Love Story Anak Sekolah
Pagi yang indah dengan sinar matahari yang bersinar terang dan menghangatkan. Kicauan burung yang menyambut kehadiran pagi yang cerah hari ini.
"Vanka, bangun sayang! Hari ini kan hari pertama kamu masuk ke sekolah menengah atas!" seorang ibu dengan lembut membangunkan anak gadisnya yang masih terlelap.
"Eh ini anak, susah banget dibanguninnya." gerutu sang ibu sembari menggoyang-goyangkan tubuh putri kecilnya.
"Eh..." dengan malas Jovanka atau yang lebih sering dipanggil Vanka, membuka matanya perlahan.
"Jam berapa sih ma?" tanyanya sembari meregangkan otot-ototnya.
"Setengah tujuh." barulah setelah mamanya menjawab pertanyaannya, Vanka langsung terbelalak dan bangkit dari kasurnya.
Rasa kantuk sudah tidak dia rasakan lagi. "Kenapa baru bangunin sekarang sih ma?" omelnya sembari berlari ke kamar mandi.
"Yeee kok ngomel, orang kamunya yang susah banget di bangunin." ucap mamanya Vanka sembari tersenyum dan gelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya.
Beberapa menit kemudian, Vanka berlari ke dapur untuk sarapan. Akan tetapi dia kembali dibuat kesal oleh kakak lelakinya. "Buruan dek, kakak udah telat!" ucap kakaknya yang membuat Vanka harus memakan sarapannya sembari berlari menyusul kakaknya ke depan.
"Yah, ma, Vanka berangkat dulu!" meskipun terburu-buru, Vanka tidak lupa berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Kalau makan sambil duduk, Vanka!" tegur ayahnya yang merasa tidak suka melihat apa yang dilakukan anak perempuannya. Meskipun hanya makan roti, tapi setidaknya akan lebih sopan jika makan sambil duduk.
"Udah nggak keburu, yah. Kak Rakha nanti tinggalin aku." seru Vanka sambil berlari mengejar kakaknya yang sudah duluan nangkring diatas sepeda motornya.
"Buruan naik! Lo mau telat?" ucap Rakha agak kesal juga sih dengan adiknya yang selalu saja susah kalau dibangunin. Akibatnya, dia sendiri yang kebingungan karena telat datang ke sekolah.
"Iya, bawel banget.." omel Vanka kemudian langsung naik ke boncengan kakaknya.
Hari ini, hari pertama Vanka masuk ke sekolah menengah atas. Untungnya karena kebijakan sekolah, masa orientasi siswa di sekolah itu ditiadakan. Jadi, Vanka bisa agak tenang kalaupun dia sampai terlambat.
Sampailah mereka di depan pintu gerbang sekolah yang sejak lama Vanka impikan. Sekolah yang berdiri tiga lantai tersebut terlihat sangat megah dan luas.
"Akhirnya gue bisa sekolah disini juga." gumam Vanka merasa bangga dengan dirinya sendiri.
"Nanti kakak nggak jemput, lo pulang naik angkot aja!" ucap Rakha setelah menerima helm yang diberikan oleh adiknya.
"Iya, paham.." Vanka tahu alasan kakakmya tidak bisa menjemputnya. Karena kakaknya akan kencan dengan kekasihnya.
Sebenarnya Vanka juga memiliki motor sendiri, ada juga mobil tapi ayah dan kakaknya belum mengijinkan dia mengendarai motor ataupun mobil sendiri. Belum cukup umur katanya.
Ketika Vanka akan melangkahkan kakinya memasuki sekolah barunya. Dari kejauhan dia mendengar namanya dipanggil. Seketika menolehlah Vanka, dan mendapati Akila, sahabatnya berlarian setelah keluar dari mobil.
"Tunggu!!" seru Akila sembari terus berlari kecil.
"Temen lo tuh?" ucap Rakha yang juga mengenal Akila. Karena Akila juga sering main ke rumahnya. Akila dan Vanka sudah bersahabat dari sekolah menengah pertama.
"Hallo kak Rakha.." sapa Akila dengan sedikit centil. Padahal Akila adalah orang yang judes tapi setiap kali bertemu dengan kakaknya Vanka, Akila akan berubah menjadi kucing yang imut.
"Ya." jawab Rakha singkat sembari menganggukan kepalanya.
"Kakak jalan dulu!" pamit Rakha.
"Ya."
"Iya kak Rakha, hati-hati ya dijalan!" Akila kembali menjadi kucing yang imut.
"Udah ayo buruan masuk!" Vanka menarik Akila yang masih memandangi kakaknya, meskipun kakaknya sudah semakin menjauh.
"Kakak lo ganteng banget ya," puji Akila.
Pujian itu sudah pujian yang kesekian kalinya. Sampai membuat Vanka jengah mendengarnya. Vanka memutar bola matanya, kemudian melanjutkan langkahnya, disusul oleh Akila.
Tapi tiba-tiba dari arah belakang muncul seorang siswa yang menepuk pundak Akila dan Vanka dengan cukup keras. Akila dan Vanka pun menjadi terkejut karenanya.
"Anj*r, siapa sih?" seru Akila yang terkenal dengan kejudesannya.
"Ba!!! Kalian sekolah sini juga?" tanya Febri, temen mereka dari sekolah menengah pertama yang sama juga.
