Berbagi Cinta: Derita Istri Kedua

Berbagi Cinta: Derita Istri Kedua

Vonis Dokter

"Dokter, bagaimana keadaan putri saya? Apakah sudah lebih baik?" tanya seorang wanita paruh baya di depan ruang pemeriksaan Rumah Sakit.

Dokter yang usianya lebih tua itu menghela napas berat, ia sendiri terlihat bingung harus bagaimana menyampaikan kabar tentang kondisi putrinya tersebut.

"Maafkan saya, Bu, tapi kondisi Nona Nadia sungguh sangat buruk. Jika dalam waktu dekat ini ia tidak juga mendapatkan pendonor, saya khawatir keadaannya akan semakin memburuk dan akan memperpendek usianya. Kita berdoa saja semoga ada utusan Allah yang berbaik hati mendonorkan ginjal untuknya," jawab dokter tersebut sembari menepuk salah satu bahu wanita itu untuk memberinya semangat.

Ia menutup mulutnya tak percaya, padahal anaknya itu rutin melakukan cuci darah setiap dua Minggu sekali, tapi tetap saja kondisinya tak kunjung membaik. Ia menangis tergugu setelah dokter meninggalkannya sendiri.

Putrinya sekarat, ia diambang kematian. Keinginan terbesarnya adalah menikah sebelum Malaikat Maut datang menjemput.

Sarah menghapus air matanya, ia meredakan tangis terlebih dahulu sebelum memberanikan diri memasuki ruangan di mana anaknya dirawat.

Dibukanya pintu perlahan dan ditutupnya pula. Ia tersenyum getir saat pandangnya bertemu dengan manik hazel milik gadis yang terbaring di atas ranjang pesakitan itu.

"Mamah, kenapa lama sekali? Aku mau cepat pulang, Mah," keluhnya dengan manja.

Dia Nadia Almira, gadis berusia dua puluh lima tahun. Merintis sebuah pabrik konveksi bersama Sarah saat ia masih duduk di bangku SMA, dan kini pabrik itu telah menjadi pabrik terbesar di kotanya.

Divonis gagal ginjal sejak tiga tahun lalu. Keadaannya semakin memburuk beberapa bulan belakangan ini. Dokter menyarankan untuk segera mencari pendonor jika Nadia ingin kembali normal seperti semula. Namun, sudah berbagai cara dilakukan tetap saja penolong itu belum juga datang.

"Maafkan Mamah, Nak. Tadi ada kendala sedikit di pabrik masalah pesanan dari pesantren Al-Masthur itu. Kamu ingat, bukan? Ustadz Ikram?" jawab Sarah sembari tersenyum pada Nadia. Ia mendaratkan tubuh di atas kursi samping ranjang Nadia.

Gadis itu bersemu saat mendengar nama Ustadz Ikram disebutkan. Sudah lama hatinya mengagumi sosok bersahaja nan tampan itu. Sarah bukannya tidak tahu, hanya saja setiap kali nama itu disebutkan senyum bahagia terbit di wajah putrinya. Hal itu cukup membuat hatinya ikut bahagia.

"Apa dia memesan seragam lagi, Mah?" tanyanya antusias. Rona merah di pipinya masih menyisakan rasa hangat di dalam pori-pori kulit wajahnya.

"Benar, Nak. Beliau memesan seragam olahraga untuk para santri kecil di pondoknya. Tadi, beliau menanyakanmu juga. Katanya, sudah lama tidak bertemu dengan kamu," sahut Sarah menumbuhkan harapan di hati Nadia yang rapuh.

"Benarkah? Aku ingin cepat sembuh, Mah. Aku ingin cepat keluar dari ruangan membosankan ini," katanya dengan kedua bibir yang mengerucut dan pandangan mengedar dengan malas ke seluruh penjuru ruangan.

"Kamu menyukainya?" selidik Sarah ingin tahu kepastian hati anaknya. Nadia membuang pandangan, antara malu dan takut akan penolakan dari Sarah.

"Apa Mamah akan marah kalau aku menyukainya?" tanyanya dengan pandangan memelas yang membuat hati tuanya melemah.

