Happy reading ......
*********************
Kediaman pribadi Rery
“Mom”
Anthony sedang bersama sang ibu di kamarnya.
“Hem?” Sahut Madelaine dengan lembut sembari tersenyum pada putra semata wayangnya dan Rery itu.
“Is there something you don’t understand, My lovely boy? ( Apa ada yang masih kamu tidak mengerti, Putraku sayang? )” Tanya Madelaine pada Anthony, karena ia sedang mengajarkan Anthony beberapa pelajaran dikarenakan guru pribadi Anthony tidak bisa datang hari ini.
“I already understand everything that you teached me ( Aku sudah mengerti semua yang tadi Mom ajarkan padaku )”
Madelaine membelai lembut kepala Anthony masih dengan tersenyum kepada sang putra.
“Then what do you want to ask me? ( Lalu apa yang mau kamu tanyakan padaku? )”
“Why we have to go from here? I like to be here ( Kenapa kita harus pergi dari sini? Aku senang tinggal disini )”
Lagi – lagi Madelaine mengusap sayang kepala Anthony dengan senyuman.
“There is something that me and your Dad can’t explain to you this time ( Ada hal yang aku dan ayahmu tidak bisa jelaskan padamu saat ini )”
“Because I still a little boy? ( Karena aku masih anak kecil? )”
“Kind of ( Kira – kira begitu )”
“So you and Daddy will tell me if I already be a man? ( Jadi Mom dan Dad akan mengatakannya padaku saat aku sudah menjadi pria dewasa? )”
“Smart ( Pintar )”
Anthony menunjukkan senyumnya.
“Okay, Mommy!”
Madelaine pun tersenyum pada putranya yang selalu ceria itu.
“You should not just to be a man, but also responsible man ( Kamu jangan hanya menjadi seorang pria, tetapi juga harus menjadi pria bertanggung jawab )”
“A man with his words, right? ( Pria yang memegang kata – katanya, kan? )” Timpal Anthony.
“Right! ( Benar! )” Sahut Madelaine antusias.
“Okay, Mommy!”
“Also smart! ( Juga pintar! )”
“I will, Mommy! ( Pasti, Mommy! )”
“And for that ..... ( Dan untuk itu )..”
Bang!
“Oh my God! ( Oh Tuhan! )”
Madelaine mendengar jelas suara letusan dari luar.
“Is that sound of a gun, Mom? ( Apa itu suara tembakan, Mom? )”
Anthony bertanya pada sang Ibu yang spontan memeluknya saat mendengar suara letusan tembakan dari arah
pekarangan kediaman pribadi mereka.
“Anth...”
Madelaine membawa Anthony menjauh dari jendela, lalu masuk ke dalam kamar mandi.
“Listen to Mommy, Anth .... ( Dengarkan Mommy, Anth ) ..”
“Yes, Mommy.....”
Madelaine menangkup wajah anaknya dengan lembut dan mencoba tersenyum, namun raut kecemasan sudah menyelimuti wajah cantik Madelaine. Entah mengapa beberapa hari ini dia memiliki perasaan yang tidak enak sekali dalam hatinya.
“Mommy will see what happened outside. You don’t get out from here, if Mommy or Daddy don’t come here ( Mommy akan melihat apa yang terjadi diluar. Kamu jangan keluar dari sini, jika Mommy atau Daddy tidak datang kesini )”
“Yes, Mommy ....” Sahut Anthony.
“Or if you hear any of you Uncle voice then you may come out ( Atau jika kamu mendengar suara dari para pamanmu baru kamu boleh keluar )” Sambung Madelaine. “Other from that, don't ever get out from here. Do you understand? ( Selain dari itu, jangan pernah keluar dari sini. Apa kamu mengerti? )” Ia kembali memastikan.
“I understand, Mommy .... ( Aku mengerti Mommy ... )”
“Mommy will left you here now, hem? ( Mommy akan meninggalkanmu disini sekarang, hem? )”
“Yes, Mommy .. ( Iya, Mommy ) ...” Sahut Anthony sembari mengangguk dengan wajah imutnya yang serius, namun juga ada ketakutan yang terbaca disana.
“I love you Anth, Mom and Dad love you ... ( Mom mencintaimu Anth, Mom dan Dad mencintaimu )”
“I love you and Dad too .... ( Aku juga mencintaimu dan Dad )...”
Madelaine yang tadi memposisikan dirinya sejajar dengan Anthony kemudian berdiri setelah berbicara dengan cepat serta memeluk erat putra semata wayangnya itu sedikit lama dan dalam.
