Mengutarakan Niat

Hati yang tenang dan damai, terusik oleh kedatangan sebuah berita. Cinta yang tumbuh dengan indah, layu sudah tak terelekan. Rencana apa yang sedang dirancang Tuhan?

"Bagaimana, Nak Ikram? Apa Nak Ikram bersedia meminang anak saya? Umur saya sudah tidak lama lagi, dan sebelum meninggal saya ingin melihat anak saya menikah dan menimang cucu. Tolonglah orang tua yang sudah tidak lama lagi hidupnya ini, Nak!"

Bayangan dan suara memohon dari wanita paruh baya tadi siang kembali melintas dalam pikiran Ikram. Laki-laki itu baru saja selesai memberikan tausiyah harian kepada para jamaah seusai shalat isya. Ia termenung masih di dalam masjid, memikirkan tawaran dari wanita itu tentang menikahi anaknya.

Hati Ikram pun tak menampik ia memang mengagumi anak gadisnya sudah sejak lama. Tanpa ditawari pun, ia berencana melamar Nadia suatu saat nanti.

"Bagaimana caraku mengatakan ini pada Ain? Apakah dia mau menerima aku menikah lagi? Tapi aku sudah lama mengagumi sosok Nadia, ia bukan hanya cantik, tapi juga pintar dan cerdas. Dia juga mandiri, aku akan mencoba berbicara dengannya. Bismillahirrahmanirrahim!" gumam Ikram setelah menyiapkan hati untuk mengutarakan niatnya pada Ain istri pertamanya.

Ia beranjak meninggalkan masjid dengan niat yang kuat. Senyum penuh ketegangan tercetak jelas di bibirnya. Ia bahkan segan menjawab sapaan para santri karena hatinya yang tengah gelisah. Berkali-kali ia menarik napas yang dalam dan menghembuskannya perlahan demi mengurangi ketegangan dalam hatinya.

"Kenapa aku gugup sekali?" Sekali lagi, ia menyentak napas saat berdiri di depan pintu rumahnya.

"Assalamu'alaikum!" salamnya mencoba bersikap biasa agar Ain tak curiga sebelum ia mengatakannya.

"Wa'alaikumussalaam!" Ain membukakan pintu untuknya. Senyum hangat dan kecupan menyambutnya dengan mesra setelah wanita itu mengecup lembut punggung tangannya.

"Anak-anak sudah tidur?" tanyanya pada Ain yang menutup pintu.

"Sudah," jawab Ain. Ia tahu apa yang diinginkan Ikram saat ia bertanya begitu. Tanpa menunggu keduanya segera memasuki kamar dan melakukan ritual suami istri.

"Mi, Abi ingin membicarakan sesuatu pada Umi?" ucap Ikram usai menyelesaikan tugasnya memberi nafkah batin pada Ain.

Wanita itu beranjak membenarkan posisinya. "Bicara saja, Bi jangan sungkan!" katanya dengan lembut dan penuh hormat seperti biasanya. Ikram tersenyum getir. Ia beranjak duduk diikuti Ain. Keduanya saling berhadap-hadapan, Ain menunggu dengan tegang.

"Umi, Abi mau minta maaf sebelum mengatakan ini. Tolong jangan membenci Abi setelah Umi mendengarnya," pinta Ikram sembari menggenggam kedua tangan Ain dengan lembut.

Mengernyit dahi wanita itu mendengar kalimat ambigu yang diucapkan Ikram.

"Katakan saja, Bi. Jangan membuat Umi menunggu dengan penasaran," sahut Ain tak sabar ingin segera mendengar apa yang akan dibicarakan Ikram.

"Mi, Abi mencintai seseorang dan Abi berencana untuk menikahinya kalau Umi setuju. Abi juga tidak tahu, kenapa rasa ini tiba-tiba tumbuh begitu saja tanpa Abi sadari. Umi tidak mungkin membiarkan Abi berlarut dalam dosa, bukan?" rayu Ikram pada Ain di tengah malam yang sunyi itu.