"Bukan begitu, tapi kamu tahu, bukan kalau Ustadz Ikram itu sudah punya istri dan tiga orang anak? Apa tidak masalah untuk kamu?" tanya Sarah hati-hati. Ia belai rambut putrinya yang halus dan sedikit rontok itu. Hatinya meringis sedih saat ia mendapati beberapa helai rambut Nadia ikut tercabut dan menempel di tangannya.

"Aku tahu, Mah, tapi cinta ini datang dengan sendirinya. Aku sudah menolaknya beberapa kali, tetap saja ia semakin tumbuh setiap kali bertemu. Aku tidak tahu, Mah. Aku sendiri bingung mengatasi perasaan ini, tapi Mah aku tidak masalah kalau Ustadz Ikram mau menjadikan aku istri keduanya," ucap Nadia lagi kali blak-blakan mengatakan semuanya pada Sarah.

Berdesir hati wanita itu, mendengar penuturan jujur dari putrinya ia terenyuh. Bagaimana caranya ia membujuk Ikram untuk menikahi Nadia? Berpikir dengan keras mencari cara untuk mengabulkan keinginan Nadia.

"Kamu berdoa saja, kalau kalian jodoh dia pasti akan datang atas izin dari Yang Esa. Sekarang, banyak istirahat dan makan agar kamu cepat sembuh dan cepat pulang," bujuk Sarah lagi sembari terus tersenyum meski getir terasa di hati.

Gadis itu mengangguk antusias mengaminkan doa ibunya dengan semangat.

Beberapa hari dirawat, Nadia dinyatakan lebih baik dan sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Malam selalu datang membawa gulitanya. Menutupi terangnya dunia dengan kegelapan yang tiada tara. Menghilangkan pandangan karena cahaya yang redup dan tenggelam dalam pekatnya.

Di kota Rangkasbitung, kota kecil sejuta kenangan. Nadia duduk di balkon kamarnya seorang diri. Menikmati hembusan angin yang menerpa lembut pada kulit tipisnya. Entah apa yang mengganggu pikirannya saat ini. Pandangannya jauh mengawang menatap langit dengan segala pernak-perniknya.

Ia tersenyum tatkala sesosok wajah tampan menyembul dari balik cahaya rembulan. Wajahnya yang menyejukkan membuat hati merasa damai hanya dari melihat senyumnya saja.

"Mas Ikram seandainya kamu belum memiliki istri, aku ingin sekali menjadi istrimu. Namun, jikapun Mas mau menjadikan aku istri kedua aku rela melakukannya. Aku mengagumimu, Mas," gumamnya terdengar lirih dan perih.

Ikram laki-laki dewasa berusia tiga puluh lima tahun, telah menikah dan memiliki tiga orang anak dari istrinya. Parasnya tampan dan mempesona, ia juga mapan dengan toko pakaian terbesar di kota yang sama dengan Nadia. Ia memimpikan menikah dengannya.

Suara batuk mengusik ketenangan. Membuat Sarah yang sedang bersembunyi tak kuasa melihat wajah pucatnya. Sarah tak tega melihat anaknya menderita di usia muda. Sudah berapa laki-laki dijodohkannya, tetap saja Nadia hanya melihat Ikram seorang.

"Aku tidak tega melihatnya terus seperti itu. Dokter mengatakan umurnya sudah tidak lama lagi. Aku ingin mengabulkan keinginannya sebelum ajal datang. Apakah Ikram mau jika aku memintanya untuk menjadi suami Nadia? Aku akan mencobanya," gumam Sarah dengan tekad yang kuat di hatinya.

Ia masuk menghampiri Nadia yang kini berdiri meski tubuh sudah menggigil kedinginan. Memberi sapuan lembut pada lengannya seraya mendekap menghantarkan kehangatan.

"Di luar sangat dingin, sebaiknya kamu istirahat di dalam. Lagi pula ini sudah sangat malam, tidak baik untuk kesehatan kamu. Kamu baru saja pulih, sayang," ucap Sarah mengingatkan. Nadia menurut dan beranjak masuk seraya berbaring di peraduan. Bermimpi tentang pernikahan dengan laki-laki yang ia cintai selama ini.

Pagi datang begitu cepatnya. Sarah berpamitan pada Nadia karena suatu alasan yang tidak dikatakannya. Nadia yang sudah beberapa hari ini tidak keluar rumah mengangguk tanpa banyak bertanya. Menunggu bersama asisten rumah tangga yang selalu setia menjadi temannya.

