Kembali Harmonis

"Selamat pagi, Humariah-ku!" Sapaan yang selalu dikirimkan Ikram lewat sebuah aplikasi pesan membuat pagi-pagi Nadia selalu dihiasi bunga-bunga indah.

Hari berganti Minggu pun berlalu, seiring berjalannya waktu Nadia dapat menerima keadaannya. Segala gundah akan lenyap saat ia berkumpul dan bercengkerama dengan anak-anak di yayasan. Terkadang, Bilal dan Ruby akan berkunjung ke rumahnya untuk sekedar bermain atau mengerjakan tugas sekolah.

Hari ini Nadia harus ke Rumah Sakit untuk melakukan cuci darah. Sarah datang berkunjung guna menemani Nadia cek-up.

"Kenapa Mamah tidak telepon dulu? Nadia kira Mamah tidak akan datang sepagi ini," ucap Nadia sembari menata makanan di atas meja.

Sarah tersenyum melihat wajah ceria anaknya, berbeda seperti saat di rumah. Tersenyum saja jarang dilakukan Nadia, tapi di sini sekilas tadi ia melihat pemandangan langka. Nadia bercengkrama dan tertawa bersama anak-anak yayasan juga anak sulung suaminya.

"Lho, bukannya kamu sudah tahu kalau hari ini adalah jadwal kamu cek-up, sayang. Apa kamu lupa saking bahagianya dengan suami kamu?" gurau Sarah yang berhasil mencipta semu di wajah Nadia.

"Mamah senang kalau kamu bahagia, Nak," ucap Sarah lagi begitu tulus pancaran sinar matanya.

"Alhamdulillah, Mah. Sudah, kita sarapan dulu," ajak Nadia seraya duduk bersebrangan dengan Sarah.

Melihat Nadia tersenyum saja, hati Sarah sudah merasa cukup bahagia. Ikram menepati ucapannya membuat Nadia bahagia walaupun ia tak terlihat di rumah anaknya sejak kedatangannya, tak apa. Ia sudah merasa cukup dengan hanya melihat putrinya yang bahagia.

Sementara di rumah Ikram, disibukkan dengan Ain dan ketiga anaknya. Dengan ketidakhadiran Nadia di rumah mereka pagi itu, membuat Ain kelabakan menyiapkan semua keperluan mereka. Terutama Bilal yang baru memasuki sekolah dasar.

"Umi, kenapa Bunda tidak datang ke rumah pagi ini? Biasanya Umi tidak akan repot begini kalau Bunda ke rumah," celetuk Bilal cemberut saat Ain membantunya memakai seragam.

"Umi tidak tahu, Nak. Mungkin Bunda sedang ada kesibukan jadi tidak sempat datang ke sini," sahut Ain sembari tersenyum menjelaskan.

"Ayo, sarapan dulu! Setelah itu pergi ke sekolah," ajak Ain setelah merapikan seragam Bilal dan membereskan buku-bukunya.

Keduanya keluar kamar dan berpapasan dengan Ruby yang juga baru selesai bersiap. Ikram menunggu di sofa bersama anak bungsu mereka.

"Sana, temani Abi dulu. Umi mau buatkan sarapan," ucap Ain sembari menggiring kedua anaknya untuk duduk bersama Ikram.

Ain buru-buru pergi ke dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Assalamu'alaikum!" Suara Nadia mengucap salam menghentikan keempat orang yang duduk berbincang di ruang tengah rumah.

"Wa'alaikumussalaam! Bunda!" Bilal menyambut kedatangan Nadia dan Sarah. Menyalami mereka bergantian dengan hormat.

"Mas, Kak Ain di mana? Maaf, aku tidak sempat ke sini karena Mamah tiba-tiba datang," sesal Nadia sembari meletakan sebuah rantang di atas meja dan menyalami Ikram.

Laki-laki itu pun menyambut sang mertua layaknya anak kepada ibunya.

"Di dapur, katanya mau menyiapkan sarapan," jawab Ikram.

"Aku sudah bawakan, mubazir kalau tidak dimakan," kata Nadia seraya beranjak meninggalkan ruang tengah dan menuju dapur.