“One more thing, Anth ...... ( Satu hal lagi, Anth ) .....” Madelaine hendak menambahkan pesannya pada sang putra.
“What is it, Mommy? ( Apa itu, Mommy? )”
“If, you heard me screaming or Daddy, then you hear a sound of a gun, get out from here through that window (
Jika, kamu mendengarku atau Daddy berteriak dan kemudian kamu mendengar suara letusan senjata, keluarlah dari sini melalui jendela itu )”
Madelaine menunjuk sebuah jendela yang ada didalam kamar mandi Anthony.
“Do you understand? ( Apa kamu mengerti? )” Madelaine memastikan.
“Yes, Mommy ( Iya, Mommy )”
“Good. Now, lock the door ( Bagus. Sekarang, kunci pintunya ) And be careful ( Dan berhati – hatilah ) I love
you..”
Madelaine sudah berdiri diluar kamar mandi sambil memegang knob pintu lalu tak lama menutupnya setelah ia
berkata barusan pada Anthony.
“I love you too, Mommy ...”
Anthony menjawab lirih dan mengangguk, lalu langsung mengunci pintu kamar mandi setelah sang Mommy menutupnya.
Dan Anthony bersembunyi dibalik sebuah lemari penyimpan handuk yang berada didalam kamar mandi sambil menekuk kedua kakinya. Menunggu hingga kedua orang tua atau para pamannya mengetuk pintu kamar mandi nanti.
Atau jika ia mendengar suara letusan senjata, dan ia harus berusaha keluar dari jendela yang kini sedang ditatapnya.
***
“Look Jaeden, just leave ( Pergilah Jaeden )”
“You heard what Rery said, just leave ( Kau dengar apa yang Rery katakan, pergilah )”
Itu Haig yang berbicara dan memajukan satu langkahnya ke hadapan Jaeden setelah sebelumnya ia mengkode Clarence dan Yann untuk membawa Rery masuk ke dalam kediaman.
Jaeden menyeringai melihat pada Haig, lalu ia terkekeh sinis.
Jaeden mengayunkan kakinya ke belakang, namun tubuhnya tetap menghadap kedepan. Tak lama ia masuk kedalam mobilnya.
Lalu ...
Bang!
Suara tembakan tak lama terdengar, setelah Jaeden membalikkan badan dan masuk kedalam mobilnya.
“HAIG!”
Rery, Clarence dan Yann yang mendengar suara tembakan langsung berbalik ke arah dimana Jaeden berada, dan
terlihat Haig ambruk sembari memegang dadanya.
Lalu suara tembakan yang bersahutan langsung memenuhi pekarangan kediaman pribadi Rery.
Dengan sigap Clarence dan Yann mengeluarkan senjata mereka dari selipan pinggang mereka.
Terpaksa mengabaikan Haig yang tertembak didada dan langsung ambruk seketika demi melindungi Rery dan mendorongnya masuk kedalam Kediaman.
“GET INSIDE RERY! SAVE MADELAINE AND ANTHONY! ( MASUK RERY! SELAMATKAN MADELAINE DAN ANTHONY! )”
Clarence berkata pada Rery sambil melepaskan tembakan dari pistolnya.
Rery bergerak cepat masuk bersama Yann yang juga ikut melepaskan tembakan dari belakang Clarence yang sedang melindunginya dan Rery.
“Take Madelaine and Anthony, then three of you get out from backside! ( Bawa Madelaine dan Anthony, lalu kalian
bertiga keluar dari pintu belakang! ). Me and Clarence will hold them as long as we can! ( Aku dan Clarence akan menahan mereka semampu kami )”
Rery mengangguk dan langsung bergerak cepat untuk menyambangi istri dan anaknya yang tadi sedang berada di
kamar sang putra.
“RERY!”
Madelaine datang dengan tergesa dan panik saat Rery hendak naik melalui tangga untuk pergi ke kamar Anthony
dengan segera.
“Madelaine! Take cover! ( Berlindung! )”
Rery langsung mendekap Madelaine dan merundukkan tubuh mereka, mengantisipasi jika ada serangan senjata dari luar yang tembus kedalam Kediaman.
“Where’s Anth?! ( Dimana Anth?! )” Tanya Rery dengan cepat pada Madelaine.
“I told him to hide inside the bathroom ( Aku menyuruhnya untuk bersembunyi didalam kamar mandi )” Jawab Madelaine dengan panik dan takut.
