[ SIMBOL DARAH ]

"hahh... berapa banyak yang kita bunuh hari ini?" seorang wanita memasukan kembali peluru yang habis.

"entahlah." wanita di samping mengangkat bahunya yang kotor dan berdebu.

"tidak habis habisnya para zombie ini." wanita yang memegang pistol dan tembakan di bahu memandang langit pagi yang gelap.

"yeahh." Wanita dengan pisau di lenganya bergumam.

"negara kita sangat besar dan jumlah manusia terbanyak di seluruh dunia. Berbatasan dengan banyak negara. Tidak terbayangkan dalam sehari, tidak beberapa jam saja sudah berjuta orang yang terkena virus." lanjutnya.

"dan, ini menyebar ke banyak negara." ucap wanita dengan tembakan dan pistol.

"aku sedang berpariwisata, namun bukan pariwisata indah, justru pariwisata ke tempat monster yang kutemui di kota ini." ucap wanita dengan pisau.

"Ukhhh membayangkan kembali adegan pertama kali melihat orang yang terkena zombie sangat menyeramkan." wanita dengan tembakan dan pistol bergidik memegang kedua bahunya.

"aku yang tengah asik berbelanjapun kaget. Ketika itu aku sedang bersama teman teman. Berbelanja dan menonton bioskop tentang zombie. Secara kebetulan ketika kami sedang berjalan keluar dari tempat bioskop ada seorang yang tiba tiba berperilaku aneh. Kami mengira dia adalah seorang cosplay dan ikut melihat bersama orang lain. Namun di sana beruntungnya aku meminta teman teman untuk pergi duluan karena ada pertandingan. Tepat saat aku keluar ada sejumlah orang yang tiba tiba di gigit di jalan. Mereka benar benar mengunyah daging manusia dengan gigi mereka." jelasnya.

"dan aku terkejut, berkendara kembali. Ingin mengetahui sahabatku yang masih menonton pertunjukan yang ternyata revolusi ketika akan menjadi zombie." ucapnya melanjutkan.

"hahh, ketika kembali dan berbalik kembali ke sana saja sudah tidak bisa. begitu banyak zombie."

"bagaimana denganmu?" balasnya bertanya.

"aku?" wanita dengan pisau menunjuk dirinya dengan pisau yang ia pegang.

"yahh, seseorang yang sedang berpariwisata bertemu zombie saat mengunjungi gedung pencakar langit. Benar benar kacau saat awal kemunculan. Sungguh sangat membantu ketika aku menuruti nasehat ibuku yang mengatakan membawa alat keselamatan, kau tau seperti setrum, kater, dan lain lain yang di bilangnya khawatir ada preman yang mengganggu." ucapnya menceritakan.

"aku...rindu ibuku..." dia memandang ke kejauhan. Berharap dapat melihat kota kelahirannya itu dari lantai atas gedung.

"ak_" ketika ia ingin melanjutkan suaranya berhenti.

Sebelum bisa menyelesaikan kata katanya suara lengkingan zombie terdengar di bawah jembatan yang merupakan jalan pintas kota C, A, dan B.

"apa itu?"

Keduanya yang tengah beristirahat di atas gedung yang lumayan dekat dengan segerombol zombie bagai semut di bawah jembatan kembali memusatkan perhatian.

Wanita dengan pisau mengambil teropong dan mulai memeriksa dengan cermat. Ketika ia melepas teropong berwarna hitam itu wajahnya penuh dengan keterkejutan.

"ada apa?" tanya wanita dengan pistol.

"ada seseorang yang bertarung dengan para zombie di bawah jembatan sendirian." ucapnya seperti mengucapkan sesuatu yang tidak ia percayai. Namun kenyataan apa yang ia lihat sungguh sungguh menghancurkan kepercayaannya.

"huh? kau serius?" dia memandang wajah rekan bertarungnya. Namun tak ada jawaban melainkan lamunan orang di depannya.

"di sana bisa hampir ratusan ribu zombie. itu tidak mungkin." ucap wanita dengan pistol.

"aku juga tidak percaya, namun ini benar benar kenyataan." dia memandang arah jembatan.

"coba sendiri lihat, kau pasti juga akan terkejut." lanjutnya.

Wanita dengan pistol dan tebakan mengambil teropong. Benar saja ketika teropong dengan lensa anti malam. Mereka melihat seseorang yang tengah bertarung seperti sebuah bayangan yang menghabiskan para zombie.

