Begitu bel masuk berbunyi. Vanka sengaja makannya dilama-lamain. Sebenarnya dia ingin menyusul Gio yang sedang berada di halaman belakang sekolah. Vanka baru saja menerima chat dari sang kekasih. Gio memberitahu dimana dia berada, supaya Vanka tidak khawatir.
"Kalian duluan aja, gue masih laper.." Vanka beranjak dari tempat duduknya dan kembali memesan makanan.
Sebelumnya, Vanka sudah memberi isyarat ke Akila, supaya membawa temannya kembali ke kelas. Dia ingin menemui kekasihnya.
"Kita duluan aja yuk, guru keburu datang!" Akila mengerti apa maksud isyarat Vanka. Dia kemudian menarik tangan kedua temannya.
Dan ternyata, yang Vanka pesan itu makanan dan minuman kesukaan Gio. Tadi belum sempat makan. Jadi Vanka membawakan makanan dan minuman untuk Gio.
"Nih gue bawain makanan dan minuman kesukaan lo, tadi lo kan belum sempat makan." Vanka menyodrokan makanan itu ke Gio.
Gio menerima makanan dan minuman tersebut sembati tersenyum dan menatap Vanka. "Makasih ya!" ucapnya lembut.
Vanka hanya menganggukan kepalanya lalu kemudian duduk di sebelah Gio tanpa berkata lagi. Suasana hening juga sempat terjadi beberapa saat. Setelah akhirnya Gio merasa lapar dan kemudian makan makanan yang dibelikan oleh kekasih tadi.
"Lo nggak ikut pelajaran?" tanya Gio sembari memasukan makanan ke dalam mulutnya.
"Nggak, gue lagi males." jawab Vanka menatap Gio, lalu kemudian menyapu sisa makanan yang menempel di pipi Gio.
"Lo sendiri, kenapa nggak ikut pelajaran?" tanya balik Vanka.
"Males juga." Gio masih menikmati makanannya.
"Gi, apa lo beneran nggak pernah suka sama Marisa? Dia kayaknya tulus banget cinta sama lo. Dia sampai segitunya ke lo." tanya Vanka setelah diam beberapa saat.
Gio pun menghentikan tangannya yang hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Dia menatap Vanka yang memandang ke depan lurus.
"Nggak. Gue nggak pernah suka sama wanita selain lo." setelah menghela nafas panjang, Gio menjawab pertanyaan Vanka dengan tegas. Lalu kemudian kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Asal lo tahu, itu bukan pertama kalinya dia bilang gitu ke gue. Dia udah sering banget bilang gitu ke gue. Biasanya gue hanya diem aja-"
"Terus tadi kenapa lo marah?"
"Karena gue harus tegas sama dia. Gue nggak pernah suka sama dia, dan supaya dia sadar, masih banyak lelaki yang lebih baik dari gue. Juga... karena gue harus jaga perasaan lo." mendengar perkataan Gio yang kedua, seketika Vanka menoleh dan menatap Gio.
"Gue mau lo tetap merasa nyaman, meskipun banyak wanita yang suka sama gue, hati gue hanya buat lo." lanjut Gio.
Vanka tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Dia kemudian memeluk Gio dengan erat. "Gue sayang sama lo." lirihnya yang mampu di dengar oleh Gio. Gio pun tersenyum, kemudian membalas pelukan Vanka.
"Jangan pernah khawatir, cinta gue, hati gue hanya buat lo." Gio mengelus rambut Vanka, kemudian mengecup puncak kepala Vanka dengan lembut.
"Janji jangan pernah berubah hanya karena bosan?" ucap Vanka lagi. Gio menganggukan kepala dan kembali mengecup puncak kepala Vanka.
****
Seorang wanita berlari tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Dibelakangnya ada seorang lelaki yang mengejar. "Ai, dengerin aku dulu!" pinta Rakha.
Tapi Aiko terus meronta. Dia tidak mau mendengarkan penjelasan apapun dari Rakha. Aiko menarik tangannya lalu kembali berlari.
Rakha pun mengejar Aiko sampai ke sebuah taman. Rakha terus mengikuti kemana Aiko pergi. Memohon supaya Aiko mau mendengarkan penjelasannya. Akan tetapi, Aiko terus menutup telinganya dengan kedua tangannya.
"Aku nggak mau denger! Jangan ganggu aku lagi!" ucap Aiko dengan marah.
"Nggak bisa. Sejak kenal kamu, aku tidak bisa berhenti mengganggu kamu. Dengerin aku dulu, sayank!" pinta Rakha lagi tapi Aiko tetap tidak mau mendengarkan Rakha.
"Beri aku kesempatan buat ngejelasin!" Rakha memeluk Aiko supaya Aiko tidak lari darinya lagi.
"Oke. Jelasin!"
"Ai, tadi itu tidak seperti yang kamu bayangin. Tadi Riska lupa diri, dia menangis karena teringat masa lalu kita, aku hanya pria biasa, aku tidak tahan melihat seorang wanita menangis, pelukan tadi hanya untuk nenangin dia." ucap Rakha yang membuat Aiko kecewa.
