Setelah mengantar kakek dan mamanya. Defan sempat main ke rumah Gio dulu. Karena mamanya juga masih enggan pulang.
"Gi, menurut lo, cewek yang berani lawan Marisa tadi gimana?" pertanyaan Defan tersebut membuat Gio seketika menoleh.
"Gimana bagaimana sih?" tanya Gio mulai mengatur perasaannya.
"Menurut lo cantik nggak?" tanya Defan lagi.
"Iya cantik, kenapa emangnya?" tanya Gio balik.
"Gue kayaknya gimana sama dia, kayaknya gue suka sama dia." ucap Defan sembari tersenyum sendiri.
Jedarrrrr.
Gio kaget bukan main mendengar perkataan sepupunya. Bukannya gimana, tapi karena Vanka adalah gebetannya yang dia kenal lewat salah satu aplikasi.
Gio dan Vanka sudah lama berteman dan dekat di dunia maya. Dan baru ketemu beberapa hari yang lalu. Gio merasa cocok dengan Vanka.
Iya, Gio memang sengaja menyembunyikan hal itu dari teman-temannya. Karena Gio malu, jika seandainya teman-temannya tahu dia suka kepada wanita yang hanya dia kenal melalui dunia maya.
Sudah semingguan Gio dan Vanka bertemu. Dan Gio juga sudah main ke rumah Vanka juga. Tapi memang Gio belum kasih tahu teman-temannya saja, termasuk Defan.
Bukannya tidak mau. Tapi Gio belum mau memperkenalkan Vanka ke teman-temannya.
"Lo suka sama dia? Lo pernah ketemu dia sebelumnya?" tanya Gio.
"Belum sih, tapi dia tipe gue banget. Pemberani, nggak lebay, tapi sayang dia kayaknya cuek orangnya."
Gio kembali terdiam. Entah kenapa Gio merasa jika seleranya dan juga Defan itu sama.
"Oh ya, ntar malam jadi nggak balapannya?" Gio sengaja mengalihkan perhatian Defan terhadap Vanka.
"Jadi dong, kita hajar mereka biar nggak belagu lagi."
"Tapi ntar jangan sampai kedengeran kak Aiko kalau kita mau balapan lagi. Nanti dia marah dan laporin kita ke papa kita." Defan meminta Gio untuk menyembunyikan kegiatan malam mereka dari kakak perempuannya. Supaya kakaknya tidak marah dan mengadu kepada papa mereka masing-masing.
"Beres, gue juga males dengerin omelan papa." sahut Gio kemudian melemparkan dirinya ke kasur.
Gio memijit keningnya. Dia bingung apa yang harus dia lakukan. Apakah dia akan jujur ke Defan kalau Vanka itu gebetannya. Atau dia menjauhi Vanka dan memberi Defan kesempatan dekat dengan Defan. Akan tetapi, Gio tidak mau melepaskan Vanka begitu aja. Dia sudah sangat nyaman dekat dengan Vanka. Atau mungkin selangkah lagi mereka sudah akan jadian. Gio juga bisa merasakan kalau Vanka sangat perhatian juga ke dia.
"Gi, lo kenapa sih nggak suka sama Marisa? Dia kan cantik, tajir juga." tanya Defan penasaran.
"Kalau lo mau, lo pacarin aja dia. Gue nggak suka cewek alay." jawab Gio dengan santai sembari memejamkan matanya.
"Nggak mau. Gue juga nggak suka cewek alay." mengingat Marisa dan teman-temannya, membuat Defan bergidik.
"Gue sukanya sama cewek kayak anak baru tadi." Defan tersenyum saat kembali teringat Vanka.
Seketika terbukalah kembali mata Gio yang sempat terpejam. Dia melirik Defan yang tersenyum sendiri. Sepertinya sedang memikirkan hal yang indah. Terlihat dari raut wajahnya yang bahagia.
Gio menghela nafas panjang, dan tidak lagi berkata-kata. Kenapa harus Vanka sih. Dan kenapa harus Defan yang menjadi saingan cintanya.