"ini..." dirinya sungguh tak percaya tentang apa yang ia lihat.

Kini langit mulai cerah. Mereka masih memandang ke arah jembatan dengan fokus. Mereka berdua melihat apa yang terjadi di pukul pagi dini hari itu. Ketika itu juga mereka melihat tumbukan zombie yang seperti gunung di sana.

Mereka akhirnya meneguk air ludah mereka sendiri. Membayangkan adegan pertarungan yang dasyat itu.

"sungguh, ini... haruskah kita ke sana atau pergi melanjutkan perjalanan kita ke perbatasan dengan kota D?"

"ini...."

[][][][]

"Luo." ucap Zhang jiangwu. Dia membuat nama samaran.

"apa kau dapat memberi tauku apa simbol ini?" Mu qinzhao memegang simbo yang seperti tato berwarna hitam.

"simbol darah mengartikan akan adanya kesetiaan dari pihak yang di beri tanda. Seperti kau bersumpah darah atau bersumpah atas jiwa dan raga. Jika pihak tersebut membahayakan nyawa pemilik atau orang yang membuat simbol darah denganmu maka kau akan meledak dan mati."

"ini seperti ikatan antara bawahannya agar selalu setia. Dan salah satu hal penting. Dia tidak bisa di kendalikan oleh orang lain selain tuan mereka yang memberi darah itu."

"begitu..."

Mu qinzhao kemudian mengangguk paham. Dia perlahan membungkuk di depan Zhang jiangwu yang mengubah namanya menjadi Luo. "terima kasih atas tuan Luo yang telah menyelamatkan saya."

"hmmm, aku juga memiliki janji dengan anakmu jadi harus ku tepati."

"anak...ku?" dia terkejut ketika tau ini ada hubungannya dengan anak nya.

"maksud anda Mu Dalu?" tanya Mu qinzhao menatap Tuan Luo.

"ya," jawab Luo atau Zhang jiangwu.

"bagaimana anda mengetahuinya?" dia melirik curiga dan sedikit cemas ketika anaknya memiliki hubungan dengan makhluk hebat yang menjadi tuannya saat ini.

"Jiangwu." ucap Luo.

"orang saat itu...jadi...." Mu qinzhao kembali terkejut ketika tau orang ini menyebut Jiangwu yang saat itu membawa dan menyelamatkan keluarganya.

"tidak dia bukan aku, anggap saja Jiangwu bawahanku." ucapnya mengarang dengan sangat baik. Dia tidak menginginkan satupun tau siapa dirinya. Manusia maupun zombie.

"aku paham."

"jika begitu aku harus pergi saat ini." Luo memandang Mu qinzhao. Mata hitanya membuat dirinya tampat tidak mempunyai mata dan hanya ada bayangan hitam di sana.

"anda akan kemana?" tanya Mu qinzhao. Dia sudah akan pergi?

"kota B, perbatasan dengan kota D."

Mu qinzhao mengangguk mengerti. Dia juga mendengar bahwa di kota D merupakan kota yang menjadi wilayah yang aman dari zombie dan memiliki fasilitas di dalamnya yang masih hampir sama dengan sebelumnya.

"dan sebaiknya kau pergilah sesuai dengan apa yang di katakan Jiangwu saat itu." ucap Luo sambil melangkah lebih jauh dari Mu qinzhao. Di tepi gedung dan akan melompat melewati gedung demi gedung nantinya.

"juga ambil benih ini dan sebarkan. Jangan lupa sisakan dan beri tau dua orang zombie adik kakak di sana jika mereka ada untuk mencari tempat tinggi saat akan hujan besok."

"kau dan anggota zombie lain sama. Belajarlah ke mereka sementara. ketika hujan itu."

"mengapa?" tanyanya bngung.

"supaya kalian memiliki kesadaran yang mirip dengan kesadaran di manusia dulu." jelas Luo.

"kau ke sana saja. Bila ada apa apa komunikasi denganku lewat ini." Luo memberikan jam tangan putih yang sama dengan yang dia pakai.

"ini dapat menjadi alat komunikasi telefon."

"bawa dan berikan ini pada Qiang dan minta dia untuk mengirim informasi setiap harinya pada perkembangan dunia dan zombie di dunia ini." ucap Luo.

"ya!" Mu qinzhao menjawab dengan tegas dan paham.

"kalau begitu kita bertemu nanti lagi." Luo kemudian melesat lompat dan melompat melewati gedung yang lepar terpisahnya sangat jauh itu.

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!