“Let us get him! ( Ayo kita jemput dia! )”
Namun tepat disaat Rery hendak membawa Madelaine ke lantai dua untuk menjemput Anthony, suara senjata berada dekat ditelinga mereka berdua. Membuat Rery dan Madelaine spontan menoleh dan Clarence serta Yann sudah ambruk seperti Haig setelah kedua orang setia Rery itu diberondong dengan tembakan.
“AKH!!!”
Madelaine spontan menjerit. Ia sungguh terkejut dan ketakutan serta sudah menangis, melihat dua orang kepercayaan suaminya yang juga dekat dengannya dan Anthony seperti keluarga dibantai didepan matanya.
Sementara Rery memandang dengan sedih dan putus asa kepada dua orang kepercayaan yang begitu setia padanya itu harus kehilangan nyawa didepannya dengan cara yang begitu mengerikan.
****
“Love .....”
Rery berbisik di telinga Madelaine sembari memeluknya.
“Don’t let him know about Anth .. ( Jangan biarkan dia tahu tentang Anth.. )” Bisik Rery lagi mengeratkan pelukannya pada Madelaine yang tubuhnya sudah gemetar. Madelaine yang sudah berderai air mata itu mengangguk pelan pada Rery yang kemudian mengecup pucuk kepala Madelaine.
“I told you before My brother, that I refused to leave before you give me something that I want ( Sudah kubilang sebelumnya Saudaraku, kalau aku menolak pergi sebelum aku dapat apa yang aku mau )”
Jaeden masuk ke dalam Kediaman Rery setelah pertahanan kubu Rery ia lumpuhkan sepenuhnya. Ia menyeringai jahat pada Rery yang berdiri menatapnya tajam sambil memeluk Madelaine.
“Beautiful Madelaine, how are you?.... ( Madelaine yang cantik, apa kabarmu? )”
“Don’t you ever dare! ( Jangan berani – berani! )” Ucap Rery tegas sambil tetap menatap tajam pada Jaeden yang
sudah mulai mendekatinya dan Madelaine. Lalu Rery menggeser tubuh Madelaine agar berada dibelakangnya.
“I just want to say my greeting to my sister in law ( Aku hanya ingin menyapa saudari iparku )”
Jaeden memiringkan kepalanya menatap Madelaine dengan seringainya.
“You don’t want to say Hi to me, Madelaine? ( Kamu tidak ingin menyapaku, Madelaine? )” Ucap Jaeden yang seolah mengabaikan Rery.
Namun Madelaine yang tubuhnya ditutupi oleh Rery itu tidak menyahut pada Jaeden.
“Leave her! ( Jangan ganggu dia! )” Rery memperingatkan.
“Hmm ...”
Jaeden kemudian beralih lagi menatap Rery dan tersenyum miring.
“Take that woman! ( Bawa wanita itu! )”
Jaeden berseru kemudian. Dan dua orangnya langsung menarik paksa Madelaine dari belakang Rery yang kemudian mendapat perlawanan dari Rery. Namun kemudian tengkuk Rery dihantam dengan sebuah gagang pistol oleh Yanni Aberto hingga Rery kemudian jatuh diatas kedua lututnya.
“RERY!” Madelaine berteriak melihat suaminya yang jatuh berlutut itu setelah ia ditarik paksa hingga sedikit
menjauh dari Rery yang tidak sepenuhnya tumbang.
“LEAVE HER ALONE!! ( JANGAN GANGGU DIA!! )”
Rery berteriak dan berusaha bangkit untuk meraih kembali Madelaine namun Yanni Aberto menahan kakinya,
hingga Rery kesulitan untuk berdiri dan terpaksa melihat Jaeden menarik kasar Madelaine dari pegangan orangnya.
“PUT YOUR HANDS OFF FROM ME! ( JAUHKAN TANGANMU DARIKU! )” Madelaine juga berteriak pada Jaeden sembari berontak untuk melepaskan diri dari tangan pria itu. Namun Jaeden hanya menyeringai.
“Oh, Sweet Madelaine.... no need to be rude... ( Madelaine yang manis.. tidak perlu berlaku kasar )”
“........”
“LET HER GO JAEDEN! ( LEPASKAN DIA JAEDEN! )”
Rery berteriak dan kini pandangan begitu menusuk tajam pada Jaeden yang sedang memegang kedua tangan Madelaine yang ditekukkan kebelakang tubuh wanita itu. Namun Rery juga tidak dapat bangkit dari tempatnya, karena kaki dan tangannya masih dipegangi dengan kuat oleh orang – orangnya Jaeden.
“Give me what I want, and I let her go ( Berikan yang kumau, maka akan ku lepaskan dia ) Also let you go ( Juga
melepaskanmu )” Ucap Jaeden.
