Gio sudah diperbolehkan oleh dokter dan orang tuanya pergi ke sekolah. Hanya saja dia masih tidak diperbolehkan membawa motor sendiri. Jadi Defan yang menjemputnya.
Sebenarnya, sejak kecelakaan Gio beberapa hari lalu. Defan juga dilarang oleh papa dan mamanya bawa motor. Tapi dia tetap ngeyel, karena Defan nggak mau ke sekolah diantar sopir.
Marisa langsung heboh ketika melihat Gio sudah masuk sekolah kembali. Dengan tingkah manjanya, Marisa menggandeng tangan Gio. "Lo udah sembuh?" tanyanya.
"Gue baru tahu kemarin kalau lo kecelakaan. Maafin gue nggak jengukin lo." imbuh Marisa masih menggandeng tangan Gio.
"Nggak apa-apa," jawab Gio dengan dingin dan berusaha melepas tangan Marisa dilengannya. Akan tetapi, Marisa semakin mempererat tangannya dan tidak mau melepaskan tangan Gio.
"Lepasin!" pinta Gio.
"Nggak mau, Gio apaan sih ah.." Marisa semakin bermanja dilengan Gio.
"Jangan bikin gue marah.." ucap Gio menahan amarahnya.
"Kenapa sih Gi, gue kan kangen sama lo." Marisa ngotot tidak mau melepaskan tangannya.
"Eh Vanka," Defan menyapa Vanka yang tidak kebetulan juga baru tiba di sekolah bersama Akila. Gio menjadi gelagapan, dia semakin berusaha melepaskan tangan Marisa. Takut jika Vanka akan marah kepadanya.
"Hai Def," sapa balik Vanka sembari melirik tajam ke arah tangan Marisa yang menggandeng Gio.
"Udah sarapan belum Vanka?" tanya Reza sok akrab kepada Vanka.
"Ngapain nanya-nanya? Kalau belum sarapan apa lo mau nraktir dia?" sahut Dhanu sambil menoyor kepala Reza.
"Cuma nanya doang, emang nggak boleh?"
"Nggak, kalau mau nanya bayar!" sahut Akila.
"Ish matre lo.."
"Bukan matre tapi realistis, apa-apa sekarang pakai cuan cuyy.." jawab Akila lagi.
"Udah kok kak, gue udah sarapan. Kalau gitu gue ke kelas dulu." pamit Vanka tapi masih saja melirik tangan Gio yang digandeng Marisa.
"Huss pergi sana, bikin sakit mata aja." ucap Marisa yang tidak suka Vanka deket dengan The Sun.
"Lo yang bikin sakit mata!" ucap Defan dengan dingin kepada Marisa lalu berjalan mendahului teman-temannya. Tapi sedetik kemudian disusul oleh Dhanu dan Reza. Sementara Gio masih berusaha melepaskan tangannya yang digandeng Marisa.
"Gue peringatin sekali lagi, lo lepas tangan lo atau lo bakal tahu akibatnya kalau bikin gue marah." seketika Marisa melepaskan tangannya. Dia takut melihat Gio yang menatapnya dengan tajam. Sorot matanya sangat mengerikan.
Kemudian Gio menyusul teman-temannya ke kelas, setelah Marisa melepaskan tangannya. Namun, karena kakinya yang masih agak sakit. Langkah Gio tidak bisa secepat biasanya.
Tanpa sengaja Gio berpapasan dengan Vanka yang akan ke toilet. Gio dengan sengaja mengikuti gerakan Vanka ke kanan dan ke kiri. Gio tahu, Vanka sedang ngambek kepadanya sekarang.
"Gimana sih? Lo sengaja kan?" ucap Gio yang membuat Vanka kesal. Padahal Gio sendiri yang sengaja mengikuti dia. Vanka ke kanan, Gio juga ke kanan. Vanka ke kiri, Gio juga ikut ke kiri. Tapi bisa-bisanya Gio nuduh Vanka sengaja.
"Nggak usah GR deh, orang lo sendiri yang ngikutin gue." Vanka tidak terima atas tuduhan Gio. Dia pun mulai memarahi Gio.
