Teettttt teetttt tettt
Bel tanda jam istirahat berbunyi. Vanka membereskan buku dan alat tulisnya, kemudian beranjak keluar dari kelas bersama Akila dan kedua teman barunya, Desi dan juga Ira.
"Hai, kenalin gue Febri, temennya Vanka dan Akila." Febri mendekati Desi dan Ira sambil tebar pesona.
"Ish ngaku-ngaku, bukan, mana mungkin gue mau berteman dengan buaya." sangkal Vanka yang membuat Febri mengomel nggak karuan.
"Jangan mau kenalan, dia tuh buaya." Akila juga tak mau kalah.
"Akh, ngomong aja kalau kalian cemburu kan, gue deketin cewek lain?" tanya Febri dengan bangga.
"Gue? Nggak tuh, lo kalik." Vanka melempar tuduhan itu ke Akila.
"Ish, najis tralala... ngapain cemburu sama dia, emang dia siapa?" Akila bergidik dengan geli.
"Buaya katanya." sahut Ira yang membuat Vanka dan Akila seketika meledak tawanya.
Febri sempat melotot mendengar perkataan Ira. Tapi dia juga tahu kalau semua itu hanyalah bercandaan semata. "Hm, temenan ama mereka kan lo? Makanya sama, sama pedes ngomongnya." ucap Febri sembari mendorong Akila dan juga Vanka.
"Heh, kampret lo..." seru Akila dan Vanka bersamaan.
"Wuih bisa barengan gitu, udah kayak anak kembar kalian, kembar sial.." Febri tertawa setelah mengatai Vanka dan Akila.
Dia berjalan duluan bersama teman yang juga baru dia kenal hari ini. Kebetulan teman itu juga sebangku sama Febri, jadi mereka sudah agak akrab lah.
Vanka dan yang lain juga kembali melanjutkan langkah mereka menuju kantin sekolahan. Tapi di jalan, langkah mereka sempat terhambat karena kerumunan yang memadati pintu masuk ke kantin.
Baik Vanka dan juga Akila bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa kantin bisa sampai penuh sesak seperti itu. Dan juga kebanyakan adalah kaum hawa.
Desi yang bertubuh lebih tinggi dari mereka bertiga, berjinjit untuk melihat apa yang terjadi di dalam kantin. "Itu,, itu kak Defan, itu The Sun.." ucap Desi dengan senang.
Memang seperti yang dikatakan kakaknya, jika keempat cowok yang menamai diri mereka The Sun. Sangatlah ganten dan tampan.
"Ampun sampai segitunya." gumam Vanka tidak habis pikir kenapa para kaum hawa itu suka memalukan diri mereka sendiri.
Vanka lalu membelah kerumunan itu lalu mencari tempat duduk untuk makan. Dirinya juga sempat melirik keempat cowok yang jadi pusat perhatian tersebut. Dan merasa biasa saja.
Melihat Vanka yang berjalan di depan keempat cowok populer tersebut tanpa menoleh, membuat salah seorang dari pria tersebut menatap Vanka dengan membulatkan matanya.
"Gi," salah seorang personil The Sun menyenggol lengan Gio, juga anggota The Sun yang paling ganteng, tapi sayang sangat dingin.
Gio melirik Vanka yang duduk tepat di meja depannya. Dimana tempat duduk tersebut, biasanya dipakai oleh sekelompok siswi yang juga terpopuler di sekolah tersebut.
Vanka dan ketiga temannya tidak tahu mengenai hal tersebut. Bagi Vanka duduk dimana pun boleh aja, orang itu juga nggak dikontrak siapapun.
"Siapa yang akan pesan makanan?" tanya Vanka.
"Atau biar gue pesenin aja!" imbuh Vanka.
"Gue aja yang pesen, kebetulan gue kemarin ulang tahun, jadi biar sekalian gue yang traktir.." Ira menawarkan diri untuk mentraktir teman-teman barunya.
"Kalau gitu terserah lo aja mau pesen apa, gue nggak pilih-pilih kok orangnya." merasa tidak enak, Vanka dan Akila nurut apa aja yang dipesan oleh Ira.
"Ok.." jawab Ira dengan gaya centilnya.
Ira dan Desi sebenarnya juga ingin seperti wanita yang lain yang pada heboh minta kenalan juga memfoto personil The Sun. Akan tetapi, karena respon Vanka dan Akila biasa aja. Mereka berdua juga ikutan biasa aja.
Tak lama kemudian Desi dan Ira kembali dengan membawa nampan makanan ditangan mereka. Tapi ternyata, sekelompok siswi yang biasanya duduk di tempat itu, meminta mereka untuk pindah.