"Assalamu'alaikum, Kak!" sapa Nadia yang menyentak Ain di dapur. Ia-nya sedang menyiapkan bumbu untuk membuat nasi goreng saja.

"Wa'alaikumussalaam, eh ... kamu, Nadia," sahutnya. Nadia mendekat dan menyalami Ain dengan sopan. Inilah yang Ain suka dari Nadia, ia tetap menghormatinya sebagai istri pertama.

"Iya, Kak. Mamah tiba-tiba datang jadi tidak sempat ke rumah. Oya, aku bawakan sarapan, Kakak tidak usah masak lagi. Sayang kalau tidak dimakan," ucap Nadia menghentikan Ain yang hendak mengiris bumbu.

Ain mendesah lega, "Syukurlah! Kenapa tidak dibawa ke sini saja. Kita makan sama-sama," ucapnya sembari mengelap tangan yang baru saja dibersihkannya.

"Ada di luar, sebentar aku ambil dulu." Nadia kembali ke ruang tengah mengambil rantang makanan sekaligus mengajak semua orang untuk ke ruang makan.

"Kakak duduk saja, biar aku yang menatanya," ucap Nadia mencegah Ain yang hendak membantunya.

"Ya sudah, Kakak siapkan piring dan gelas saja." Ain mengambilkan piring dan gelas untuk semua orang. Nadia menata makanan yang dibawanya sambil tersenyum.

Sungguh ... pemandangan yang langka! Istri tua dan muda saling membantu dengan kompak tanpa terlihat iri dari masing-masing mereka.

Sarah ikut tersenyum melihat putrinya dan Ain yang begitu akur dan kompak.

"Lho, kamu tidak makan?" tanya Ain saat Nadia hanya berdiam tidak mengambil makanannya.

"Aku sudah makan, Kak. Aku datang ke sini sama Mamah, mau minta izin sama Mas Ikram untuk hari ini. Ada yang harus aku periksa di pabrik, jadi aku dan Mamah akan pergi ke pabrik hari ini. Kau minta izin, Mas," ucap Nadia sembari menatap Ikram yang mulai memakan makanannya.

"Oh, ada Mamah juga?" pekik Ain terkejut. Ia lantas beranjak dari duduk dan menghampiri Sarah yang menunggu di ruang tengah.

"Yah, tidak apa-apa, tapi kamu harus hati-hati. Kabari Mas kalau ada apa-apa. Mas tidak mau sampai kamu kenapa-napa," sahut Ikram penuh perhatian.

Hati Nadia sudah dipenuhi dengan bunga-bunga sepagi itu. Ruby dan Bilal ikut tersenyum saat Nadia melirik mereka.

"Bunda, kapan-kapan kami ingin melihat pabrik Bunda, boleh?" tanya Ruby ingin tahu.

Ain yang kebetulan datang mengusap kepala anak sulungnya saat ia melewatinya.

"Tentu saja boleh, kapan pun kalian mau kalian boleh datang," jawab Nadia. Kedua anak itu bersorak.

"Makan dulu, hati-hati keselek makanan. Ingat, kalau sedang makan tidak boleh berbicara," tegas Ain memperingati kedua anaknya yang masih mengunyah makanan.

"Maaf, Umi," sahut keduanya patuh.

Sungguh keluarga yang hangat tanpa saling senggal saling senggol. Akrab dan akur, semuanya harmonis dan membuat iri siapa saja yang melihat.

"Ya sudah, kalau begitu aku pamit." Nadia menyalami Ikram dan Ain bergantian, tak kuasa rasanya Ikram ingin mengecup dahi istri keduanya itu. Namun, ia masih memiliki perasaan tak mungkin ia lakukan itu di depan Ain.

"Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalaam!"

Nadia pergi bersama Sarah ke Rumah Sakit. Kegiatan yang rutin dilakukan sejak sebelum ia menikah.

Senangnya dalam hati, kalau beristri dua.

Hai seperti dunia ane yang punya.

Ikram bersenandung dalam hati mengikuti alunan lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi kondang Ahmad Dhani itu. Ia terkekeh sendiri sembari mendaratkan tubuhnya di atas sofa. Mengambil koran harian dan membaca berita sekilas.

