Happy reading...
Indonesia...
Setelah menempuh perjalanan selama belasan jam di udara, akhirnya Putra dan empat orang lainnya sampai juga di negara kelahiran ibunya Putra.
Sudah ada orang yang menunggunya di sebuah lahan luas di dekat sebuah area pegunungan. Dimana tak jauh dari sana, ada sebuah bangunan yang nampak seperti sebuah Villa.
“Selamat datang kembali Tuan Putra, Tuan Damian.”
Seorang pria Indonesia membungkuk hormat pada Putra setelah Putra yang menggendong Anthony yang sedang terlelap itu menghampiri pria tersebut.
“Terima kasih Pak Abdul”
Putra menjawab sapaan pria Indonesia itu dengan ramah.
Meski ia berdomisili di Inggris sejak kecil, namun sang ibu mengajarkannya Bahasa Indonesia saat wanita itu masih hidup.
Dan Putra juga sudah beberapa kali diajak oleh almarhum kedua orang tuanya untuk berkunjung dan tinggal selama beberapa hari di Indonesia.
Jadi sedikit banyak, Putra cukup tahu tentang Indonesia berikut budaya dan bahasanya.
Meskipun logat British Putra masih begitu kentara dalam ucapannya yang berbahasa Indonesia.
Damian sendiri masih belum paham dengan bahasa Indonesia, meski ia sebelumnya menyertai Putra mengunjungi Indonesia untuk mempersiapkan kepindahan Rery dan keluarga kecilnya ke negara yang kaya akan budaya tersebut.
“Mari, Tuan ..” Laki – laki Indonesia bernama Abdul itupun kemudian merentangkan tangannya menuju bangunan yang adalah sebuah Villa yang memang sudah disiapkan Putra dan Damian sebelum Rery terbunuh.
“Baik”
***
“Is Anth will stay in the same room with you, Putra?. (Apa Anth akan tinggal di kamar yang sama denganmu, Putra?)” Tanya Damian saat dia, Putra, Anthony, Bruna berikut Garret sudah masuk ke dalam sebuah Villa yang akan menjadi tempat tinggal mereka mulai dari sekarang. Garret dan Bruna sudah memasuki kamar mereka masing – masing.
Damian yang membantu membukakan pintu kamar Putra itu juga ikut masuk kedalam karena Putra membawa Anthony ke kamar pribadi yang sudah disiapkan untuk Putra seperti halnya dirinya, Bruna dan Garret juga dalam Villa. Anthony juga sudah punya kamar sendiri dalam Villa yang cukup besar itu yang memang sudah disiapkan untuknya.
Bahkan kamar Rery dan Madelaine juga sudah disiapkan, namun sayang mereka tidak pernah akan merasakan kamar tersebut selamanya.
“I think that’s better Dam. He will stay with me until Anth get better. (Aku pikir itu lebih baik Dam. Dia akan tinggal bersamaku sampai keadaannya membaik)”
“If you say so, Putra. (Jika memang kau berkata begitu, Putra)”
Damian tak membantah sedikitpun. Rasanya benar jika Anthony dibiarkan sekamar dengan Putra untuk sementara waktu. Damian pun pamit keluar dari kamar pribadi Putra di Villa, tempat tinggal baru mereka yang berbeda benua dengan Italia.
“Have a good rest, Putra. (Selamat beristirahat, Putra)” Ucap Damian sebelum pergi dari kamar pribadi Putra dan pergi ke kamarnya sendiri.
“Have a good rest to you too Dam. (Selamat beristirahat juga Dam)” Sahut Putra.
**
Sinar mentari pagi sudah menelusup masuk melalui celah ventilasi di kamar pribadi Putra di sebuah Villa yang mulai semalam akan menjadi tempat tinggalnya berikut Anthony, Damian, Bruna bahkan Garret si pilot pesawat yang menyertai mereka.
Entah apa yang sudah terjadi di Italia selama puluhan jam kebelakang.
Putra mengerjapkan matanya kemudian membuka kedua matanya dengan sempurna. Tidurnya terasa lebih nyenyak sekarang. Putra tersenyum saat menoleh ke samping kanannya dan Anthony masih juga nampak pulas dalam tidurnya.