Wanita yang dipanggilnya Umi itu terlihat syok, matanya membesar dengan kedua bibir yang berkedut ingin berucap. Matanya sontak memanas beriak dengan warna merah hendak menangis. Kelopaknya berkedut-kedut menahan air yang merangsek hendak turun.

Ia menundukkan wajahnya dalam-dalam menyembunyikan kekecewaan sekaligus kekesalan dalam diri yang datang tiba-tiba. Tiada angin, tiada hujan sekonyong-konyong suaminya meminta izin untuk menikahi wanita lain. Pantas saja Ikram memintanya untuk tidak membenci setelah mendengarnya berbicara.

"Umi jangan cemas, Abi pasti akan bersikap adil pada kalian. Bukankah selama ini kita hidup berkecukupan? Abi hanya ingin membantu seseorang yang hidupnya sudah tidak lama lagi. Kebetulan ibunya juga meminta Abi untuk menikahi anaknya. Beliau ingin melihat anaknya menikah sebelum ajal datang. Umi juga akan mendapat pahala dari membantu orang lain. Jadi, bagaimana Umi?" sambungnya merayu lagi.

Wanita itu mengangkat pandangan dengan perlahan, ditatapnya wajah pria yang sudah hampir sepuluh tahun menjadi imam dalam kehidupannya itu. Mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh cinta tanpa hambatan. Wajah tampan dan menyejukkan miliknya memang selalu menjadi daya tarik tersendiri hingga memikat hati para perempuan.

"Abi yakin hanya ingin membantunya? Bukankah Abi mengatakan mencintainya? Lalu, bagaimana dengan cinta Abi untuk Umi?" tanyanya dengan nada getir yang kentara.

Manik coklat miliknya menatap sendu pria di hadapan yang selama ini tak terlihat banyak tingkah. Ia selalu berendah hati meskipun para wanita datang silih berganti dengan alasan meminta berkah. Sungguh, hatinya tak menyangka bahwa malam ini ia akan mendengar suaminya sendiri meminta izinnya untuk menikah lagi.

"Katakan, apakah Umi sudah tidak cantik lagi? Apa Umi sudah tidak menarik lagi di mata Abi sehingga Abi ingin menikahi wanita lain yang mungkin saja lebih cantik dan lebih muda dari Umi?" tuturnya lagi sembari menempelkan telapak tangannya di pipi sang suami.

Pria itu menggenggam tangan hangat milik istrinya. Mendekatkan pada bibir dan mengecupnya dengan penuh cinta. Kemesraan yang tak pernah usai ditumpahkannya tanpa rasa bosan. Kini, ia bisa apa jika hati sang suami kembali terpikat oleh sesosok perempuan.

"Cinta Abi pada Umi masih sama dan akan tetap sama. Apa lagi, Umi sudah memberikan Abi tiga orang penerus yang sholeh dan sholehah. Bagaimana mungkin cinta Abi berkurang? Yang ada justru semakin bertambah dan bertambah terus," rayunya lagi sungguh membuat hatinya terhanyut.

Mata sendu itu memindai dengan penuh kecewa. Sayu bagai tak tidur sepanjang malamnya. Gemetar menahan air yang akan turun dari takhtanya.

"Bagaimana kalau semua itu berubah? Abi lebih peduli padanya, dan melupakan Umi? Bagaimana nasib Umi dan anak-anak nantinya? Apakah dia mau membantu Umi merawat anak-anak mengingat terkadang Umi disibukkan dengan urusan jamaah. Jika dia mau berjuang bersama-sama, maka Umi akan mencoba untuk ikhlas dan menerima. Namun, Abi harus ingat hati Umi bukan terbuat dari batu. Hati Umi bisa juga merasakan sakit sama seperti hati-hati wanita yang lainya," sahut sang istri dengan pandangan tegas menusuk manik yang sama dengan miliknya.