"Eh si monyet, lo sekolah sini juga?" tanya Akila dengan membalas Febri. Dia memukul lengan Febri dengan cukup keras juga.
"Anj*r, sakit c*k.." keluh Febri sembari mengelus lengannya yang sakit.
"Siapa suruh kagetin kita!" Akila lebih galak dari Febri.
"Udah jangan berantem mulu, kalian nggak denger udah bel?" Vanka sudah kenyang dengan perdebatan antara Akila dan Febri. Waktu disekolah lama, hampir tiap hari Akila dan juga Febri berantem dan debat mulu.
"Tunggu Van!" Akila berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan langkah Vanka yang berjalan lebih dulu.
Vanka dan Akila menuju papan pengumuman untuk melihat berada di kelas apa mereka. Dan betapa bahagianya mereka, karena mereka kembali satu kelas. Kedua remaja putri tersebut saling berpelukan dengan bahagia.
"Lah, kenapa gue juga satu kelas sama kalian sih," Febri merasa tidak puas karena harus satu kelas lagi dengan Vanka dan Akila. Tapi itu hanyalah omongan belaka, Febri hanya ingin menggoda kedua remaja putri tersebut.
"Yeee,, siapa juga yang mau satu kelas sama buaya." sahut Vanka meledek Febri kemudian menyeringai, membuat Akila tertawa bahagia.
"Buaya nggak tuh." ucap Akila sambil tertawa dan meninggalkan Febri yang mencak-mencak sendiri.
Tapi, meskipun Febri selalu bertengkar dengan Akila dan Vanka. Dia akan tetap selalu mendekati mereka berdua. Febri merasa nyaman berteman dengan dua gadis itu.
"Ngapain sih ngikut mulu?" Vanka berkata sembari mendorong Febri menjauh.
"Kita kan satu kelas kampret.." Febri menarik ikat rambut Vanka dan melempar ikat rambut itu ke Vanka, lalu lari tunggang langgang sebelum Vanka ngamuk.
"Heh dasar monyet lo!!!" seru Vanka sambil kembali mengikat rambutnya yang terurai.
Tanpa sadar, banyak para murid lelaki yang memperhatikan Vanka yang sedang mengikat rambut dengan mengomel. Karena pada saat itu Vanka dan Akila masih berjalan di halaman sekolahan baru mereka.
Vanka menyadari jika banyak lelaki yang melihatnya dengan tatapan aneh. Tak sedikit yang tersenyum kepadanya. Jika dilihat dari seragam yang mereka kenakan, sepertinya mereka kakak kelasnya. Karena seragam mereka sama.
Vanka pun menjadi malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Dia menundukan kepalanya lalu berjalan dengan cepat sembari menarik tangan Akila.
Sebagian lelaki menganggap wanita yang sedang mengikat rambut itu damage-nya nggak ada obat. Mungkin itu yang membuat banyak siswa lelaki itu memperhatikan Vanka. Ditambah, wajah Vanka yang cantik dan imut.
"Buruan!" Vanka terus menarik tangan Akila sampai di kelas baru mereka.
Vanka dan Akila lalu mencari tempat duduk untuk mereka tempati. Tapi sayang, yang tersisa hanya dua bangku di depan Febri yang sudah mendapat tempat duduk duluan.
"Nah, ngikut gue kan lo." ucap Febri dengan percaya dirinya.
"Ish, pede lo! Orang yang sisa cuma sini doang." sanggah Vanka sambil memasukan tasnya ke dalam laci.
"Emang kepedean banget nih buaya." Akila juga tidak terima dituduh ngikutin Febri.
"Buaya pala lo." Febri yang tidak terima disebut buaya, mendorong kepala Akila sehingga membuat Akila mencak-mencak.
Akila mengejar Febri yang berlari setelah mendorong kepalanya. Jadilah mereka kejar-kejaran di dalam kelas. Tentu saja mereka langsung menjadi pusat perhatian satu kelas. Mereka lupa jika teman satu kelasnya adalah teman-teman baru mereka.
"Awas lo." ancam Akila sambil berjalan menuju tempat duduknya lagi.
Sedangkan Febri malah cekikikan melihat Akila yang kesal karena tidak berhasil mengejarnya.
"Hai, kenalin gue desi," teman yang duduk di bangku depan Akila dan Vanka menoleh ke belakang dan memperkenalkan diri.
"Kalau gue, Ira." teman sebelah Desi juga memperkenalkan dirinya.
"Hallo, gue Jovanka, panggil aja Vanka."
"Kalau dia Akila, kita satu sekolah dulu." karena Akila masih kesal, jadi Vanka yang mewakili Akila memperkenalkan dirinya.
Sambil menunggu mereka datang, keempat siswi tersebut saling ngobrol dan nyambung. Sepertinya mereka satu referensi, jadi bisa dengan mudah akrab.
Ira lalu memberitahu tentang kakak kelas mereka yang menjadi pusat perhatian di sekolah tersebut. "Genk mereka namanya The Sun, mereka empat cowok tampan dan anak orang kaya semua." Ira tahu informasi tersebut dari kakaknya yang juga satu angkatan dengan The Sun.
Sementara Akila dan Vanka merasa biasa aja. Karena tujuan utama mereka sekolah untuk mencari ilmu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lius
mantap
2023-08-31
1
Lia Shechibie'slove
baru baca, lanjut
2023-05-22
0
hanskylark'
Baru mulai baca wk
2022-09-12
0