"Mamah pergi ke mana, Bi? Apa Bibi tahu?" tanya Nadia sembari memakan sarapannya berupa roti isi yang menjadi sarapan favorit nya.

"Bibi juga tidak tahu, Non. Katanya Ibu ada perlu sebentar ketemu teman lama di luar," sahut Bibi seadanya.

Embusan napas berat dilakukan Nadia demi mengurai rasa sesak yang tiba-tiba mendera. Ia tidak tahu laki-laki mana yang akan didatangkan Sarah untuk dikenalkan lagi kepadanya. Ia tidak percaya diri untuk menikah karena penyakit yang dideritanya. Bagaimana kalau mereka menolak dan menelantarkannya begitu saja?

Berbeda jika Ikram yang melamarnya, dia laki-laki yang berbeda dari yang lainnya. Mengerti tentang agama dan segala *****-bengeknya. Dia tidak akan menyakiti hatinya meskipun menjadi istri yang kedua.

"Aku ke kamar dulu, Bi!" pamitnya seraya beranjak meninggalkan ruang makan menuju lantai dua di mana kamarnya berada.

Ia membuka laptop memeriksa laporan keuangan pabrik konveksi yang dikirimkan lewat email padanya. Bibir sensualnya membentuk senyuman puas akan hasil yang didapatkan oleh timnya.

Usai memeriksa laporan ia merebahkan diri di kasur menatap langit-langit kamar berwarna merah muda. Lambang penuh cinta dan keromantisan yang selalu ia damba. Hingga tanpa sadar matanya perlahan menutup dan hanyut alam buai alam mimpi yang tiada luka.

"Di mana Nadia?" tanya Sarah pada asisten rumah tangganya saat ia kembali ke rumah siang harinya.

"Non Nadia di kamarnya, Bu. Tadi setelah makan siang Non Nadia langsung pamit ke kamarnya," jawab Bibi sembari membungkuk sopan.

"Oh, ya sudah. Terima kasih sudah menjaga anak saya," ucap Sarah dengan senyum tulus di bibirnya.

"Sudah tugas saya, Bu," sahut Bibi lagi.

Sarah nampak berbinar meski lelah jelas tercetak di wajahnya. Ada apa gerangan hingga ia terlihat begitu bahagia? Ke mana sebenarnya ia pergi?

Terpopuler

Comments

Lili Astuti

Lili Astuti

kenapa harus jatuh cinta sama suami orang nadia

2023-08-13

2

Nur Aulia

Nur Aulia

lanjut tor,ngomong"Rangkas Bitungnya mana tor

2023-05-21

1

Kerimpak Kaca Luya

Kerimpak Kaca Luya

Nadia dan sarah itu sama² egois....gara² menginginkan anaknya bahagia...dia rela menghancurkan perasaan wanita yg bergelar isteri....dan juga ikram egois....mana ada isteri mahu dimadu...lelaki serakah