Ain dan kedua anaknya yang melihat saling berpandangan lalu mengangkat bahu mereka tak acuh. Kedua anak itu pergi ke sekolah, tinggallah Ain dan Ikram di rumah. Sebelum mengisi pengajian keduanya akan saling membahas apa yang perlu dikaji.

Ikram merengkuh tubuh Ain secara tiba-tiba. Menciumi wajah lembut itu seperti orang yang sedang dimabuk cinta.

"Abi, ada apa, sih? Kenapa, ih ... geli, Bi!" pekik Ain saat Ikram terus saja mengendus wajah hingga ke lehernya yang tertutupi hijab.

"Abi senang hari ini karena kedua istri Abi terlihat kompak dan akur. Terima kasih, sayang," bisik Ikram di telinga Ain yang membuatnya memerah seketika.

"Oh ... jadi karena itu Abi merasa senang? Memangnya kalau Umi sendiri Abi tidak senang, begitu?" goda Ain dan menunggu reaksi Ikram.

"Mmm ... jangan mulai, ya, Mi. Mood Abi sedang baik, Umi tahu sendiri jawabannya. Kita sudah berumahtangga selama sepuluh tahun, apa selama itu Abi pernah menunjukkan ketidaksenangan Abi pada Umi?" Ikram mendongak di depan dada Ain. Mata sendu dan merah menatap penuh cinta.

Ain terkekeh mendengarnya. "Bilang saja kalau Abi mau," katanya lanjut menggoda.

"Dari mana Umi tahu?" Ikram beranjak.

"Wajah Abi, tuh, lihat!" Ikram bersemu dan bergegas membawa Ain ke kamarnya. Terjadilah hal-hal yang diinginkan oleh semua orang. Biarlah pagi ini ia bersama Ain karena malam nanti ia akan menginap di rumah Nadia.

Oh ... Ikram! Kau pandai merayu.

Terpopuler

Comments

strawberry

strawberry

nadia dibutuhkan untuk membantu mengurusi anak ain. tapi nadia tidak boleh hamil... dimana keadilaan untuk nadia?

2022-12-20

0

senja

senja

ntahlah mo komen apa..dari awal baca aja hatiku udah...nyitttt...nyeri..sakit sendiri...dibilang ga usah baper kalo baca novel...ttp aja g bisa...mana yg harus dibela ini...
ain bilang ...obat dari rasa sakitnya...makanya itu syaratnya...
apa artinya dia bahagia Liat Nadia kecewa.....hahhhh ain sendiri juga sudah kecewa...
liat ajalahhhhh part selanjutnya