"Terus, kenapa kamu disini? kenapa kamu nggak sembuhin pasien kamu!" ucap Aiko dengan sarkas.
"Kamu udah jelasin, kalau gitu aku bisa pergi kan?" Rakha memeluk Aiko lagi. Rakha tidak membiarkan Aiko pergi darinya.
"Rakha lepasin!"
"Nggak akan."
"Mau kamu apa sih Kha? Kamu nggak mau lepasin aku, tapi kamu masih terjerat dengan cinta lama kamu. Kamu anggap perasaan aku ini apa? Mainan?" Aiko dengan marah mendorong Rakha. Tapi Rakha sama sekali tidak mau melepaskan Aiko.
"Katakan, apa yang harus aku lakukan agar kamu maafin aku dan percaya sama aku?"
"Kamu lepasin aku, baru aku akan percaya sama kamu."
"Nggak, Ai. Sampai kapanpun aku nggak akan lepasin kamu. Aku cinta sama kamu.."
"Cinta?" Aiko bertanya dengan sinis.
"Kalau kamu cinta sama aku, kamu nggak akan peluk wanita lain seperti tadi." hati Aiko masih terasa sakit.
Beberapa waktu yang lalu.
Aiko masih ada kelas. Sementara Rakha yang sudah selesai kuliah, menunggu Aiko di taman belakang kampus. Disana biasanya Aiko dan Rakha berduaan.
Pada saat menunggu Aiko selesai kelas. Rakha disamperin oleh wanita yang di kenal dengan nama Riska. Wanita itu duduk di sebelah Rakha, dan basa basi bertanya kabar Rakha.
"Baik." jawab Rakha singkat.
Cukup lama mereka diam. Sampai akhirnya tiba-tiba Riska menangis sesegukan. Rakha pun menjadi panik. Dia tidak mau dituduh macam-macam terhadap Riska.
"Kamu kenapa Ris?" tanya Rakha.
"Kha, kenapa setelah sekian lama, aku masih belum bisa lupain kamu, lupain semua tentang kita." ucap Riska dengan terisak.
"Seandainya aku nggak dengerin mama aku, mungkin kita masih bersama sekarang. Aku minta maaf karena mama aku pernah hina kamu, maafin mama, supaya mama bisa tenang di alam sana." Riska semakin menangis ketika teringat mendiang mamanya yang sudah setahun meninggal.
"Yang lalu biarkanlah berlalu. Sekarang kita jalani hidup kita masing-masing!" ucap Rakha tidak lagi mau mengingat masa lalu.
"Aku merasa sangat bersalah karena waktu mama mau meninggal, dia sempet ingin ketemu kamu, tapi karena kamu sudah bahagia sama Aiko, aku tidak berani bilang ke kamu. Kalau aku tahu rasa menyesal tuh seperti ini, aku pasti akan bawa kamu menemui mama apapun caranya, walaupun harus memohon kepada Aiko." Riska semakin keras menangis.
Rakha merasa iba. Dia merangkul Riska dengan maksud menenangkan Riska dan memberinya semangat kembali. "Aku udah maafin mama kamu kok." ucap Rakha.
"Kamu yang semangat jalani hidup. Aku yakin kamu pasti akan menemukan seseorang yang lebih baik dari aku." imbuh Rakha masih merangkul Riska. Sementara Riska hanya menangis di dalam pelukan Rakha.
Tapi siapa sangka, Aiko yang baru selesai kelas dan mencari Rakha, melihat Rakha memeluk Riska yang Aiko tahu adalah mantan pacar Rakha.
"Rakha!" ucap Aiko dengan wajah marah.
Seketika Rakha mendorong Riska menjauh darinya. "Ai," gumamnya.
Aiko yang merasa kecewa dengan Rakha akhirnya berlari meninggalkan temoat tersebut. "Ai, kamu mau kemana?" seru Rakha terus mengejar Aiko.
*ON*
"Kha, mulai sekarang antara aku sama kamu sudah tidak ada hubungan lagi!" Aiko memutuskan hubungannya dengan Rakha.
"Nggak Ai, jangan gini, aku cinta sama kamu.." Rakha tidak mau diputuskan oleh Aiko.
"Aku tidak akan mau berhubungan dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya." ucap Aiko, kemudian mendorong Rakha dan berlari meninggalkan Rakha.
Aiko buru-buru naik ojek yang ada di depan taman tersebut. Dengan hati terluka, Aiko pulang ke rumah naik ojek.
Aiko terus menangis sepanjang perjalanan. Dia tahu story Rakha dengan Riska. Mereka putus karena mama Riska menentang hubungan mereka. Alasannya karena Riska akan dijodohkan dengan anak temannya yang kaya raya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
mamika
kek ny aq yg model bgtuan jg dehh,ga mudah prcya sm pnjelasan n sbnrny mgkn hny butuh wkt sejenak...
2022-11-10
1
suka membaca
next
2021-11-10
0
Nazwa Aa
Lanjut
2021-11-10
0