8

"Lo beneran suka sama adik kelas itu?" tanya Reza. Awalnya sih Reza mengira bahwa Defan cuma iseng doang. Tapi semakin kesini, Defan semakin perhatian sama Vanka. Sampai dia meminta Vanka untuk melihatnya latihan.

"Yupz.. Lo tahu kan tipe gue seperti apa." Defan menjawab dengan yakin pertanyaan Reza.

"Tapi Chika?" Dhanu kembali mengingatkan Defan kepada kekasihnya yang sudah hampir dua bulan tidak komunikasi.

Defan terdiam. Agaknya, Defan masih belum bisa melupakan pacarnya tersebut. Atau mungkin rasa sukanya ke Vanka hanya untuk mengisi kekosongan hatinya.

"Dia udah lupain gue mungkin." jawab Defan. Bisa dipastikan jika Defan sangat kecewa dari nada bicaranya.

"Kalau lo hanya main-main untuk mengisi kekosongan lo, mending jangan lah Def! Kasihan, dia juga anak orang." sebagai saudara, Gio memperingatkan Defan agar tidak mainin perasaan Vanka.

Karena sejujurnya, Gio amat sangat tidak rela melihat Vanka bersama lelaki lain. Bahkan jika itu sepupunya sendiri.

"Nggaklah, gue kayaknya beneran suka sama Vanka. Dia beda dari cewek yang lain." hati Gio seperti tertusuk mendengar jawaban Defan.

Gio tak tahu apa yang akan dia lakukan. Keduanya sangat berharga untuk Gio. Vanka, wanita yang buat dia nyaman. Defan, saudaranya.

Mau jujur sekarang pun sepertinya sudah terlambat. Defan sudah beneran menaruh hati pada Vanka. Atau apakah Gio akan mengalah demi adiknya.

"Lo kenapa Gi? Masih sakit kaki lo?" tanya Dhanu yang melihay Gio lebih banyak diam hari ini.

"Iya nih bro, gue ke UKS aja dulu ya!" Gio beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju UKS.

Di kelas Vanka..

Vanka meringis kesakitan karena perutnya sakit. Vanka menggeliat ke kanan dan ke kiri sambil terus memegangi perutnya.

"Lo kenapa Van?" tanya Akila.

"Perut gue sakit banget." Vanka meringis kesakitan.

"Lo salah makan atau gimana?"

"Kayaknya gue mau datang bulan deh. Lo bawa pembal*t nggak?"

"Enggaklah, kan bukan tanggal gue." naasnya, Akila juga tidak membawa pembal*t.

"Gue anterin ke UKS ya, ntar gue cariin pembal*t buat lo." Akila tidak tega melihat Vanka yang meringis kesakitan seperti itu.

Vanka menganggukan kepalanya, dia sudah tidak tahan lagi. Perutnya terasa sangat sakit. Setelah guru mengizinkan, Vanka dituntun oleh Akila menuju UKS.

Vanka diminta Akila untuk berbaring dikasur yang ada di UKS. Sementara Akila pergi mencari minuman hangat dan juga obat pereda sakit perut. Setelah itu dia berlari mencari pembal*t untuk Vanka di minimarket yang tidak jauh dari sekolah mereka.

"Sakit apa?" tanya Gio yang sudah terlebih dulu berbaring di UKS. Setelah melihat Akila berlari keluar. Barulah Gio turun dari ranjang di sebelah Vanka yang hanya ditutupi oleh tirai.

"Lo disini juga?" tanya Vanka kaget tapi tetap dengan meringis menahan sakit.

"Kenapa perutnya?" Gio mendekat dan bertanya dengan lembut.

"Nggak tahu, tiba-tiba sakit. Kayaknya mau datang bulan." jawab Vanka dengan sedikit malu.

Gio semakin mendekat dan meraih tangan Vanka lalu memijat telapak tangan Vanka bagian dalam. Vanka sempat terkejut dengan perlakuan Gio itu. Vanka pun menarik tangannya kembali tapi Gio tidak membiarkan itu terjadi.

"Kalau perut sakit, coba pijat di area sebelah sini. Nanti perut lo pasti akan cepat enakan."

"Yang lo lihat tadi nggak seperti yang lo bayangin. Gue sama Marisa nggak ada hubungan apa-apa, iya sih dia kejar-kejar gue terus, tapi gue nggak mau." tiba-tiba Gio menjelaskan masalah tadi pagi saat Vanka melihatnya digandeng oleh Marisa.

"Jadi balas wa gue ya!!" Gio mulai gemas akhirnya menarik hidung Vanka pelan.

Jadi ternyata, alasan Gio menjelaskan semua tanpa diminta Vanka. Karena mengira bahwa Vanka marah, karena Vanka tidak membalas wa-nya.

"Ada hubungan juga nggak apa, kak Marisa juga cantik. Kalian serasi kok." ucap Vanka tapi dengan wajah yang manyun.

"Cantikan juga lo. Udah manis, cantik, beuh serakah banget sih lo, semua-muanya diambil sendiri." ucap Gio yang membuat Vanka tersipu malu.

"Tuh, apalagi kalau senyum gini, cantiknya nggak ada obat." imbuh Gio.

"Jangan diobatin, nanti nggak manis lagi." ucap Vanka yang membuat Gio terbahak.

Gio masih aja menatap dan memijit tangan Vanka. "Masih sakit?" tanya Gio lagi.

Vanka menganggukan kepalanya,"udah agak mendingan sih." jawab Vanka dengan wajah seperti tomat.