2022-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 Vonis Dokter
2 Mengutarakan Niat
3 Pernikahan
4 Meninggalkan Rumah
5 Malam Pertama Yang Tertunda
6 Sungguh Tak Rela!
7 'Azl
8 Ungkapan Kekecewaan
9 Hati Kecil Ain
10 Mendapatkan Perlakuan Adil
11 Kembali Harmonis
12 Cemburu atau Rasa Iri?
13 Permintaan Ain
14 Bagaimana Kalau Berbuat Adil?
15 Syarat Lainnya
16 Merasa Tak Diinginkan
17 Berbicara Dengan Ain
18 Ikram Terlalu Lemah
19 Meminta Maaf
20 Menerima Tugas
21 Kabar Buruk
22 Bertemu Teman Lama
23 Sidang
24 Sikap Ikram
25 Selepas Malam Itu
26 Apakah Ini Hukuman?
27 Salah Duga
28 Salah Duga II
29 Menuntaskan Masalah
30 Ketulusan Hati Ain
31 Bertahun Telah Berlalu
32 Senyum Itu
33 Kisah Lama Nadia
34 Bertemu Teman Lama II
35 Ikram Milikku!
36 Siapa Nadia?
37 Menilik Rasa Nadia
38 Mengingatkan
39 Membujuk Ikram
40 Ain Merajuk
41 Nadia Panik
42 Ikram Tak Pernah Marah
43 Perasaan Nadia
44 Berbicara Dengan Ikram dan Ain
45 Sikap Keras Ain
46 Keikhlasan Nadia
47 Membuat Ikram Luluh
48 Bentuk Protes Ikram
49 Sebuah Kesepakatan
50 Berbicara dengan Sarah
51 Penolakan Sarah
52 Ruby Tahu
53 Pada Pernikahan Ikram
54 Satu-satunya Tempat
55 Hasutan
56 Rencana Bulan Madu
57 Nadia!
58 Ulah Siapa?
59 Menjalankan Rencana
60 Dibalik Sikap Diam Nadia
61 Dalam Kelemahan Nadia
62 Semakin Terbakar
63 Kondisi Yang Memburuk
64 Ruby Mencari Nadia
65 Tiga Anak Itu
66 Perhatian Ruby
67 Ungkapan Hati Ruby
68 Kepulangan Nadia
69 Bertengkar
70 Harga Diri dan Gengsi
71 Meminta Kembali
72 Kabar Yuni Hamil
73 Bermalam Bersama Anak-anak
74 Membantu Ikram
75 Kejadian Apa?
76 Sindiran Pada Diri Sendiri
77 Menasihati Ain
78 Berbulan Berlalu
79 Mendatangi Sarah
80 Pada Hari Yuni Melahirkan
81 Nadia Pergi
82 Mencari Nadia
83 Sarah Pergi
84 Sikap Ruby
85 Ruby Muak
86 Keadaan yang Berbeda
87 Kabar Burung
88 Nadia Sudah Pergi
89 Tangis Kerinduan
90 Terbongkar
91 Mengungkap yang Tersembunyi
92 Menyesalkah?
93 Masa Kelam Ikram
94 Masa Kelam Ikram II
95 Penyesalan
96 Semua Berakhir
97 Semua Telah Hilang
98 Mengancam Yuni
99 Kedatangan Paman
100 Pabrik Sudah Hilang
101 Rencana
102 Kejadian Tak Terduga
103 Ruby Hilang
104 Ruby Ditemukan
105 Kedatangan Nadia
106 Terlalu Percaya Diri
107 Calon Suami
108 Salah Perhatian
109 Celoteh Asal
110 Siluman
111 Rencana Yuni dan Rencana Nadia
112 Bertemu Rai
113 Kabar Rima Sakit
114 Memohon
115 Menikah Denganku
116 Siapa Paman Harits?
117 Perbuatan Yuni
118 Kebusukan Yuni
119 Transaksi
120 Kebusukan Yuni II
121 Kelakuan Yuni
122 Kehilangan
123 Asy-syarru Bisy-syarri
124 Ikram Pembunuh
125 Hari Naas
126 Hukuman Menanti
127 Rindu Mamah
128 Bertemu Rai Lagi
129 Kembali Ditolak
130 Firasat
131 Nadia Diculik
132 Firasat II
133 Siapa Dalang Penculikan
134 Ternyata ....
135 Trauma Nadia
136 Rumit
137 Berbicara
138 Siapa yang Datang
139 Dua Bulan Lagi
140 Merelakan
141 Melepaskan
142 Bukan Ini ....
143 Pulang ....
144 Tak Seperti Dulu
145 Sujud Penyesalan
146 Perpisahan
147 Tamu Tiba-tiba
148 Ibu Mertua
149 Drama
150 Calon Istriku
151 Hanya Menggertak
152 Pada Pernikahan Nadia
153 Kedatangan Mereka
154 Kabar Ain
155 Berlibur Sejenak
156 Honeymoon
157 Perjalanan
158 Kata Ustadz ....
159 Lagi dan Lagi
160 Bertemu Dia Lagi
161 Perhatian Ibu
162 Salah Faham
163 Bertengkar
164 Berbaikan
165 Bertemu Mantan
166 Ancaman
167 Tamu Tak Diundang
168 Lancang
169 Menantang Harits
170 Berani Sentuh Milikku!
171 Alasan Ibu
172 Hari Kebebasan Ain
173 Ingin Bertemu
174 Acara Lagi
175 Lagi-lagi
176 Racun
177 Dibalik Kejadian Itu
178 Hukuman
179 Hal Lain
180 Temuan Lain
181 Tak Terduga
182 Seperti Apa Paman Harits?
183 Akhirnya!
184 Hukuman
185 Masih Tetap Cemburu
186 Ikatan Batin
187 Ikatan Batin II
188 Malam Mencekam
189 Kepergian Nadia
190 Terlambat?
191 Akhirnya Bertemu
192 Berasa Seperti Mimpi
193 Saudara
194 Berpisah Lagi
195 Masalah Perkebunan
196 Menunggu Kelahiran
197 Menjelang Melahirkan
198 Palsu
199 Mulai ....
200 Proses yang Panjang
201 Zahira Kamila
202 Masa Lalu
203 Ingin Punya Lagi
204 Kedatangan Keluarga Ikram
205 Nafisah Pergi
206 Tiada Yang Tahu
207 Menerima
208 Menyadari
209 Malam Milik Mereka
210 Kejutan
211 Sikap Nadia
212 Lain Keadaan
213 Selalu Ada Rahasia
214 Curiga
215 Zahira Cepat Tumbuh
216 Hening
217 Pertukaran
218 Alhasil ....
219 Ibu
220 Mendatangi Bui
221 Saatnya Menikmati Hidup
222 Undangan Pernikahan
223 Gadis di Pemakaman
224 Gadis Pendonor
225 Persaudaraan
226 Pergi Undangan
227 Pesta Ruby
228 Maaf!
229 Ayah dan Anak
230 Berkumpul Kembali
231 Epilog
Episodes