2022-10-10

0

Gechabella

Gechabella

lelaki memang serakah

2022-02-19

5

lihat semua
Episodes
1 Vonis Dokter
2 Mengutarakan Niat
3 Pernikahan
4 Meninggalkan Rumah
5 Malam Pertama Yang Tertunda
6 Sungguh Tak Rela!
7 'Azl
8 Ungkapan Kekecewaan
9 Hati Kecil Ain
10 Mendapatkan Perlakuan Adil
11 Kembali Harmonis
12 Cemburu atau Rasa Iri?
13 Permintaan Ain
14 Bagaimana Kalau Berbuat Adil?
15 Syarat Lainnya
16 Merasa Tak Diinginkan
17 Berbicara Dengan Ain
18 Ikram Terlalu Lemah
19 Meminta Maaf
20 Menerima Tugas
21 Kabar Buruk
22 Bertemu Teman Lama
23 Sidang
24 Sikap Ikram
25 Selepas Malam Itu
26 Apakah Ini Hukuman?
27 Salah Duga
28 Salah Duga II
29 Menuntaskan Masalah
30 Ketulusan Hati Ain
31 Bertahun Telah Berlalu
32 Senyum Itu
33 Kisah Lama Nadia
34 Bertemu Teman Lama II
35 Ikram Milikku!
36 Siapa Nadia?
37 Menilik Rasa Nadia
38 Mengingatkan
39 Membujuk Ikram
40 Ain Merajuk
41 Nadia Panik
42 Ikram Tak Pernah Marah
43 Perasaan Nadia
44 Berbicara Dengan Ikram dan Ain
45 Sikap Keras Ain
46 Keikhlasan Nadia
47 Membuat Ikram Luluh
48 Bentuk Protes Ikram
49 Sebuah Kesepakatan
50 Berbicara dengan Sarah
51 Penolakan Sarah
52 Ruby Tahu
53 Pada Pernikahan Ikram
54 Satu-satunya Tempat
55 Hasutan
56 Rencana Bulan Madu
57 Nadia!
58 Ulah Siapa?
59 Menjalankan Rencana
60 Dibalik Sikap Diam Nadia
61 Dalam Kelemahan Nadia
62 Semakin Terbakar
63 Kondisi Yang Memburuk
64 Ruby Mencari Nadia
65 Tiga Anak Itu
66 Perhatian Ruby
67 Ungkapan Hati Ruby
68 Kepulangan Nadia
69 Bertengkar
70 Harga Diri dan Gengsi
71 Meminta Kembali
72 Kabar Yuni Hamil
73 Bermalam Bersama Anak-anak
74 Membantu Ikram
75 Kejadian Apa?
76 Sindiran Pada Diri Sendiri
77 Menasihati Ain
78 Berbulan Berlalu
79 Mendatangi Sarah
80 Pada Hari Yuni Melahirkan
81 Nadia Pergi
82 Mencari Nadia
83 Sarah Pergi
84 Sikap Ruby
85 Ruby Muak
86 Keadaan yang Berbeda
87 Kabar Burung
88 Nadia Sudah Pergi
89 Tangis Kerinduan
90 Terbongkar
91 Mengungkap yang Tersembunyi
92 Menyesalkah?
93 Masa Kelam Ikram
94 Masa Kelam Ikram II
95 Penyesalan
96 Semua Berakhir
97 Semua Telah Hilang
98 Mengancam Yuni
99 Kedatangan Paman
100 Pabrik Sudah Hilang
101 Rencana
102 Kejadian Tak Terduga
103 Ruby Hilang
104 Ruby Ditemukan
105 Kedatangan Nadia
106 Terlalu Percaya Diri
107 Calon Suami
