Happy reading .....
*♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦♦*Messina, Italia ..
Putra sudah bersembunyi dengan apik di sela dalam kolam renang, begitupun pria yang bersamanya yang kembali bersembunyi di balik tembok lorong yang tembus dengan kolam renang, setelah mereka mendengar sayup – sayup suara ricuh dari luar yang mereka rasa sepertinya Yanni Aberto sudah kembali ke Mansion nya.
Seperti yang Putra ketahui berikut orang – orang yang menyertainya malam ini untuk menghabisi Yanni Aberto, pria itu akan menghabiskan setengah jam di kolam renang pribadi dalam Mansion nya setiap kali ia dari luar. Informasi itu Putra dapatkan dari informannya yang menyamar sebagai pelayan disana.
****
‘They supposed to finish everything by now (Mereka seharusnya sudah menyelesaikan semuanya saat ini)’ Ghai yang bersiaga di luar Mansion Yanni Aberto melirik arloji ditangannya.
“Ghai”
Pria yang bersama Ghai memberikan isyarat dengan telunjuknya mengarah pada Mansion lalu ia menyiapkan senjata yang sudah ia pegang seperti halnya Ghai.
“Si (Ya)”
Suara ricuh yang tertangkap ditelinga Ghai dan satu orang yang bersamanya itu secara tidak langsung adalah kode untuk mereka agar siap siaga melakukan tugas mereka, terlepas Putra atau Damian muncul atau tidak.
Di dalam Mansion Yanni**
‘For now, this is what I can do to make them pay what they have done to you, Madelaine, even Anth (Untuk saat ini, hanya ini yang baru bisa aku lakukan untuk membuat mereka membayar apa yang sudah mereka lakukan padamu, Madelaine bahkan Anthony)’
Putra sudah kembali memakai pakaiannya dan bergerak cepat dari lorong tempatnya dan bersembunyi bersama pria yang bisa dikatakan anak buahnya itu menuju pintu keluar lorong yang cukup tersembunyi itu.
Senyuman tipis terukir dibibir Putra, setelah ia meyakini bahwa Yanni Aberto sudah meregang nyawa ditangannya.
Iya, Putra berhasil menghabisi Yanni di kolam renang tak lama setelah pria itu menceburkan dirinya lalu Yanni teralihkan pada sinar yang dibiaskan arloji saku yang diletakkan Putra didasar kolam renang hingga Yanni pun seperti yang diharapkan menyelam sampai kedasar kolam renang pribadinya untuk memperjelas apa yang ia lihat.
Didetik yang sama Putra keluar dari sela dalam kolam renang dan langsung menelusupkan dirinya kebawah tubuh Yanni lalu dengan cepat memegang leher Yanni dengan kedua tangannya dan mencekik Yanni dengan kuat.
Membiarkan Yanni menatapnya sebentar lalu dengan cepat Putra memelintir kepala Yanni sampai pria itu tewas seketika dengan mata terbuka didalam kolam renang.
Tak ada kecurigaan dari beberapa pengawal pribadi Yanni yang sedang siaga diatas kolam renang. Karena Putra juga menghabisi Yanni dengan cepat lalu mensejajarkan dirinya di bawah tubuh Yanni yang sudah tak bernyawa itu kemudian memunculkan tubuh Yanni yang telungkup dan menggerakkan tubuh itu seperti seolah sedang berenang.
Putra membawa tubuh Yanni ketepi dekat sebuah sela tempatnya bersembunyi disana, lalu melepaskan tubuh Yanni dan mendorongnya ke sisi yang berbeda hingga tubuh itu bergerak mengambang namun belum menimbulkan kecurigaan. Hingga pada akhirnya –
“Signore? (Tuan?)” Salah seorang pengawal pribadi Yanni menegur sang Tuan yang masih saja telungkup saat tubuhnya sudah hampir mencapai pinggir kolam renang. Putra sudah kembali bersembunyi. Orang paling dekat dengan Rery ini memang sangat kuat menahan nafasnya dalam air.
Merasa tak ada respon dari sang Tuan, pengawal pribadi Yanni pun kembali memanggil sang Tuan sembari melangkahkan kakinya untuk mendekati Tuannya.
Hanya ada dua orang yang menemani Yanni di area kolam renang, dan salah satunya yang tadi memanggil Yanni kembali bersuara, sementara yang satu juga ikut melangkahkan kakinya untuk mendekat pada Yanni.
“Signore? (Tuan?)”
Pengawal Yanni itu mulai nampak panik.
“SIGNORE!!! (TUAN!!!)”
Pengawal itu sudah berada dekat tuannya dan memberanikan diri menyentuh tubuh Yanni yang tak nampak meresponnya itu.