Gio bukannya tersinggung karena dimarahi Vanka. Dia justru malah tersenyum melihat Vanka marah. Menurutnya kecantikan Vanka meningkat disaat dia marah.
Gio maju satu langkah. Dan tepat disamping Vanka. Dia berbisik,"Lo tambah cantik kalau lagi marah." ucap Gio yang membuat Vanka tersenyum kecil.
"Permisi kak." tapi Vanka tetap tidak mau menanggapi gombalan Gio. Dia tetap bersikap seolah-olah dia tidak mengenal Gio.
Vanka lalu melanjutkan langkah kakinya dan susul oleh Akila. Sementara Desi dan Ira sudah duluan tiba di sekolah, dan mereka berada di kantin.
Gio tersenyum kecil menatap Vanka yang berjalan semakin menjauh. Setelah kemudian dia kembali berjalan menuju kelasnya.
"Van, kak Gio itu ganteng banget ya? Wajahnya yang dingin semakin menambah kegantengannya." ucap Akila memuji ketampanan Gio.
"Tapi kak Defan juga ganteng, mereka sama-sama ganteng." imbuh Akila.
"Sama kak Rakha gantengan mana?" tanya Vanka.
"Bueh, kalau itu nggak perlu ditanya, gantengan kak Rakha dong.. Ka Rakha tuh cowok terganteng yang pernah gue temui." meskipun bertemu dengan begitu banyak lelaki tampan. Tapi bagi Akila, kakaknya Vanka tetap paling terganteng.
"Kak Rakha masih pacaran sama kak Aiko itu ya Van?" tanya Akila. Akila juga tahu kalau kakaknya Vanka sudah memiliki kekasih. Akila juga pernah bertemu beberapa kali dengan pacarnya Rakha.
"Masih, mereka kayaknya sulit buat dipisahin. Lo cari cowok lain aja!"
"Selama janur kuning belum melengkung, kakak lo masih milik bersama." sahut Akila.
"Nj*r kayak nggak ada cowok lain. Noh sama Febri aja."
"Feb, ntar pulang sekolah diajakin Akila ke kafe yang kemarin itu lagi!" seru Vanka ketika tanpa sengaja bertemu dengan Febri.
"Nggak. Apaan sih Van, najis banget ngajakin dia." Akila memukul lengan Vanka dengan cukup keras.
"Oke, ntar gue tunggu pulang sekolah." jawab Febri sembari berjalan melewati kedua remaja cewek tersebut.
"Enggak, Vanka cuma ngaco."
"Cieee, kencan..." Vanka terus mengolok-olok Akila yang terus mengomel.
Sesampainya di toilet. Vanka dan Akila masuk ke kamar mandi yang berbeda. Mereka akan ganti baju olahraga. Karena jam pertama pelajaran mereka adalah pelajaran olahraga.
****
Kebetulan jadwal olahraga kelas Vanka dan kelas Gio barengan juga. Tentu saja Desi dan Ira menjadi heboh karenanya. "Ya ampun, kak Defan ganteng banget." seru Ira dengan heboh.
"Tuh mak lampir kenapa sih nempel mulu sama kak Gio." Akila jengah melihat Marisa yang terus mendekati Gio. Padahal Gio terlihat sangat risi.
Gio tidak ikut olahraga, hanya duduk saja karena kakinya masih belum pulih benar.
"Kayak nasi panas yak?"
"Ah elo bikin laper aja."
"Buset, otak lo makanan mulu sih."
"Van, ntar siang lihat gue latihan futsal yuk." ajak Defan.
"Futsal? Bukannya kak Defan biasanya latihan basket ya?" sahut Desi yang punya begitu banyak informasi mengenai The Sun melalui kakaknya.
"Futsal juga. Badminton juga. Semua olahraga sih gue suka." jawab Defan agak dingin ketika menjawab pertanyaan Desi.
"E..."
"Oke kak, ntar kita lihat kak Defan latihan futsal." Akila menyerobot perkataan Vanka yang masih ragu-ragu menjawab permintaan Defan.