108 Salah Perhatian
109 Celoteh Asal
110 Siluman
111 Rencana Yuni dan Rencana Nadia
112 Bertemu Rai
113 Kabar Rima Sakit
114 Memohon
115 Menikah Denganku
116 Siapa Paman Harits?
117 Perbuatan Yuni
118 Kebusukan Yuni
119 Transaksi
120 Kebusukan Yuni II
121 Kelakuan Yuni
122 Kehilangan
123 Asy-syarru Bisy-syarri
124 Ikram Pembunuh
125 Hari Naas
126 Hukuman Menanti
127 Rindu Mamah
128 Bertemu Rai Lagi
129 Kembali Ditolak
130 Firasat
131 Nadia Diculik
132 Firasat II
133 Siapa Dalang Penculikan
134 Ternyata ....
135 Trauma Nadia
136 Rumit
137 Berbicara
138 Siapa yang Datang
139 Dua Bulan Lagi
140 Merelakan
141 Melepaskan
142 Bukan Ini ....
143 Pulang ....
144 Tak Seperti Dulu
145 Sujud Penyesalan
146 Perpisahan
147 Tamu Tiba-tiba
148 Ibu Mertua
149 Drama
150 Calon Istriku
151 Hanya Menggertak
152 Pada Pernikahan Nadia
153 Kedatangan Mereka
154 Kabar Ain
155 Berlibur Sejenak
156 Honeymoon
157 Perjalanan
158 Kata Ustadz ....
159 Lagi dan Lagi
160 Bertemu Dia Lagi
161 Perhatian Ibu
162 Salah Faham
163 Bertengkar
164 Berbaikan
165 Bertemu Mantan
166 Ancaman
167 Tamu Tak Diundang
168 Lancang
169 Menantang Harits
170 Berani Sentuh Milikku!
171 Alasan Ibu
172 Hari Kebebasan Ain
173 Ingin Bertemu
174 Acara Lagi
175 Lagi-lagi
176 Racun
177 Dibalik Kejadian Itu
178 Hukuman
179 Hal Lain
180 Temuan Lain
181 Tak Terduga
182 Seperti Apa Paman Harits?
183 Akhirnya!
184 Hukuman
185 Masih Tetap Cemburu
186 Ikatan Batin
187 Ikatan Batin II
188 Malam Mencekam
189 Kepergian Nadia
190 Terlambat?
191 Akhirnya Bertemu
192 Berasa Seperti Mimpi
193 Saudara
194 Berpisah Lagi
195 Masalah Perkebunan
196 Menunggu Kelahiran
197 Menjelang Melahirkan
198 Palsu
199 Mulai ....
200 Proses yang Panjang
201 Zahira Kamila
202 Masa Lalu
203 Ingin Punya Lagi
204 Kedatangan Keluarga Ikram
205 Nafisah Pergi
206 Tiada Yang Tahu
207 Menerima
208 Menyadari
209 Malam Milik Mereka
210 Kejutan
211 Sikap Nadia
212 Lain Keadaan
213 Selalu Ada Rahasia
214 Curiga
215 Zahira Cepat Tumbuh
216 Hening
217 Pertukaran
218 Alhasil ....
219 Ibu
220 Mendatangi Bui
221 Saatnya Menikmati Hidup
222 Undangan Pernikahan
223 Gadis di Pemakaman
224 Gadis Pendonor
225 Persaudaraan
226 Pergi Undangan
227 Pesta Ruby
228 Maaf!
229 Ayah dan Anak
230 Berkumpul Kembali
231 Epilog
Episodes

