16

Vanka datang diacara ulang tahun Defan. Vanka datang bersama Gio, tapi Vanka turun di depan, kemudian dia berboncengan dengan Akila. Vanka sudah menceritakan kepada Akila bahwa dia sudah pacaran dengan Gio.

Tapi Vanka meminta Akila untuk menyimpan rahasia itu. Karena Vanka dan Gio memiliki rencana untuk menyatukan Defan dengan Chika kembali.

"Tapi bukannya akan lebih baik jika Defan tahu kalau kalian pacaran?" tanya Akila.

"Untuk saat ini dia jangan tahu dulu. Temtramen dia nggak bisa ditebak, gue sama Vanka berencana mendekatkan dia dengan Chika lagi, kita yakin kalau sebenarnya Defan masih suka sama Chika." ucap Gio sudah memikirkan semuanya.

"Jadi menurut lo, dia suka sama Vanka itu hanya untuk pelampiasan." Gio dan Vanka menganggukan kepalanya.

Vanka sudah menyadari hal tersebut waktu dia bertanya kepada Defan tentang Chika. Vanka bisa melihat dan merasakan sebenarnya Defan masih suka sama Chika. Hanya saja, ada sesuatu yang sulit untuk Defan jelaskan di dalam hatinya.

Tentunya Vanka juga tidak mau dijadikan pelampiasan. Untung saja dia sama sekali tidak memiliki rasa terhadap Defan.

"Gue duluan ya, nitip Vanka!" Gio jalan duluan. Dia tahu pasti Defan dan temannya yang lain sudah menunggunya.

"Ribet banget ya hubungan lo." ucap Akila.

"Nggak juga, cuma kita hargai aja perasaan Defan. Gue nggak mau mereka bertengkar karena gue." ucap Vanka.

"Jikalau dia tahu tentang hubungan gue ama Gio nanti, setidaknya dia udah menyadari bahwa cintanya sebenarnya untuk Chika. Dan sakitnya itu nggak akan dalam." Vanka dan Gio berpikir sampai sejauh itu. Dan berharap semua rencananya berjalan seperti yang mereka inginkan.

Acara Defan tersebut ternyata cukup meriah. Bukan hanya teman-temannya yang hadir. Tapi juga papa dan mamanya, juga paman dan tantenya. Tidak ketinggalan, kakeknya.

"Def, selamat ulang tahun ya, semoga lo semakin dewasa dan nggak pernah berubah, tetap mencintai gue." ucap Chika.

"Chik, plis jangan ganggu gue lagi! Gue udah nggak suka sama lo, hati gue udah ada orang lain." ucap Defan kembali membuat Chika sedih.

"Gue tahu kok, lo suka kan sama adik kelas yang bernama Jovanka itu? Tapi asal lo tahu, meskipun lo sama dia, gue yakin lo bakal kembali lagi ke gue. Dan gue nunggu sampai saat itu."

"Chika!! gue mohon jauhin gue! Jangan lagi usik kehidupan gue!" pinta Defan sembari menatap Chika. Tapi sesaat kemudian Defan melempar pandangannya.

"Lo nggak bisa kan tatap mata gue? Lo takut ketahuan kan kalau lo sebenarnya masih suka sama gue?" Chika tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Defan kembali.

"Terserah." Defan mengibaskan tangannya lalu berjalan ke pintu depan. Dia sengaja menunggu Vanka yang belum kelihatan dari tadi.

"Sorry Def gue telat, tapi ban motor gue kempes." ucap Gio.

"Selamat ulang tahun ya, semoga panjang umur, bahagia selalu, dan bisa kontrol emosinya.." Gio memeluk Defan dan mendoakan yang terbaik untuk Defan.

"Masuk gih, papa sama mama lo udah ada di dalam, sama kak Ernes juga!"

"Gue nungguin Vanka dulu." lanjut Defan.

Senyuman tersungging dibibir Defan ketika melihat gadis yang dia tunggu akhirnya datang juga. Defan menatap Vanka dengan penuh bahagia. Defan berencana mengenalkan Vanka kepada kedua orang tuanya.

"Akhirnya lo datang juga, gue udah takut aja kalau lo nggak datang." Defan menyambut Vanka dengan penuh bahagia.

"Lo nungguin gue?" Defan menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Yuk masuk!" Defan menarik tangan Vanka.

"Yuk Kil!" Defan juga mengajak Akila supaya cepat masuk dan memulai acara.

Defan dengan bangga membawa Vanka ke depan. Dia memperkenalkan Vanka kepada papa dan mama, juga kepada kakeknya. Tak lupa juga mengenalkan Vanka kepada paman dan tantenya.

"Kamu temannya Defan? Uh, cantiknya." ucap Kimora merasa senang bertemu dengan Vanka.

Akan tetapi, berbeda dengan Ines. Dia terkejut saat Defan memperkenalkan Vanka di depan keluarga. Yang Ines tahu, gadis itu adalah gadis yang menjenguk anaknya pada waktu itu. Dan yang Ines tahu, gadis itu juga dekat dengan anaknya.