“No! Rery! Don’t! He will still kill us if you give him what he wants! ( Tidak! Rery! Jangan! Dia tetap saja akan
membunuh kita jika kamu memberikan apa yang dia mau! )”
“Hahaha! ..”
Tawa Jaeden menggelegar.
“Oh Sweet Madelaine, you really understand me.. ( Oh Madelaine Sayang, kamu begitu memahamiku.. )”
Jaeden membalikkan tubuh Madelaine hingga menghadapnya.
“You supposed to be my wife ( Kau seharusnya menjadi istriku )”
“JAEDEN!”
Rery yang mendengar ucapan Jaeden itu langsung nampak geram dalam ketidak berdayaannya.
CUH!
Madelaine meludahi wajah Jaeden tanpa ragu dengan tatapan yang penuh kebencian pada pria itu. Jaeden kemudian menyunggingkan senyumnya, lalu mengambil sapu tangan di kantung jasnya dan menyeka wajahnya yang tadi diludahi Madelaine.
“Heh”
PLAKKK!!
“AKH!”
“MADELAINE!”
Madelaine memekik bersamaan dengan Rery yang menyebut namanya saat Jaeden memukul wajah istrinya itu dengan kencang hingga Madelaine terjerembab ke lantai. Lagi – lagi Rery mencoba melepaskan diri namun sia – sia.
“You never change, huh? Very arrogant ( Kau tidak pernah berubah, ya? Sangat sombong ) Just like few years ago when you refused and choose him! ( Sama seperti beberapa tahun lalu saat kau menolakku dan memilihnya! )”
“Heh! And I blessed myself for that ( Dan aku mensyukuri diriku atas itu )” Ucap Madelaine dengan ketus.
“Hahaha ..”
Sekali lagi Jaeden melepaskan tawanya. Madelaine nampak memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekat pada Rery, namun tak sampai karena Jaeden keburu menarik rambutnya. “Akh!”
“MADELAINE!”
“Now give me what I want or I blow her head! ( Sekarang berikan yang kumau atau ku ledakkan kepalanya! )”
Jaeden sudah menunjukkan wajah aslinya.
Madelaine menggeleng pada Rery yang menatap tak tega padanya.
“You should let her go, if I give you what you want! ( Kau harus membiarkannya pergi, jika aku memberikan apa yang kau mau! )” Pekik Rery. Jaeden menyeringai.
“Hm”
“No Rery!” Madelaine menggeleng pada Rery. Ia berusaha memperingatkan suaminya.
“You’re a Smith, don’t you? ( Kau seorang Smith, bukan? ). Smith’s men, are men with their words ( Pria dari
keluarga Smith, adalah pria yang memegang kata – katanya )”
“Then, give it to me the legal paper of Father’s will ( Maka, berikan padaku berkas resmi wasiat ayah )”
“You have to promise it first to let my wife go ( Kau harus berjanji dulu untuk membiarkan istriku pergi ). I don’t care if you want to kill me, but let Madelaine go .. I will give Father’s will to you so you can change my name on it with your name ( Aku tidak perduli jika kau ingin membunuhku, tapi biarkan Madelaine pergi... Akan aku berikan wasiat Ayah padamu agar kau bisa merubah namaku dan menggantinya dengan namamu )”
Rery mengajukan penawaran pada Jaeden. “Okay”
Jaeden pun mengiyakan.
“No! Rery, No!”
Madelaine mencoba menahan Rery untuk melakukan apa yang Jaeden mau dengan tatapan mengiba pada suaminya itu.
“LET ME GO! ( LEPASKAN AKU! )”
Madelaine sekuat tenaga mencoba melepaskan diri dari Jaeden meski harus merasakan sakit dikepalanya akibat
melepaskan dengan kasar kepalanya yang dicengkram Jaeden.
Madelaine berhasil melepaskan rambutnya dari cengkraman Jaeden dan pria itu membiarkannya menghampiri sang suami yang sudah dibiarkan berdiri setelah Jaeden mengkode Yanni dan orangnya yang menahan Rery hingga pria itu sulit bergerak.
“Don’t Rery! Don’t give what he wants love ..... he won’t keep his words..... He’s a cunning man ( Jangan Rery!
Jangan berikan yang dia mau sayang.... dia pasti akan mengingkari ucapannya.. Dia pria licik )” Lirih Madelaine.
Rery tersenyum teduh pada Madelaine yang sudah merengkuhnya untuk menahan Rery membuka brankas miliknya.