Updated 231 Episodes

1
Vonis Dokter
2
Mengutarakan Niat
3
Pernikahan
4
Meninggalkan Rumah
5
Malam Pertama Yang Tertunda
6
Sungguh Tak Rela!
7
'Azl
8
Ungkapan Kekecewaan
9
Hati Kecil Ain
10
Mendapatkan Perlakuan Adil
11
Kembali Harmonis
12
Cemburu atau Rasa Iri?
13
Permintaan Ain
14
Bagaimana Kalau Berbuat Adil?
15
Syarat Lainnya
16
Merasa Tak Diinginkan
17
Berbicara Dengan Ain
18
Ikram Terlalu Lemah
19
Meminta Maaf
20
Menerima Tugas
21
Kabar Buruk
22
Bertemu Teman Lama
23
Sidang
24
Sikap Ikram
25
Selepas Malam Itu
26
Apakah Ini Hukuman?
27
Salah Duga
28
Salah Duga II
29
Menuntaskan Masalah
30
Ketulusan Hati Ain
31
Bertahun Telah Berlalu
32
Senyum Itu
33
Kisah Lama Nadia
34
Bertemu Teman Lama II
35
Ikram Milikku!
36
Siapa Nadia?
37
Menilik Rasa Nadia
38
Mengingatkan
39
Membujuk Ikram
40
Ain Merajuk
41
Nadia Panik
42
Ikram Tak Pernah Marah
43
Perasaan Nadia
44
Berbicara Dengan Ikram dan Ain
45
Sikap Keras Ain
46
Keikhlasan Nadia
47
Membuat Ikram Luluh
48
Bentuk Protes Ikram
49
Sebuah Kesepakatan
50
Berbicara dengan Sarah
51
Penolakan Sarah
52
Ruby Tahu
53
Pada Pernikahan Ikram
54
Satu-satunya Tempat
55
Hasutan
56
Rencana Bulan Madu
57
Nadia!
58
Ulah Siapa?
59
Menjalankan Rencana
60
Dibalik Sikap Diam Nadia
61
Dalam Kelemahan Nadia
62
Semakin Terbakar
63
Kondisi Yang Memburuk
64
Ruby Mencari Nadia
65
Tiga Anak Itu
66
Perhatian Ruby
67
Ungkapan Hati Ruby
68
Kepulangan Nadia
69
Bertengkar
70
Harga Diri dan Gengsi
71
Meminta Kembali
72
Kabar Yuni Hamil
73
Bermalam Bersama Anak-anak
74
Membantu Ikram
75
Kejadian Apa?
76
Sindiran Pada Diri Sendiri
77
Menasihati Ain
78
Berbulan Berlalu
79
Mendatangi Sarah
80
Pada Hari Yuni Melahirkan
81
Nadia Pergi
82
Mencari Nadia
83
Sarah Pergi
84
Sikap Ruby
85
Ruby Muak
86
Keadaan yang Berbeda
87
Kabar Burung
88
Nadia Sudah Pergi
89
Tangis Kerinduan
90
Terbongkar
91
Mengungkap yang Tersembunyi
92
Menyesalkah?
93
Masa Kelam Ikram
94
Masa Kelam Ikram II
95
Penyesalan
96
Semua Berakhir
97
Semua Telah Hilang
98
Mengancam Yuni
99
Kedatangan Paman
100
Pabrik Sudah Hilang
101
Rencana
102
Kejadian Tak Terduga
103
Ruby Hilang
104
Ruby Ditemukan
105
Kedatangan Nadia
106
Terlalu Percaya Diri
107
Calon Suami
108
Salah Perhatian
109
Celoteh Asal
110
Siluman
111
Rencana Yuni dan Rencana Nadia
112
Bertemu Rai
113
Kabar Rima Sakit
114
Memohon
115
Menikah Denganku
116
Siapa Paman Harits?
117
Perbuatan Yuni
118
Kebusukan Yuni
119
Transaksi
120
Kebusukan Yuni II
121
Kelakuan Yuni
122
Kehilangan
123
Asy-syarru Bisy-syarri
124
Ikram Pembunuh
125
Hari Naas
126
Hukuman Menanti
127
Rindu Mamah
128
Bertemu Rai Lagi
129
Kembali Ditolak
130
Firasat
131
Nadia Diculik
132
Firasat II
133
Siapa Dalang Penculikan
134
Ternyata ....
135
Trauma Nadia
136
Rumit
137
Berbicara
138
Siapa yang Datang
139
Dua Bulan Lagi
140
Merelakan
141
Melepaskan
142
Bukan Ini ....
143
Pulang ....
144
Tak Seperti Dulu
145
Sujud Penyesalan
146
Perpisahan
147
Tamu Tiba-tiba
148
Ibu Mertua
149
Drama
150
Calon Istriku
151
Hanya Menggertak
152
Pada Pernikahan Nadia
153
Kedatangan Mereka
154
Kabar Ain
155
Berlibur Sejenak
156
Honeymoon
157
Perjalanan
158
Kata Ustadz ....
159
Lagi dan Lagi
160
Bertemu Dia Lagi
161
Perhatian Ibu
162
Salah Faham
163
Bertengkar
164
Berbaikan
165
Bertemu Mantan
166
Ancaman
167
Tamu Tak Diundang
168
Lancang
169
Menantang Harits
170
Berani Sentuh Milikku!
171
Alasan Ibu
172
Hari Kebebasan Ain
173
Ingin Bertemu
174
Acara Lagi
175
Lagi-lagi
176
Racun
177
Dibalik Kejadian Itu
178
Hukuman
179
Hal Lain
180
Temuan Lain
181
Tak Terduga
182
Seperti Apa Paman Harits?
183
Akhirnya!
184
Hukuman
185
Masih Tetap Cemburu
186
Ikatan Batin
187
Ikatan Batin II
188
Malam Mencekam
189
Kepergian Nadia
190
Terlambat?
191
Akhirnya Bertemu
192
Berasa Seperti Mimpi
193
Saudara
194
Berpisah Lagi
195
Masalah Perkebunan
196
Menunggu Kelahiran
197
Menjelang Melahirkan
198
Palsu
199
Mulai ....
200
Proses yang Panjang
201
Zahira Kamila
202
Masa Lalu
203
Ingin Punya Lagi
204
Kedatangan Keluarga Ikram
205
Nafisah Pergi
206
Tiada Yang Tahu
207
Menerima
208
Menyadari
209
Malam Milik Mereka
210
Kejutan
211
Sikap Nadia
212
Lain Keadaan
213
Selalu Ada Rahasia
214
Curiga
215
Zahira Cepat Tumbuh
216
Hening
217
Pertukaran
218
Alhasil ....
219
Ibu
220
Mendatangi Bui
221
Saatnya Menikmati Hidup
222
Undangan Pernikahan
223
Gadis di Pemakaman
224
Gadis Pendonor
225
Persaudaraan
226
Pergi Undangan
227
Pesta Ruby
228
Maaf!
229
Ayah dan Anak
230
Berkumpul Kembali
231
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!