Jarak yang begitu dekat dengan Gio membuatnya menjadi malu. Wajahnya yang putih berubah memerah seperti tomat.

"Jangan lihatin terus!" Vanka semakin malu ketika Gio terus menatapnya.

"Lo tahu nggak kalau gue baru pertama kali deket sama cewek."

"Nggak percaya."

"Serius. Memang banyak yang ngedektin, tapi nyamannya cuma sama lo."

"Manis banget mulutnya."

"Van, gue udah da...pet pem..bal*t..." Akila tiba-tiba muncul tanpa permisi. Akila merasa terkejut saat melihat Gio duduk di ranjang Vanka.

Lebih kaget lagi saat melihat Gio memijit tangan Vanka. Bukan hanya Akila, tapo Vanka dan Gio pun terkejut ketika Akila tiba-tiba muncul.

"Kak Gio??" Akila merasa aneh kenapa Gio dan Vanka bisa sedekat itu.

"Van???" Akila menatap Vanka yang gelagapan.

"Iya gue ngaku, gue deket sama Gio selama ini." akhirnya Vanka mengaku juga kepada Akila.

"Pacaran?" tanya Akila. Tapi dengan cepat Vanka menggelengkan kepalanya.

"Doain aja ya." Gio yang menjawab pertanyaan Akila.

Akila masih belum paham sepenuhnya dengan apa yang dia lihat. "Jangan bilang ke siapapun kalau gue sama Gio itu sebenarnya deket!" pinta Vanka ke Akila.

Vanka tahu jika Akila pasti tidak akan keberatan dengan permintaannya. Hanya saja, pasti Akila akan mengomel dulu. Karena merasa Vanka tidak terbuka lagi kepadanya.

"Lo jahay banget ya, lo sembunyiin ini dari gue? Temen lo, temen suka duka lo, temen yang selalu ada buat lo," cerosco Akila merasa tidak puas dengan apa yang Vanka lakukan terhadapnya.

"Mianhae.." Vanka memeluk Akila yang masih bertanya-tanya sejak kapan Vanka dan Gio mulai deket.

****

Ernes tumbuh menjadi pemuda yang pendiam. Di dalam hidupnya hanya ada belajar, belajar, dan belajar. Dia juga tumbuh menjadi orang yang tertutup.

Berbeda dengan adiknya yang punya begitu banyak teman dan suka dengan kebebasan. Ernes hanya memiliki dua orang temen. Itu pun temennya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Er, ntar malam ke club yuk, sekali-kali main-lah, jangan belajar mulu." ajak salah satu temannya.

"Nggak bisa, gue masih punya banyak tugas." seperti itulah jawaban Ernes tatkala diajakin teman-temannya keluar.

Selain keluar untuk ngopi sebentar. Ernes tidak akan mau diajak kemanapun.

"Oh iya, Aiko masih pacaran sama Rakha?" Ernes hanya menganggukan kepalanya.

"Yah, padahal gue udah lama suka sama kakak lo."

"Cari yang lain aja! Kak Aiko sudah bahagia sama Rakha!" ucap Ernes tanpa mengalihkan pandangannya ke buku yang sedang dia baca.

"Gue kenalin sama temen cewek gue mau nggak lo? Kasihan kan lo jomblo terus."

"Makasih, tapi nggak perlu." Ernes memang orang yang sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari papa dan adiknya.

Meskipun dia anak orang kaya. Tapi karena penampilannya yang cupu dan memakai kacamata. Ernes tak luput dari bullyan teman-temannya. Bahkan yang lebih sering membully Ernes adalah kaum hawa. Salah satunya bernama Cintya.

Cintya anak orang tersohor. Itu menjadikannya sombong dan mudah sekali menghina dan membully teman-temannya. Ernes tidak luput dari bullyan-nya. Cintya bahkan memanggil Ernes dengan panggilan cupu.

Saat itu Cintya sengaja menuangkan minuman ke buku yang sedang dibaca oleh Ernes. "Ups, sorry gue nggak sengaja." ucap Cintya tanpa merasa bersalah atau berdosa.

Ernes yang kaget hanya menatap Cintya dengan tatapan marah. Tapi Ernes tidak melakukan apapun setelah itu kecuali beranjak dari tempat duduknya dan kemudian pergi tanpa sepatah katapun.

"Sombong banget sih si cupu." gerutu teman Cintya.

"Dingin banget dia. Apa dia nggak lihat kalau di depan dia ada cewek secakep Cintya." ucap salah seorang teman Cintya yang lain.

Memang betul. Ernes terbilang lelaki yang sangat dingin. Berulang kali dia dibully, tapi dia sama sekali tidak membalas. Jangankan membalas, dia bahkan acuh tak acuh. Seolah tidak peduli apa kata orang mengenai dirinya. Ataupun apa yang orang lain lakukan kepadanya. Ernes terlalu malas untuk menanggapi itu semua.

"Iya juga sih, cuma dia yang nggak tertarik dengan kecantikan gue." gumam Cintya seorang diri.

Melihat Ernes yang semakin menjauh membuat Cintya seperti ingin mengejar dan mendekatinya. "Kenapa sih gue mikir kayak gitu." Cintya memukul kepalanya sendiri pelan. Tidak ingin lagi memikirkan hal yang konyol.

Terpopuler

Comments

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

nah nnti si citya jatuh cinta ni sma si ernes😁

2022-06-12

0

Iiq Rahmawaty

Iiq Rahmawaty

nah iua betul.. adanya vanka hnya untk mngisi kekosongan hatimu sja def.. jd jauhin vanka dehh sblum hatimu terlalu jauh buat vanka..

2022-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!