Defan memulai acara ulang tahunnya. Awalnya sih dia hanya ingin merayakan bersama teman-temannya tanpa ada kue, hanya makan bersama saja. Tapi karena mama dan papanya juga datang, ternyata mereka yang membawakan kue untuk Defan.
"Make a wish dulu, Def!" ucap Aiko.
Setelah memanjatkan permohonan sejenak. Defan kemudian meniup lilin, dilanjut dengan memotong kue. Setelah memberikan potongan kue kepada keluarganya, termasuk Gio. Vanka menjadi teman yang pertama mendapatkan potongan kue tersebut.
Sontak saja itu membuat Chika menjadi sedih. Dia tidak menyangka jika Defan beneran sudah melupakannya. Bahkan Chika tidak dilirik sekalipun oleh Defan.
Chika yang merasakan sakit dihatinya, memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak mau semakin merasakan sakit.
"Lo mau kemana?" Reza menahan Chika yang hendak meninggalkan tempat tersebut.
"Gue mau pulang, buat apa gue disini cuma lihat Defan perhatian sama wanita lain." Chika masih menatap Defan yang tersenyum sangat bahagia. Disebelahnya ada Vanka yang juga terlihat bahagia.
"Tapi acaranya belum selesai."
"Lo mau gue mati disini setelah acara selesai?" tanya Chika dengan marah.
"Gue kesini karena ini hari special Defan, tapi apa yang gue dapet? Cuma sakit hati." Chika bahkan tidak bisa menahan air matanya. Chika menangis dengan begitu menyedihkan.
"Gue mau pulang." karena tidak mau malu dilihat banyak orang. Chika menarik tangannya lalu berlari dan masuk ke mobil. Chika kembali menangis di dalam mobilnya.
"Kenapa perasaan lo begitu cepat berubah? Dimana cinta lo yang besar itu, Def?" gumam Chika sesegukan.
....
Begitu acara selesai. Vanka diantar pulang oleh Defan.
"Def, tadi kayaknya Chika ada kan? Terus kenapa nggak kelihatan?" tanya Vanka.
"...Nggak tahu. Pulang mungkin karena sadar dia nggak diharapkan."
"Jangan gitu! Biar bagaimanapun kalian pernah saling mencintai."
"Bisa nggak, nggak usah bahas dia lagi?" Defan masih terlalu malas membahas Chika.
Vanka pun menganggukan kepalanya. Dia juga ingin menghargai Defan. "Btw, makasih ya Def udah anterin gue pulang?" Vanka hendak turun dari mobil Defan begitu sampai di rumahnya.
"Van," Defan menahan tangan Vanka yang hendak keluar dari mobil.
"Iya, kenapa?" Vanka menoleh ke Defan lagi.
"Kalau boleh, bisa nggak gue deket sama lo? Gue suka sama lo Van," Defan mengungkapkan perasaannya tanpa diduga-duga.
Vanka pun sempat kaget, tapi dia sudah mengetahui dari awal. Bahwa cepat atau lambat, Defan pasti akan mengatakan hal itu. Tapi Vanka tidak menyangka jika secepat itu.
"Def, kalau untuk sekedar berteman, gue mau mau aja. Tapi kalau lebih dari temen, maaf, gue nggak bisa Def." Vanka tidak ingin memberi harapan kepada Defan.
"Kenapa?"
"Pertama, gue nggak ada perasaan apapun ke lo kecuali pertemanan. Kedua, gue nggak mau terlibat dengan orang yang belum beres dengan masa lalunya." jawab Vanka secara gamblang.
"Makasih karena udah nganterin gue.." Vanka pun turun dari mobil Defan. Sementara Defan masih termenung mendengar penolakan Vanka.
Tapi anehnya, Defan tidak merasakan sakit hati sama sekali. Meskipun Vanka menolaknya, tapi Defan merasa biasa-biasa.
"Mungkin gue terlalu terburu-buru nembak dia, jadi dia belum siap. Gue bakal cari cara lagi buat deketin dia lagi." gumam Defan seorang diri. Setelah akhirnya dia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Vanka.
Setelah Defan pergi. Barulah Gio menampakan dirinya. Ternyata dia diam-diam mengikuti mobil Defan. Dan sempat bersembunyi terlebih dulu saat mobil Defan sempat berhenti sebentar.
Gio menelepon Vanka dan meminta agar Vanka keluar rumah. Tak menunggu lama Vanka keluar rumah untuk menemui kekasihnya.
Mereka kemudian pergi ke taman yang ada di tengah komplek perumahan tersebut. Vanka bersandar pada Gio, sementara Gio memeluknya dan mengelus rambut Vanka dengan lembut.
"Tadi Defan bilang kalau dia suka sama gue." ucap Vanka tidak mau menyembunyikan apapun dari Gio.
"Terus?"
"Dia bilang pengen lebih dekat sama gue. Gue bilang kalau sebagai temen gue mau, kalau lebih, gue nggak bisa." Vanka mengatakan seperti apa yang dia katakan kepada Defan tadi.