Tapi, kenapa bisa dia sekarang dekat dengan Defan. Apakah gadis itu ingin menghancurkan ikatan persaudaraan antara Gio dengan Defan.

Seketika pikiran Ines kembali ke masa lalu. Masa dimana dia dulu juga pernah hadir di dalam kehidupan kakak beradik. Tapi pada waktu itu Ines tidak tahu bahwa Shaka dan Alfarezi ternyata kakak beradik.

Teringat masa lalunya yang kelam tersebut, Ines menjadi agak tidak suka dengan Vanka. Ines berpikir, mungkin saja Vanka memang ingin menghancurkan ikatan persaudaran Gio dan Defan.

"Kamu kenapa ma?" tanya Shaka yang daritadi memperhatikan istrinya bengong, tapi sesekali melihat ke arah Vanka dengan tajam.

"Itu gadis yang jengukin Gio pada waktu itu. Tapi kenapa dia bisa dekat dengan Defan sekarang? Apakah dia akan menjadi Ines yang kedua?" Ines berkata sangat pelan. Dia tidak mau perkataannya di dengar orang banyak.

"Jadi dia, wanita yang Gio kenalin ke mama?" Shaka pernah diceritain oleh Ines tentang Vanka sebelumnya.

"Nggak usah berpikiran yang berlebih. Papa lihat dia kayaknya baik." Shaka merangkul Ines dan menasehati Ines untuk melupakan masa lalu yang kelam itu.

"Tapi mama takut, karena dia, Gio sama Defan berantem. Kamu tahu sendiri, emosi Defan sama kayak Alfa." Ines berkata lagi dengan ekspresi takut.

Takut sesuatu akan terjadi dengan keluarganya. Apalagi jika Gio dan Defan harus bertengkar hanya karena seorang wanita. Seperti papa mereka dulu.

"Kamu juga tahu jika anak kita itu punya pemikiran yang dewasa." jawab Shaka.

Memang betul. Meskipun dingin, tapi Gio beneran mirip papanya. Dia lebih dewasa daripada Defan. Dan punya sifat yang sama seperti papanya, suka mengalah.

"Semoga aja itu hanya ketakutan aku ya, pa." Shaka merangkul dan mengelus lengan istrinya untuk membuat istrinya nyaman dan tenang.

"Itu bukannya gadis yang kamu kenalin ke mama?" bisik Ines kepada Gio.

"Iya, nanti Gio jelasin dirumah aja, nggak bisa dijelasin disini." ucap Gio pelan. Ines menganggukan kepalanya.

Tiba-tiba Marisa mendekati Gio. Dan seperti biasa, Marisa bermanja dengan menggandeng tangan Gio. Bahkan di depan papa dan mamanya Gio. Marisa sama sekali tidak sungkan.

"Hallo om dan tante, masih ingat aku nggak? Temennya Gio, Marisa." tanya Marisa kepada papa dan mamanya Gio.

Dulu, Marisa pernah bertamu ke rumah Gio tanpa diminta. Marisa memang sudah suka sama Gio dari pertama ketemu Gio. Meskipun Gio terus menolaknya, tapi Marisa tetap saja tidak mau menyerah.

"Lupa-lupa ingat sih." jawab Ines. Meskipun begitu, Ines tahu kalau anaknya tidak menyukai Marisa. Terlihat sejak tadi Gio berusaha melepaskan tangan Marisa di lengannya.

Disisi lain, Vanka melirik Gio dengan Marisa. Ingin sekali Vanka marah karena Marisa terus saja mengganggu pacarnya. Tapi dia juga ingat misinya, maka Vanka berusaha menahannya. Hanya saja dia memberi Gio lirikan tak suka.

Gio pun berusaha menjauhkan Marisa darinya. Gio juga tak ingin pacarnya marah karena cemburu.

"Lepasin!" ucap dingin selalu dingin kepada Marisa. Gio juga melirik Vanka yang wajahnya sudah manyun.

"Nggak mau." Marisa masih kekeh tidak mau melepaskan tangan Gio.

"Jangan bikin gue marah!" ucap Gio pelan. Dia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, dan juga tidak mau mama dan papanya melihat dia kasar ke orang apalagi kepada seorang wanita.

"Gi, kenapa sih lo nolak gue terus?" tanya Marisa.

"Gue udah punya pacar." jawab Gio.

"Lo bohong kan?" Marisa tidak terima bahwa Gio sudah memiliki kekasih.

"Terserah lo mau percaya atau nggak, yang jelas itu faktanya jika gue udah punya pacar, dan gue sayang banget sama pacar gue." ucap Gio sembari melirik Vanka.

Semarah apapun Gio, setiap kali melihat Vanka, hatinya akan berbunga.

Terpopuler

Comments

syifa Janji

syifa Janji

aaaa Marisa anjg

2024-03-08

0

suka membaca

suka membaca

next

2021-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!