"Oke gue tunggu ya," karena tahu jika Vanka sangat dekat dengan Akila. Defan tidak masalah jika Vanka datang bersama Akila.
"I..iya.." Vanka terpaksa menyetujui perkataan Akila.
Begitu Defan pergi, Vanka mulai memarahi Akila yang sembarangan menjawab. "Lo apaan sih Kil? Sembarangan aja jawab." Vanka mencubit pinggang Akila pelan.
"Biarin aja, lagian lo tadi juga sembarangan buat janji sama Febri. Daripada harus pergi sama dia mending gue ikut lo, lihat kak Defan dan teman-temannya main futsal." ternyata Akila balas dendam karena tadi Vanka sudah membuat janji sembarangan untuk dia dan Febri.
"Nj*r dendaman."
"Biarin."
Pak guru meminta murid-muridnya untuk berlari mengelilingi halaman sebanyak tiga kali putaran.
"Ampun deh, capek banget.." keluh Akila dan juga Ira.
Vanka juga merasa capek tapi dia tidak suka mengeluh. Dia memilih untuk duduk dan meluruskan kakinya terlebih dulu. Vanka juga mengusap keringat yang mengalir di wajahnya.
Gio terus memperhatikan Vanka. Dia tersenyum seorang diri melihat wajah Vanka yang penuh keringat. "Cantik banget sih." gumam Gio seorang diri.
Tapi senyuman itu mulai hilang tatkala melihat Defan yang kembali mendekati Vanka. Defan memberi Vanka minuman yang dia beli khusus untuk Vanka.
Ada rasa tak enak di dalam hatinya. Ingin sekali dia marah. Tapi dia juga sadar mereka belum ada ikatan. Dan lagi karena lelaki yang mendekati Vanka itu adalah sepupunya sendiri.
Sebelum Vanka menerima minuman yang beri Defan. Vanka sempat melirik ke arah Gio. Seolah tahu apa yang ingin Vanka katakan. Gio pun menganggukan kepalanya pelan sembari tersenyum. Seolah Gio ingin mengatakan 'iya terima aja, gue nggak apa kok'.
"Makasih ya Def," Vanka pun membagikan minumannya untuk ketiga temannya juga.
Akan tetapi, Marisa dan teman-temannya menjadi heboh karena tindakan Defan. Mereka semakin tidak suka dengan Vanka dan teman-temannya, karena Defan sangat perhatian kepada Vanka dan teman-temannya.
"Nggak usah bangga cuma dikasih minum doang." sahut Lika salah satu teman Marisa.
"Ya bangga dong, kita dikasih, kalian nggak." ucap Akila yang memancing amarah Lika.
"Belagu ya lo, baru aja dikasih minuman." sahut Marisa yang juga sangat tidak suka dengan Vanka dan teman-temannya.
"Hari dikasih minuman, siapa tahu nanti siang dikasih cinta." ucap Vanka tak kalah bikin geram Marisa dan teman-temannya.
Saat mengatakan itu, Vanka sempat menoleh ke arah Gio yang terus menatapnya sedari tadi.
"Ngimpi lo, Defan udah punya cewek kalik." kata Marisa dengan ekspresi menghina.
"Nggak usah banyak bac*t lo." Defan tidak suka Marisa ikut campur urusannya.
"Yah,, kalau Defan yang kasih cinta, kalau yang lain, gimana?" jawab Vanka lagi yang semakin membuat Gio tersenyum lebar.
Marisa sudah hampir marah dan menghampiri Vanka. Tapi guru-nya meminta mereka semua untuk ganti baju kembali ke kelas masing-masing. Pelajaran olahraga sudah selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Iiq Rahmawaty
kn lebih baik jujur walaupun mnyakitkn dripda sembunyi2 gini yg ada nnti mlah jd ribut sma sepupu sndri
2022-06-12
0
Nazwa Aa
Lanjut
2021-11-03
0
d.el7
torr, ceritain kisah aiko dan rakha jg ya torrr.🥰
2021-11-03
6