“AIUTAMI! (TOLONG AKU!)” Ucap pengawal itu pada satu orang rekan yang bersamanya itu lalu ia menceburkan diri ke kolam untuk mengangkat tubuh Yanni keluar sana dengan segera.
Seketika dua pengawal pribadi yang panik itu pun langsung menggotong tubuh Tuannya keluar dari area kolam renang, dan hal itu dimanfaatkan Putra untuk juga segera keluar dari dalam kolam renang saat dua pengawal pribadi itu fokus menyelamatkan sang Tuan dan menggotongnya menjauh dari kolam renang untuk memasuki area dalam Mansion milik Yanni dan Putra pun masuk kembali dengan cepat ke lorong melalui pintu tersembunyi yang jarang sekali dilalui oleh orang - orang dalam Mansion Yanni.
“Sir! (Tuan!)”
“Do the rest Ghai (Lakukan sisanya Ghai)”
**
Damian sudah bergabung dengan Putra di luar Mansion Yanni dengan wajah sumringahnya. Keduanya berdiri menatap Mansion Yanni dari kejauhan. Damian nampak mengelap tangannya sendiri sambil memandangi Ghai yang baru menyelesaikan tugasnya bersama pria yang bersamanya tadi berikut dua orang lagi yang berseragam pelayan seperti Damian.
“Please do the honor, Mister Putra (Silahkan melakukan kehormatan ini, Tuan Putra)”
Ghai memberikan sebuah pemantik besi pada Putra yang kemudian menyalakan sebuah rokok ditangannya, lalu mendekat dan melemparkan batang rokok yang sudah tersulut berwarna merah ujungnya ke pinggiran Mansion yang sudah dilingkari oleh dedaunan kering bermandikan bensin yang sudah di sirami Ghai dan tiga orang lainnya tanpa cela.
Mereka juga sudah menutup rapat – rapat akses keluar masuk yang digunakan di Mansion Yanni yang tidak memungkinkan orang yang terjebak didalam Mansion tersebut untuk keluar.
Api sudah menjalar dengan cepat ditambah orang – orang yang bersama Yanni dan Putra melemparkan botol bersumbu kain yang ujungnya sudah disulut api.
Dalam hitungan menit, bagian luar Mansion Yanni sudah dilahap api. Begitupun bagian dalam pekarangan yang juga sudah disirami bensin saat beberapa dari mereka yang berpakaian pelayan menyelusup keluar dari gerbang kala para pengawal pribadi yang berjaga diluar Mansion berlarian ke dalam kala mendengar teriakan rekannya.
Damian sudah menyulut sesuatu di dapur sebelum ia meninggalkan tempat tersebut bersama semua pelayan yang adalah orang – orang dari pihak Putra dan Damian. Mereka menjauhkan langkah, dan tak lama kemudian suara ledakan berasal dari dalam Mansion Yanni.
“This is for you, Madelaine and Anthony, Rery ... (Ini untukmu, Madelaine dan Anthony, Rery ...)”
“Make sure nothing left here (Pastikan tidak ada yang tersisa disini)”
Putra memberikan perintah pada Ghai yang langsung diiyakan dengan cepat oleh Ghai.
Putra dan Damian masuk kedalam mobil yang mereka sembunyikan tak jauh dari Mansion Yanni. “Thank you so much, Ghai. Everything for you and those men already in Bruna’s place (Terima kasih banyak, Ghai. Semua yang menjadi hakmu dan orang – orang itu sudah ada di tempatnya Bruna)”
“Yes Mister Putra, Mister Damian. Untill we meet again (Iya Tuan Putra, Tuan Damian. Sampai bertemu lagi)” Sahut Ghai dengan sopan sembari sedikit membungkukkan badannya.
Putra dan Damian tersenyum lalu melajukan mobil menjauh dan meninggalkan Mansion Yanni sambil menatap puas pada Mansion yang mulai dilahap api dan sudah berkobar tinggi menantang langit diatasnya.
Ingin rasanya Putra dan Damian menyaksikan sampai Mansion tersebut menjadi abu berikut orang – orang yang berada didalamnya. Yanni dan segenap anak buahnya yang Putra dan Damian yakini membantu Jaeden membantai Rery, Madelaine, tiga sahabat mereka berikut anak buah mereka juga.
Tapi Putra dan Damian harus berpuas diri, dan memang sudah sedikit puas karena sudah selangkah membalaskan dendam mereka atas nama Rery.
Kini Putra dan Damian bergerak cepat menuju Bolzano karena Anthony dan Bruna sudah menunggu mereka disana.
