar, nyaris tanpa ekspresi.
Gathan hanya menghela nafas lelah tanpa mengucapkan apa-apa.
Freya yang paham akan sifat Gathan pun tak bisa berbuat apa-apa. Beruntung apapun keinginan Freya yang lain dipenuhi, pikirnya.
"Kau mau apa kemari? Apa uangmu habis?" tanya Gathan tanpa basa-basi membuat hati Freya dongkol. Ingin rasanya Freya mencekik suami gunung esnya itu, tapi ia sudah terlanjur sayang. Lagipula ia tidak mau tiba-tiba mendapat gelar janda walaupun sebenarnya enak, sebab bila Gathan telah tiada maka semua hartanya pasti akan jatuh ke tangannya.
"Apa kau pikir aku ingin menemuimu hanya untuk uang?" ketus Freya sambil mencebikkan bibirnya
"Lantas?"
"Sayang, kapan kau akan meresmikan pernikahan kita? Aku sudah jengah selalu dianggap simpanan para pejabat oleh teman-temanku." keluhnya sambil bergelayut manja di lengan Gathan. Sedangkan Gathan malah sibuk memeriksa hasil meeting tadi.
"Jauhi saja teman-temanmu itu, gampang kan!" tukasnya dengan nada datar. Ia tak mau ambil pusing.
"Jauhi? Sama saja aku mengakui kalau aku itu simpanan pejabat." omel Freya.
"Ya sudah kalau kau tak mau mendengarkan saranku, tak usah ambil pusing. Abaikan saja mereka." tukasnya acuh tak acuh.
"Gathan!" seru Freya kesal. "Apa susahnya sih bagimu meresmikan pernikahan kita dengan membuat resepsi sebesar-besarnya. Bagaimana kalau orang-orang tau kau memiliki istri yang hanya kau nikahi secara siri , apa kau tak malu?"
Gathan memijit pelipisnya, berdebat dengan Freya memang takkan ada habisnya. Padahal semua yang ia inginkan sudah ia turuti, hanya satu yang tak bisa, meresmikan pernikahannya secara hukum dan membuatkan pesta resepsi sebab ia masih menghormati orang tuanya. Saat ini baik mama maupun papa nya belum ada yang memberikan restu, lalu bagaimana ia bisa menikahi Freya secara resmi. Belum lagi ancaman orang tuanya yang akan menarik semua harta dan fasilitas yang ia miliki meskipun ada hasil kerja kerasnya di sana tapi tetap saja ancaman orang tuanya itu tidak pernah main-main.
"Baik aku meresmikan pernikahan kita dan membuat pesta pernikahan besar-besaran, tapi setelahnya apa kamu siap menjadi miskin? Kau ingatkan ancaman orang tuanku? Mereka akan mencabut semua fasilitas ku, menendangku sebagai ahli waris, dan mengambil semua apa yang aku miliki, apa kamu siap? Bila kamu siap akan aku wujudkan semua keinginanmu? Aku tidak masalah hidup miskin, tapi kau? Apa sanggup?" cecar Gathan dengan nada penuh penekanan. Ia ingin Freya mengerti kalau keinginannya tak semudah itu.
Freya terdiam sebab apa yang Gathan katakan semuanya benar. 'Semua ini karena kedua tua Bangka itu.' geram Freya dalam hati. 'Aku hanya punya satu cara yaitu meluluhkan hati orang tuanya, tapi bagaimana caranya sedangkan kedua tua bangka itu sangat sulit didekati.' batin Freya .
...***...
15 menit lagi tepat pukul 5 artinya hanya ada sedikit waktu lagi bagi Nanda untuk berpikir sebelum memberikan keputusan. Jantungnya berdegup dengan kencang, bahkan peluh mulai membasahi dahi hingga telapak tangannya. Ia sudah seperti seorang pesakitan yang menunggu vonis diputuskan, benar-benar mendebarkan.
Jarum jam terus bergulir, hingga waktu yang ditunggu-tunggu pun telah tiba. Kini ia telah berada di depan ruangan Lavina. Tangan Nanda saling meremas, ia benar-benar gugup sekarang. Lalu ia melepaskan tangan itu dan memegang handle pintu sembari menetralkan jantungnya. Ia sudah membuat keputusan. Ia akan menanggung segala risikonya ke depannya.
"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah, semoga keputusan yang ku ambil merupakan keputusan yang terbaik." ucapnya dengan penuh harap.
Lalu Nanda pun masuk ke ruangan Lavina dan langsung mengambil tempat untuk duduk di sofa yang telah dipersilahkan Lavina.
"Bagaimana keputusanmu? Besar harapan ibu kau mau menerima penawaran ibu." ucap Lavina.
"Bu, tapi kenapa saya? Maksudnya kenapa ibu memilih saya? Ibu kan tau, saya hanyalah seorang gadis miskin yang tumbuh dan besar di sebuah panti asuhan. Pendidikan saya pun rendah, hanya sebatas SMA sungguh tidak pantas bersanding dengan putra ibu yang pasti pendidikannya tinggi, berwawasan, bahkan aku yakin ia pasti tampan sebab ibu pun sangat cantik. Sedangkan saya, tak memiliki keistimewaan apapun. Tidak cantik dan anggun." ucapnya merendah seraya memandangi penampilannya sendiri.
"Kalau hanya menilai secara fisik, maka takkan ada yang sempurna di dunia ini. Bila kita bertemu dengan seseorang yang cantik dan tampan, maka yakinlah akan ada lagi orang yang lebih cantik dan tampan lagi, tapi yang ibu lihat darimu adalah kebaikanmu. Kau pun sangat cantik, Nanda. Tanpa polesan dan hanya dengan pakaian sederhana saja, kau sudah tampak cantik. Apalagi dengan polesan , ibu yakin orang-orang bahkan takkan sanggup memalingkan wajahnya darimu. Jangan menilai rendah dirimu sendiri, Nanda!" ucap Lavina panjang lebar menjelaskan. "Jadi apa keputusan mu?" tanya Lavina lagi.
Nanda menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Bismillahirrahmanirrahim. Baiklah, Bu, saya terima penawaran dari ibu. Demi bunda Rieke dan adik-adik, saya bersedia menikah dengan anak ibu." ucapnya jelas dan mantap.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dewa Rana
kalau nikah siri gak bisa dapat warisan suami, Thor
2024-07-04
1
Yunerty Blessa
satu keputusan yang sulit tapi tak apa²,,yakin lah bahawa pelan² cinta Gathan akan cair juga
2024-06-17
1
Raufaya Raisa Putri
kirain mo nanya bunda rieke dulu
2024-06-17
0