Updated 231 Episodes

1
Vonis Dokter
2
Mengutarakan Niat
3
Pernikahan
4
Meninggalkan Rumah
5
Malam Pertama Yang Tertunda
6
Sungguh Tak Rela!
7
'Azl
8
Ungkapan Kekecewaan
9
Hati Kecil Ain
10
Mendapatkan Perlakuan Adil
11
Kembali Harmonis
12
Cemburu atau Rasa Iri?
13
Permintaan Ain
14
Bagaimana Kalau Berbuat Adil?
15
Syarat Lainnya
16
Merasa Tak Diinginkan
17
Berbicara Dengan Ain
18
Ikram Terlalu Lemah
19
Meminta Maaf
20
Menerima Tugas
21
Kabar Buruk
22
Bertemu Teman Lama
23
Sidang
24
Sikap Ikram
25
Selepas Malam Itu
26
Apakah Ini Hukuman?
27
Salah Duga
28
Salah Duga II
29
Menuntaskan Masalah
30
Ketulusan Hati Ain
31
Bertahun Telah Berlalu
32
Senyum Itu
33
Kisah Lama Nadia
34
Bertemu Teman Lama II
35
Ikram Milikku!
36
Siapa Nadia?
37
Menilik Rasa Nadia
38
Mengingatkan
39
Membujuk Ikram
40
Ain Merajuk
41
Nadia Panik
42
Ikram Tak Pernah Marah
43
Perasaan Nadia
44
Berbicara Dengan Ikram dan Ain
45
Sikap Keras Ain
46
Keikhlasan Nadia
47
Membuat Ikram Luluh
48
Bentuk Protes Ikram
49
Sebuah Kesepakatan
50
Berbicara dengan Sarah
51
Penolakan Sarah
52
Ruby Tahu
53
Pada Pernikahan Ikram
54
Satu-satunya Tempat
55
Hasutan
56
Rencana Bulan Madu
57
Nadia!
58
Ulah Siapa?
59
Menjalankan Rencana
60
Dibalik Sikap Diam Nadia
61
Dalam Kelemahan Nadia
62
Semakin Terbakar
63
Kondisi Yang Memburuk
64
Ruby Mencari Nadia
65
Tiga Anak Itu
66
Perhatian Ruby
67
Ungkapan Hati Ruby
68
Kepulangan Nadia
69
Bertengkar
70
Harga Diri dan Gengsi
71
Meminta Kembali
72
Kabar Yuni Hamil
73
Bermalam Bersama Anak-anak
74
Membantu Ikram
75
Kejadian Apa?
76
Sindiran Pada Diri Sendiri
77
Menasihati Ain
78
Berbulan Berlalu
79
Mendatangi Sarah
80
Pada Hari Yuni Melahirkan
81
Nadia Pergi
82
Mencari Nadia
83
Sarah Pergi
84
Sikap Ruby
85
Ruby Muak
86
Keadaan yang Berbeda
87
Kabar Burung
88
Nadia Sudah Pergi
89
Tangis Kerinduan
90
Terbongkar
91
Mengungkap yang Tersembunyi
92
Menyesalkah?
93
Masa Kelam Ikram
94
Masa Kelam Ikram II
95
Penyesalan
96
Semua Berakhir
97
Semua Telah Hilang
98
Mengancam Yuni
99
Kedatangan Paman
100
Pabrik Sudah Hilang
101
Rencana
102
Kejadian Tak Terduga
103
Ruby Hilang
104
Ruby Ditemukan
105
Kedatangan Nadia
106
Terlalu Percaya Diri
107
Calon Suami
108
Salah Perhatian
109
Celoteh Asal
110
Siluman
111