Gio tersenyum mendengar perkataan Vanka. Dia mencium kepala Vanka dengan lembut. Gio berterima kasih karena Vanka mau setia kepadanya. Padahal kalau dilihat, Defan tidak kalah ganteng dari Gio.
Tapi kemudian Vanka mendorong Gio dengan wajah cemberut. Tentu saja itu membuat Gio menjadi bingung. Gio menarik Vanka ke dalam pelukannya lagi, tapi Vanka menolak.
"Kenapa sih?" tanya Gio kebingungan.
"Bisa nggak sih jangan terlalu dekat sama cewek lain, apalagi nenek lampir tuh, caper banget ke lo." ucap Vanka dengan manyun.
Gio pun tertawa, dia kembali menarik Vanka ke dalam pelukannya. "Jadi cemburu nih?" tanya Gio masih dengan tersenyum.
"Emang nggak boleh gue cemburu sama lo?" Vanka kembali mendorong Gio. Tapi dengan cepat Gio menariknya lagi.
"Boleh dong, gue justru seneng lo cemburu sama gue, itu artinya lo sayang sama gue." ucap Gio mengusap dagunya ke kepala Vanka.
"Lo tahu sendiri Marisa kalau ketemu sama gue pasti kayak gitu terus, gue juga risi tauk."
"Risi atau kesenengan?" bantah Vanka.
"Risi, kesenengan apanya," Gio menarik hidung Vanka.
"Dia kayaknya suka banget sama lo."
"Terus kenapa? Hak dia suka sama siapa aja. Yang penting hati gue hanya buat lo." Vanka dan Gio saling bertatapan dengan sangat dekat. Serasa dunia milik mereka berdua.
****
Seperti biasa Vanka dan Akila bertemu di depan gang sekolah mereka. Setelah resmi pacaran, Vanka selalu berangkat bareng Gio.
"Gue duluan, nitip Vanka ya!"
"Jangan hanya nitip dong, ajak jajan kek." gerutu Akila yang sebenarnya hanya bercanda.
"Nanti malam, gue ajak Vanka liat lo perform deh." ucap Gio.
"Gue pernah lihat lo nyanyi di salah satu kafe,"
"Lo lihat gue? Oh, waktu lo bawa cewek itu?" Akila hanya sembarangan bicara, dia ingin tahu reaksi cemburu Vanka.
"Nggak, mana ada gue sama cewek, gue sama kakak gue, ngaco aja lo." Gio gelagapan karena Vanka sudah melotot ke arahnya.
"Enggak sayank, gue nggak pernah pergi sama cewek. Gue sama kak Ernes, beneran deh.." Gio menjelaskan kepada Vanka yang sudah cemberut.
"Lo kan tahu, cuma lo yang bisa bikin gue jatuh cinta." Gio meraih tangan Vanka. Kebetulan gang itu jarang sekali dilewati murid sekolah mereka.
"Percaya sama gue ya!" Gio menyentuh wajah Vanka dengan lembut. Dan mereka saling berpandangan dengan mesra.
Vanka menganggukan kepalanya pelan. Vanka melihat mata Gio yang jernih dan terlihat tulus. Gio kemudian mengecup kening Vanka di depan Akila.
"Anj*r gue malah jadi obat nyamuk." omel Akila karena Gio dan Vanka seolah tidak melihatnya ada bersama mereka.
"Lo ngapain sih ngomel mulu?" tanya Vanka.
"Kalian nggak punya perasaan, masa mesra-mesraan di depan gue. Kalian anggep gue apa woi?" Akila kembali mengomel.
"Lo tahu nggak, orang kalau lagi berduaan, ketiganya setan loh." ucap Vanka sembari terbahak.
"Jadi lo mau bilang kalau gue setan? Anj*r lo," Akila mencak-mencak karena perkataan Vanka.
"Udah jangan marah lagi, ntar nggak cakep lagi. Ntar siapa yank temen lo yang cowok suka berantem sama kalian itu siapa namanya?"
"Febri."
"Nah Febri nggak suka lagi sama lo."
"Gue juga ogah disukai sama tuh buaya." seru Akila dengan kesal.
"Jangan gitu! Buruan jalan, keburu telat!" Vanka meminta Gio supaya duluan jalan. Sementara dia dan Akila akan jalan setelah beberapa saat.
"Cowok lo tuh rese banget ya, sama kayak lo." Akila tidak berhenti mengomel.
"Iya maap, cuma bercanda doang. Marah mulu kayak emak-emak yang nggak digaji lakinya." Vanka kembali terbahak.
"Nj*r emak-emak katanya." Akila bukan marah malah tertawa.
Seperti itulah sahabat. Meskipun sering saling ejek tapi kasih diantara mereka tetap sama. Meskipun sering berdebat tapi kasih juga tetap sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Esha Eca
ending akhirnya lucu🗿
2023-12-24
0
Nazwa Aa
Up
2021-11-08
0