Lalu kemudian Putra bangkit dan membiarkan Anthony tetap tertidur karena tak tega membangunkan bocah yang raut wajahnya nampak lelah dan juga terbebani itu.
‘Morning new life. (Pagi hidup baru)’ Batin Putra saat membuka tirai di kamarnya.
**
“Good morning My Prince. (Selamat pagi Pangeranku)”
Putra menyapa Anthony yang nampak sudah bangun saat dirinya berbalik menoleh kearah tempat tidurnya setelah membuka tirai.
“How was your sleep?. (Bagaimana tidurmu?)” Tanya Putra pada Anthony setelah ia mendekati bocah kecil itu. Namun Anthony hanya memandanginya saja.
Belum ada suara dari Anthony seperti biasa. Tak mengapa bagi Putra, Anthony setidaknya sudah mau menatapnya dan sudah sedikit berinteraksi dengannya saat di Italia sebelum ia pergi untuk menghabisi Yanni Aberto.
“Come, wash your face and let us have breakfast. (Ayo, cuci mukamu dan kita pergi untuk sarapan)”
Putra meraih tangan Anthony dan membimbingnya untuk pergi ke kamar mandi pribadinya. Anthony menurut.
****
Anthony yang digendong Putra keluar dari kamar pribadi Paman kesayangannya itu nampak celingukan.
“This is our new house, Anth. (Ini rumah baru kita, Anth)”
Putra berkata pada Anthony yang berada dalam gendongannya sembari tersenyum.
“Let us have our breakfast and after that I will take you to see all about this house, hem? (Ayo kita sarapan terlebih dahulu dan setelahnya aku akan mengajakmu berkeliling rumah ini, ya?)”
Anthony tidak menjawab, namun ia mengangguk pelan. Putra tersenyum lagi sembari mengacak pelan rambut Anthony, lalu membawanya ke ruang makan dalam Villa yang menjadi tempat tinggal baru mereka.
****
“Good morning. Putra, Anthony. (Selamat pagi. Putra, Anthony)” Damian, Bruna serta Garret yang sudah lebih dulu ada di ruang makan menyapa Putra dan Anthony yang baru saja bergabung dengan mereka.
Putra balik menyapa dan seperti biasa Anthony diam saja, namun ketiga orang yang sudah terlebih dahulu berada di ruang makan itu tetap menampakkan senyum tulus mereka pada Anthony.
****
Putra sudah selesai membersihkan dirinya dan berganti pakaian serta juga membantu Anthony membersihkan diri dan berpakaian.
Lalu dengan senyum yang sering Putra tunjukkan pada Anthony, pria itu menggandeng tangan Anthony keluar dari kamarnya untuk mengajak bocah kecil itu berkeliling Villa dan akan Putra mulai dari area luar Villa.
“What is it, Anth?. (Ada apa, Anth?)”
Putra menoleh pada Anthony saat bocah itu tiba – tiba menghentikan langkahnya.
“AAAAAA!!!! ...”
“ANTH!”
****
Putra nampak begitu cemas begitu juga Damian saat menunggu Bruna mengecek kondisi Anthony yang tiba – tiba histeris kemudian tak sadarkan diri saat Putra hendak mengajak bocah kecil yang malang itu untuk berkeliling di
tempat tinggal mereka yang baru.
“How is he Bruna?. (Bagaimana keadaannya Bruna?)”
“I don’t really sure. Physically nothing is wrong with his body, beside he is a little bit fever right now. (Aku juga tidak terlalu yakin. Secara fisik tidak ada yang salah dengan tubuhnya, selain dia sedikit demam saat ini)”
“But how Anth could be like this? (Tapi kenapa Anth bisa seperti ini?)”
Bruna nampak berpikir. “Like I said, I don’t really sure. (Seperti yang aku bilang, aku tidak terlalu yakin)”
“.....”