Sebuah dilema yang harus Gio rasakan. Dilema memilih antara cinta atau persaudaraan. Gio dibuat pusing karenanya. Mana yang harus Gio pentingkan terlebih dahulu.
(Gio itu anaknya Shaka. Dan Defan anaknya Alfarezi. Mereka lahir di tahun yang sama hanya beda bulan. Makanya mereka bisa sekolah bareng.)
****
Rakha mengajak pacarnya pulang ke rumah. Mereka kenal sejak sekolah menengah atas. Dan mulai pacaran setahun yang lalu. Dan sudah di kenalkan kepada orang tua Rakha juga.
"Aku ganti baju bentar," pamit Rakha kepada pacarnya.
Aiko, pacar Rakha, melihat Vanka yang sedang main hape di taman samping rumah sembari main ayunan. Aiko dan Vanka sudah bertemu beberapa kali. Jadi mereka sudah saling mengenal.
"Hayo, chattingan ama siapa?" tanya Aiko mengagetkan Vanka.
"Ya ampun, ya ampun, kak Aiko ngagetin aja!" seru Vanka sambil berusaha menangkap hapenya yang sempat terlepas dari tangannya.
Aiko terbahak melihat Vanka yang berusaha menangkap hapenya. "Maaf, maaf," ucap Aiko masih terbahak.
"Kapan datang kak?" tanya Vanka yang juga senang bertemu dengan Aiko lagi.
"Baru aja. Terus lihat kamu fokus banget ke hape. Chat sama siapa sih? Kamu udah punya pacar?" tanya Aiko ikutan duduk di ayunan bersama dengan Vanka.
"Sama temen kok kak, nggak berani pacaran, ntar diomelin kak Rakha." ucap Vanka dengan manyun.
"Ya dong, masih kecil belum boleh pacaran, sekolah dulu yang bener." sahut Rakha yang baru saja keluar dari rumah dengan membawa dua cangkir minuman yang satu dikasih buat pacarnya, yang satu lagi buat dirinya sendiri.
"Nih yank." ucapnya sembari memberi gelas kepada Aiko.
"Makasih." jawab Aiko dengan tersenyum.
"Lo cuma bawa dua gelas aja kak? Gue nggak di bawain nih?" protes Vanka yang merasa kakaknya tidak adil.
"Punya kaki kan? Ambil sendiri!" ucap Rakha yang membuat Vanka membulatkan matanya.
Padahal hal seperti itu bukan pertama kalinya terjadi. Vanka dan kakaknya sering sekali ribut hanya karena hal sepele. Tapi, meskipun begitu, mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Nih minum punya aku aja Van," Aiko memberikan minumannya untuk adik kekasihnya.
"Nggak kok kak, aku cuma bercanda doang."
"Beliin bakso di depan!" perintah Rakha kepada Vanka.
"Punya kaki kan? Beli aja sendiri." Vanka membalas perkataan kakaknya sebelumnya.
Tapi kemudian dia meninggalkan tempat itu dengan segera. Vanka tidak ingin mengganggu kakaknya dengan pacarnya.
"Dasar bocah..." seru Rakha kesal ketika Vanka berlari masuk ke dalam rumah.
"Adik kamu lucu." ucap Aiko masih tersenyum melihat betapa konyolnya kakak beradik itu.
"Lucu apanya? bikin darah tinggi mulu tiap hari."
"Aku kepengen punya adik cewek, adik aku laki semua." memang benar sih, dari keempat cucu Virsha, Aiko adalah cucu paling tua dan juga perempuan satu-satunya.
"Nggak usah pengen adik cewek, nanti kalau kita nikah, kita bikin anak cewek yang banyak." ucap Rakha yang membuat Aiko seketika memerah wajahnya.
"Apaan sih," ucap Aiko malu-malu.
Sementara di kamar, Vanka masih aja chattingan dengan Gio seperti biasa. Memang kalau di sekolah, Vanka meminta Gio untuk pura-pura tidak mengenalnya.