“I will do everything to make you save, my love... ( Aku akan melakukan apapun agar kamu selamat, sayangku ) ...”
Ucap Rery sambil membelai lembut kepala Madelaine lalu kembali melanjutkan untuk membuka brankasnya. "Also Anth ( Juga Anth )" Bisiknya.
Pistol yang dipegang oleh orang – orang Jaeden mengarah terus pada Rery dan Madelaine.
“Let your husband prove his love to you, Sweet Madelaine ... ( Biarkan suamimu membuktikan cintanya padamu,
Madelaine sayang .... ). Unless if he try to do anything reckless to save his wealthy than you ( Kecuali dia mencoba melakukan hal yang ceroboh untuk menyelamatkan hartanya dari pada kau )”
Jaeden berkata datar sembari melihat – lihat ke sekeliling ruang kerja Rery yang sudah ia masuki saat Rery
bergerak kesana untuk membuka brankas. Pria licik itu nampak dengan santainya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang kerja Rery, karena anak buahnya sudah siap sedia dengan pistol ditangan mereka.
“Ah, by the way, where is my nephew? I really want to meet him ( Ah, ngomong – ngomong, dimana keponakanku?
Aku sangat ingin bertemu dengannya )”
Jaeden berkata sambil mengangkat sebuah figura dimana didalamnya ada foto Rery, Madelaine dan Anthony yang
nampak sangat bahagia.
“He’s not here! You can’t hurt him! ( Dia tidak disini! Kau tidak akan bisa menyakitinya! )” Madelaine langsung menjawab cepat ucapan Jaeden barusan.
“Leave my wife and my boy! ( Bebaskan istri dan anakku! )”
Jaeden tersenyum miring.
“HERE! ( INI! )” Rery melemparkan sebuah map keatas meja kerjanya dengan kasar. “TAKE IT AND LEAVE! ( AMBIL INI LALU PERGILAH! )” Hardik Rery.
“Well, seems that my brother really loves you, Madelaine ( Wah, sepertinya memang saudaraku ini begitu
mencintaimu, Madelaine )” Ucap Jaeden yang nampak tersenyum puas setelah meraih map yang dilemparkan Rery diatas meja kerjanya.
“You get what you want, now leave! ( Kau sudah mendapatkan yang kau mau, sekarang pergilah! )” Madelaine
ikut mengusir Jaeden dengan wajahnya yang serius dan juga geram. “Leave us! ( Tinggalkan kami! )”
“Why so rush? I still need your husband’s sign and write some words on this with his own handwriting ( Mengapa
begitu terburu – buru?. Aku masih membutuhkan tanda tangan suamimu dan beberapa kata dengan tulisan tangannya disini )”
“Give that to me and tell me what should I write! ( Berikan itu dan katakan padaku apa yang harus aku tulis! )”
“I like your spirit brother ( Aku suka semangatmu saudaraku )”
Jaeden tersenyum licik seolah mengejek Rery dengan ucapannya sembari menyerahkan berkas surat wasiat Kingsley Smith yang tadi sudah ia pegang dan lihat sekaligus membacanya, lalu menyerahkan kembali kepada Rery.
“Now write ... ( Sekarang tulis.. )” Jaeden sudah menyuruh Rery menulis sesuatu diatas kertas.
Ia menjeda sejenak.
“Put your sign first ( Bubuhkan tanda tanganmu dulu )” Ia mengganti perintahnya pada Rery.
“Look who’s I found! ( Lihat siapa yang aku temukan! )”
“Mommy! Daddy!”
Suara Anthony benar – benar mengejutkan Rery dan Madelaine yang langsung merasa takut dan khawatir seketika jika Jaeden menyakiti putra semata wayang mereka.
Rery dan Madelaine tidak menyadari saat Yanni Aberto yang tak berapa lama sudah memisahkan diri dari mereka setelah Jaeden membahas tentang Anthony.
“ANTHONY!”
Rery dan Madelaine sama – sama berteriak.
“I TOLD YOU TO LEAVE MY SON! ( SUDAH KUKATAKAN JANGAN GANGGU PUTRAKU! )”
Rery begitu geram memandang pada Jaeden lalu Yanni. Dia berada dekat sekali dengan Jaeden dan tanpa ragu Rery pun menarik kerah baju Jaeden dengan kuat. Hingga Jaeden nampak terdesak dalam cengkraman Rery.
Bang!
Suara letusan senjata terdengar kemudian.
***
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 464 Episodes
Comments
Ana
ya ampun menegangkan
2022-06-03
0