Bolzano, Italia Utara.....**
“It is almost time we have to leave Bruna (Sudah hampir waktunya kita harus pergi Bruna)”
“I know (Aku tahu)”
“I am afraid we have to go without them, Bruna (Aku rasa kita harus pergi tanpa mereka, Bruna)”
“......”
“Let us go, Bruna. I don’t think that they will come (Ayo pergi, Bruna. Aku rasa mereka tidak akan datang)"
“Hhhh...”
Bruna menghela nafas panjang dan berat atas ucapan Garret.
Sepertinya benar dengan apa yang pria itu katakan kalau mereka bertiga harus meninggalkan Bolzano dan Italia tanpa Putra dan Damian. Tak ada tanda – tanda kemunculan kedua pria teman baiknya itu.
Bruna pun mendekati Anthony yang duduk diam memandangi pintu tempat dimana mereka berada, sementara Garret sudah mengeluarkan pesawat dari hanggar tempat ketiganya bersembunyi untuk menunggu Putra dan Damian yang belum nampak.
Bruna bersimpuh didekat Anthony dan mengelus pelan kepala serta menyentuh tangan Anthony dengan lembut sembari tersenyum. “Anth..” Ucap Bruna.
“......”
“We have to go to Anth.... (Kita harus pergi Anth ...)” Ucap Bruna pelan.
Namun Anthony diam saja.
“You can understand what I was said right? (Kamu bisa mengerti apa yang baru saja aku katakan bukan?)” Ucap Bruna lagi seraya bertanya.
Anthony tetap diam. Bruna menghela nafasnya lagi.
“Do you remember what Uncle Putra said to you? You have to stay with me when they not around and be a good boy if both of them never return (Apa kamu ingat pesan Paman Putra padamu? Kamu harus bersamaku saat Paman Putra dan Dami tidak ada dan menjadi anak baik jika mereka berdua tidak pernah kembali)”
“......”
“Let us go Anth, I promise you, one day we will comeback here (Ayo kita pergi Anth, aku berjanji padamu, suatu hari kita akan kembali kesini)” Ucap Bruna.
Bruna sedikit mengangkat tubuh Anthony agar bocah itu beranjak dari duduknya dengan segera, karena Garret sudah siap terbang.
Bruna langsung menggandeng erat Anthony untuk segera masuk ke dalam pesawat.
Barang – barang mereka sudah dimasukkan Garret juga kedalam pesawat kecil milik Rery itu, hanya tinggal menunggu Bruna dan Anthony masuk pesawat saja, karena Putra dan Damian tak kunjung tiba.
“Come, Anth ... (Ayo, Anth) ...” Ajak Bruna lagi dan akhirnya meski terlihat berat, Anthony pun mengikuti Bruna untuk melangkah.
Namun saat sudah hendak masuk ke dalam pesawat, Anthony melepaskan tangan Bruna dengan cepat dan ia berlari ke satu arah.
“Anth!”
Dimana tak lama dua sosok yang diharapkan kehadirannya muncul dengan nampak berlari dari satu arah. Bruna nampak sangat terkejut namun juga terharu disaat yang bersamaan.
“Put-ra .. Da-mian..”
Bruna tergugu.
Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Bruna saat ini melihat kedua sahabatnya itu dapat kembali dan nampak tanpa kekurangan suatu apapun. “Anth!....” Seru Putra dan Damian bersamaan. Putra langsung memeluk Anthony yang sudah meneteskan air matanya saat melihat sang Paman kesayangan berlari ke arahnya.
Anthony terisak dipelukan Putra. Bocah kecil itu juga memeluk Putra dengan kuat.
Tak ada kata – kata yang terucap dari bibir mungil Anthony, kecuali suara isakan kecilnya. Putra langsung menggendongnya. “Just like what me and Uncle Dami promised you. We will comeback (Seperti apa yang aku dan Paman Dami janjikan padamu. Kami pasti kembali)”
Putra mengelus lembut punggung Anthony dalam gendongannya, diikuti Damian yang juga mengelus punggung Anthony lalu mengusap kepala anak itu.
“Come, let us go (Ayo, kita pergi)” Ucap Putra sambil memandangi Anthony dan menyeka air mata bocah malang tersebut. Anthony pun mengangguk sangat pelan.
Garret membawa pesawat kecil milik Rery lepas landas saat Putra, Anthony, Damian dan Bruna sudah masuk ke dalamnya dan membawa ke empat orang tersebut ke tempat yang akan menjadi rumah baru bagi mereka semua, jauh dari Italia.
*
To be continue....*
Jangan lupa Add ke Favorite dengan meng - klik tombol ♥ jika suka
Thank You
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 464 Episodes
Comments
Ana
udah favorit😍💕 kaka
2022-06-19
0