Vanka masih kekeh tidak mau. Sehingga terjadilah perdebatan diantara mereka. Meskipun anak baru, tapi Vanka dan Akila tidak sama sekali.
"Kalau mau, kalian aja yang pindah. Kita duluan yang disini." ucap Vanka yang menyulut amarah sekelompok siswi tersebut.
"Berani banget lo sama kita, lo anak baru nggak usah belagu.." Vanka juga sempat didorong oleh salah satu siswi tersebut.
"Nggak usah dorong-dorong bisa?" Akila menepis tangan kakak kelas yang mendorong Vanka.
"Apa lo?"
"Apa?" Akila tidak takut dengan kakak kelas itu.
"Apa sih susahnya pindah?"
"Capek, kalau lo mau lo aja yang cari tempat lain, tuh masih ada yang kosong." jawab Vanka dengan santai tapi justru semakin membuat sekelompok siswi tersebut semakin jengkel. Baru kali ini ada siswi yang menentang mereka.
"Iya, emang udah lo kontrak ini meja?" Akila semakin membuat panas.
"Lo belum tahu siapa kita? Kita siswi paling populer di sekolah ini, kita cantik dan kita anak orang kaya,"
"Nggak nanya." Vanka tetap santai menanggapi kesombongan para siswi tersebut.
Pyukkk
Salah satu siswi tersebut mengambil minuman di nampan Desi lalu menyiramkannya ke Vanka. Tentu saja pertunjukan itu semakin menarik untuk dilihat. Tidak hanya siswa-siswi yang menonton pertunjukan tersebut. Tapi The Sun juga tertarik dengan pertunjukan yang disuguhkan.
"Van?" Akila geram sekaligus kasihan melihat Vanka yang basah kuyub.
Meskipun The Sun juga sempat kaget dengan apa yang teman ceweknya lakukan, yaitu menyiram Vanka dengan minuman dingin. Tapi mereka juga penasaran ingin melihat reaksi Vanka selanjutnya.
"Ups, sorry tangan gue licin." ucap Marisa, pentolan dari sekelompok siswi tersebut.
Keempat temannya yang lain tertawa melihat Vanka disiram minuman oleh Marisa. Mereka bahkan meledek Vanka yang tidak langsung bereaksi setelah itu. Dan menganggap Vanka takut membalas Marisa.
Tapi siapa sangka, tak lama setelah itu. Vanka bangkit dari tempat duduknya. Dengan cepat Vanka mengambil mangkok berisi bakso, lalu menyiramnya ke Marisa.
"Akh... Panas.. Lo gila.." seru Marisa merasakan panas didadanya karena disiram kuah bakso yang panas oleh Vanka. Nggak terlalu panas sih sebenarnya, tapi juga menyengat kulit.
"Ups, sorry, gue sengaja.." ucap Vanka dengan tersenyum sinis. Tapi sedetik kemudian dia menatap Marisa dengan tajam.
Vanka ingin memberitahu Marisa dan juga teman-temannya yang lain. Bahwa dia tidak takut kepada mereka. Dan sebagai sinyal bahwa Vanka akan membalas perbuatan buruk yang dia terima berkali-kali lipat.
Vanka pamit kepada teman-temannya untuk membersihkan tubuhnya yang lengket karena siraman minuman tadi. Tapi ternyata teman-temannya justru mengikutinya ke toilet.
Gio menatap Vanka yang pergi dengan wajah bangga dengan tersenyum. "Dasar..." gumamnya seorang diri dengan tersenyum.
Tapi seketika senyuman itu buyar tatkala Marisa merengek di depannya. Marisa memang selalu bertingkah manja ke Gio. Seolah dia beranggapan bahwa Gio adalah pacarnya.
"Buruan dibersihin, ke toilet sana! ngapain merengek disini!" ucap Gio dengan dingin.
"Gio kok gitu sih."
Seketika Gio langsung bangkit dari tempat duduknya. "Kemana lo?" tanya Defan, sepupu Gio.
"Main basket yuk, bosen disini." ajak Gio yang jengah melihat kemanjaan Marisa.
Defan dan kedua temannya yang lain lalu bergegas mengikuti Gio ke lapangan basket. Seperti biasa, mereka sering sekali bermain basket ketika jam istirahat untuk menghilangkan penat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Gaspar Lahimade
seru banget lo
2024-03-16
0
Tika Rotika
aq mampir thor cerita nya mulai seru 👍
2023-07-08
1