Vanka tahu jika lelaki itu cukup populer di sekolahan mereka. Vanka hanya tidak mau dia akan berurusan dengan orang-orang yang mengidolakan Gio. Salah satunya Marisa dan kawan-kawannya.
Meskipun Marisa tidak tahu kalau Vanka dan Gio saling kenal dan bahkan dekat. Tapi permasalahan tadi pagi pasti akan berlanjut. Apalagi kalau Marisa tahu bahwa Gio dekat dengan Vanka. Marisa pasti akan selalu bikin ulah ke Vanka.
"Tapi gue nggak suka lihat lo deket sama laki-laki lain." Gio mengirim pesan yang posesif ke Vanka. Padahal mereka belum juga jadian. Tapi Gio sudah terlihat posesif.
Vanka tersenyum membaca pesan tersebut. "Emang kenapa? Lo kan bukan siapa-siapa gue." balas Vanka yang terkesan memancing respon berlebih dari Gio.
"Pokoknya nggak suka, kalau lo sampai deket sama lelaki lain. Gue akan gangguin lo tiap hari di sekolah, biar semua cewek-cewek disekolah pada heboh ngomongin lo." balas Gio lagi sambil menyertakan emot tertawa.
"Posesif.."
"Biarin aja. Mau es cappucino nggak?"
"Bilang aja kalau mau ke rumah gue kan? Nggak mau, gue mau keluar sama temen gue, cowok." Vanka kembali memancing reaksi Gio yang tidak biasa.
"Tungguin gue otw ke rumah lo." Gio yang tidak sabar langsung bergegas menuju rumah Vanka.
Lima belas menit kemudian Gio menelepon Vanka dan mengatakan kalau dia sudah sampai di depan rumah Vanka. Vanka pun tersenyum penuh kemenangan, kemudian berlari keluar rumah.
Vanka menemui Gio di depan gerbang rumahnya. Dengan tersenyum kecil Vanka menatap Gio yang juga sedang menatapnya.
"Mau kemana sama temen lo? Gue ikut!" ucap Gio dengan sedikit kesal.
"Orang gue cuma bohongan, yee..."
"Hmm, bilang aja kalau lo yang mau ketemu gue kan? Kenapa, udah kangen?" tanya Gio dengan tersenyum.
Bisa dibayangkan sendiri. seorang lelaki yang memiliki wajah dingin, bisa tersenyum di depan seorang wanita. Bisa dipastikan jika wanita tersebut sangatlah special buat dia.
"Enggak. Mana es cappucino-nya?" Vanka yang malu akhirnya mengalihkan topik pembicaraan.
"Nih," ternyata sebelumnya Gio sudah mempersiapkan minuman itu terlebih dahulu.
"Makasih.." ucap Vanka dengan senang.
"Ya udah, pulang sana, katanya mau ada acara."
"Janji dulu kalau lo nggak bakalan pergi sama cowok lain!" ucap Gio yang membuat Vanka tersenyum lebar.
"Iya. Buruan pulang!"
"Janji dulu." Gio mengangkat jari kelingkingnya di depan Vanka.
Vanka pun kembali tersenyum geli melihat tingkah kekanakan Gio. "Iya janji." tapi pada akhirnya Vanka mengaitkan jati kelingkingnya juga dijari Gio.
Gio belum mau melepaskan jari Vanka. Dia terus menatap Vanka dengan lembut. Tatapan tersebut membuat Vanka tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah dan Vanka salah tingkah karena tatapan itu.
"Gue juga janji nggak akan pergi sama cewek lain." tanpa Vanka minta, Gio mengucapkan janjinya sendiri. Dan itu semakin membuat jantung Vanka berdebar tidak karuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Esha Eca
😆🤧lucu banget
//gw jomblo
2023-12-24
0
Iiq Rahmawaty
ohh aiko cwe toh..kirain cwok😁
dan aiko itu kakak² nya si defan sma gio😅😅 knpa dunia sempit sekali yahhh
2022-06-12
0
Nazwa Aa
Up
2021-11-01
0