“But since Anth woke up from his comma and become like we know for the last three months. I think he had a bad trauma of what happen to him connected with Rery and Madelaine”
”(Tapi sejak dia terbangun dari koma dan menjadi seperti apa yang kita tahu selama tiga bulan belakangan. Aku rasa dia punya trauma berat dengan apa yang menimpanya sehubungan juga dengan Rery dan Madelaine)”
“Are you sure that is only a trauma that made him like that?. (Apa kau yakin ini hanya karena trauma saja?)”
“Ya. You said that he could probably being hit on his neck before he have been thrown and drowned. (Kau bilang kan ada kemungkinan dia dipukul bagian lehernya saat sebelum dia dibuang dan ditenggelamkan)”
“.....”
“Maybe the effect, Anth feel it right now. (Mungkin efeknya, baru Anth rasakan sekarang)”
“.....”
“You all heard how he screamed right? Maybe he felt so much pain at his neck or head?. (Kalian semua mendengar bagaimana dia berteriak kan? Mungkin saja dia merasakan sakit yang teramat sangat pada leher atau kepalanya?)”
“Is there any hospital here?. We need to check Anth’s condition furthermore. (Apa ada rumah sakit disekitar sini?. Kita perlu memeriksa kondisi Anth lebih lanjut)”
“I don’t really know. Have not got round this area for more last time me and Dami came here (Aku kurang tahu. Belum sempat berkeliling saat terakhir aku dan Dami datang kesini). I will ask Pak Abdul then. (Aku akan bertanya pada Pak Abdul kalau begitu)”
****
Putra kembali ke hadapan Damian dan Bruna berikut juga Garret yang sedang membantu mengkompres Anthony, setelah menemui orang pribumi yang bertugas untuk mengurus Villa mereka.
“How is it? Any hospital around this area?. (Bagaimana? Ada rumah sakit disekitar sini?)”
Putra menjawab pertanyaan Damian dengan gelengan.
“The big hospital is in town and very far from here. (Rumah Sakit yang besar ada di kota dan sangat jauh dari sini)”
“Well let us take Anth then. We have car here. (Ya sudah ayo kita bawa Anth kalau begitu. Kita kan punya mobil disini)"
“Huumm .... not now I guess (jangan sekarang kurasa)”
“.....”
”We don’t sure how far the Hospital from here. If that really far and we take Anth with his condition like this, I’m afraid he will get exhausted and that is not really good for him (Kita tidak tahu seberapa jauh Rumah Sakit tersebut dari sini. Jika memang sangat jauh dan kita membawa Anth dengan kondisinya sekarang, aku takut dia akan kelelahan dan itu kurang bagus untuknya)"
“I think you were right Bruna. (Aku rasa kau benar Bruna)”
Putra mendukung perkataan Bruna.
“Untill Anth get better, then we take him to the Hospital. (Sampai Anth membaik dulu, baru kita bawa dia ke Rumah Sakit)”
“Is that okay? I mean, I’m worried with Anth’s condition however. (Apa tidak masalah? Maksudku, aku khawatir dengan Anth bagaimanapun juga)”
“Not only you who get worried, Dam. All of us are worried about Anth after he suddenly became like this. Whereas I thought that he is getting better because Anth already want to make interaction even still won’t to talk”
“(Tidak hanya kau yang khawatir, Dam. Kami semua juga sama khawatirnya pada Anth setelah dia tiba – tiba menjadi seperti ini. Padahal aku kira dia sudah semakin baik karena Anth sudah mulai berinteraksi walaupun belum mau bicara)”
“We can bring Anth fo further check up if he already get better. He will be okay for now. And I will periodically check his condition for every half an hour. (Kita bisa membawa Anth untuk pemeriksaan lebih lanjut jika dia sudah membaik. Untuk saat ini dia baik – baik saja. Aku akan mengeceknya secara berkala setiap setengah jam)”
“.....”
“When it is necessary to bring Anthony to the Hospital right away, I will let you know. (Jika memang kiranya mendesak untuk membawa Anthony ke Rumah Sakit, aku akan memberitahukannya pada kalian)”
****
To be continue ...
Jangan lupa untuk terus dukung si otor dengan jempol kalian yawgh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 464 Episodes
Comments
Sity Mahfiyah
mantap bgt karyamu thor, g pernah bosan bacanya...semangat terus ya thor....
2021-12-04
1