Rencana Yuni dan Rencana Nadia
112
Bertemu Rai
113
Kabar Rima Sakit
114
Memohon
115
Menikah Denganku
116
Siapa Paman Harits?
117
Perbuatan Yuni
118
Kebusukan Yuni
119
Transaksi
120
Kebusukan Yuni II
121
Kelakuan Yuni
122
Kehilangan
123
Asy-syarru Bisy-syarri
124
Ikram Pembunuh
125
Hari Naas
126
Hukuman Menanti
127
Rindu Mamah
128
Bertemu Rai Lagi
129
Kembali Ditolak
130
Firasat
131
Nadia Diculik
132
Firasat II
133
Siapa Dalang Penculikan
134
Ternyata ....
135
Trauma Nadia
136
Rumit
137
Berbicara
138
Siapa yang Datang
139
Dua Bulan Lagi
140
Merelakan
141
Melepaskan
142
Bukan Ini ....
143
Pulang ....
144
Tak Seperti Dulu
145
Sujud Penyesalan
146
Perpisahan
147
Tamu Tiba-tiba
148
Ibu Mertua
149
Drama
150
Calon Istriku
151
Hanya Menggertak
152
Pada Pernikahan Nadia
153
Kedatangan Mereka
154
Kabar Ain
155
Berlibur Sejenak
156
Honeymoon
157
Perjalanan
158
Kata Ustadz ....
159
Lagi dan Lagi
160
Bertemu Dia Lagi
161
Perhatian Ibu
162
Salah Faham
163
Bertengkar
164
Berbaikan
165
Bertemu Mantan
166
Ancaman
167
Tamu Tak Diundang
168
Lancang
169
Menantang Harits
170
Berani Sentuh Milikku!
171
Alasan Ibu
172
Hari Kebebasan Ain
173
Ingin Bertemu
174
Acara Lagi
175
Lagi-lagi
176
Racun
177
Dibalik Kejadian Itu
178
Hukuman
179
Hal Lain
180
Temuan Lain
181
Tak Terduga
182
Seperti Apa Paman Harits?
183
Akhirnya!
184
Hukuman
185
Masih Tetap Cemburu
186
Ikatan Batin
187
Ikatan Batin II
188
Malam Mencekam
189
Kepergian Nadia
190
Terlambat?
191
Akhirnya Bertemu
192
Berasa Seperti Mimpi
193
Saudara
194
Berpisah Lagi
195
Masalah Perkebunan
196
Menunggu Kelahiran
197
Menjelang Melahirkan
198
Palsu
199
Mulai ....
200
Proses yang Panjang
201
Zahira Kamila
202
Masa Lalu
203
Ingin Punya Lagi
204
Kedatangan Keluarga Ikram
205
Nafisah Pergi
206
Tiada Yang Tahu
207
Menerima
208
Menyadari
209
Malam Milik Mereka
210
Kejutan
211
Sikap Nadia
212
Lain Keadaan
213
Selalu Ada Rahasia
214
Curiga
215
Zahira Cepat Tumbuh
216
Hening
217
Pertukaran
218
Alhasil ....
219
Ibu
220
Mendatangi Bui
221
Saatnya Menikmati Hidup
222
Undangan Pernikahan
223
Gadis di Pemakaman
224
Gadis Pendonor
225
Persaudaraan
226
Pergi Undangan
227
Pesta Ruby
228
Maaf!
229
Ayah dan Anak
230
Berkumpul Kembali
231
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!