"Insya Allah dia akan bersedia membantu Umi merawat anak-anak. Dia wanita sholehah sama seperti Umi, dia bersedia membantu kita memenuhi kebutuhan ekonomi santri di pondok kita. Jadi, Umi bisa lebih ringan dan tidak perlu memikirkan masalah dapur santri lagi, bagaimana?" ucapnya menerbitkan harapan dalam hati istrinya.

Bagaimana tidak? Selama ini meski ia tidak begitu dipusingkan dengan urusan perut para santri yang harus selalu dipenuhi. Santri yatim piatu anak-anak yang ditinggalkan orang tua seorang diri. Diasuh mereka dengan sabar tanpa memungut biaya dari masing-masing orang. Semua sudah terpenuhi dari hasil usaha mereka yang maju walau terkadang ada uluran tangan dari jamaah yang ikhlas memberi pertolongan berupa bahan pokok atau pun uang.

"Siapa sebenarnya wanita yang ingin Abi nikahi itu?" tanyanya ingin tahu. Matanya menelisik netra pria di hadapan dengan serius.

"Umi juga mengenalnya, dia Nadia pemilik konveksi besar di kota kita ini. Ibunya datang kepada Abi dan melamar Abi secara tidak langsung untuk putrinya itu. Dia mengatakan bahwa Nadia sudah lama mengagumi Abi, tapi Umi harus tahu bukan hanya dia, Abi juga mengagumi dia. Abi tidak mau rasa kagum Abi ini menjadi dosa. Bagaimana Umi?" ungkapnya.

Hilang sudah kepercayaan dirinya, Ain membayangkan wajah Nadia yang campuran antara Indonesia dan Arab. Mata besar yang indah, alis tebal bukan lukisan, bulu mata lebat alami, tubuh indah semampai, bibir yang seksi menggoda, kulitnya putih dan bersih. Jangan lupakan biji maniknya yang membuat iri semua orang. Sangat jauh dengannya keturunan asli tanah Pasundan.

"Baiklah, tapi Abi berjanji harus memenuhi satu syarat yang Umi berikan. Umi akan setuju Abi menikah dengannya," jawabnya tegas.

"Baik, Abi sanggup melakukannya!"

Terpopuler

Comments

wahyunifebriani

wahyunifebriani

hiii ya Allah mak ana baru baca 2 udh emosi 😁😁

2022-01-28

1

wahyunifebriani

wahyunifebriani

pokoknya yg salah disini adalah pihak ketiga dan laki laki nya .klau laki laki bisa menundukan pandag tak kan terjadi hal seperti ini ....

2022-01-28

2

wahyunifebriani

wahyunifebriani

itu laki kurang bersyukur jadi manusia..dan untuk nadia harus nya kamu tau diri ..jangan nggk tau malu .atas nama cinta kamu merusak kebahagian orang lain mikir pakai otak jngan pkai hati paham kamu ...ini kayak yg salah akhirnya istri pertama dh ..dimna dimna istri pertam nggk salah yg salah yg menjadi orng ktiga ...harusnya kamu tau diri nadiaaaaa kamu itu pwrempuan cantik pula masihbanyak kali laki laki luar sono yg mau sama you .. iiii dh gedek banget dh baca nya ...

2022-01-28

2

lihat semua
Episodes
1 Vonis Dokter
2 Mengutarakan Niat
3 Pernikahan
4 Meninggalkan Rumah
5 Malam Pertama Yang Tertunda
6 Sungguh Tak Rela!
7 'Azl
8 Ungkapan Kekecewaan
9 Hati Kecil Ain
10 Mendapatkan Perlakuan Adil
11 Kembali Harmonis
12 Cemburu atau Rasa Iri?
13 Permintaan Ain
14 Bagaimana Kalau Berbuat Adil?
15 Syarat Lainnya
16 Merasa Tak Diinginkan
17 Berbicara Dengan Ain
18 Ikram Terlalu Lemah
19 Meminta Maaf
20 Menerima Tugas
21 Kabar Buruk
22 Bertemu Teman Lama
23 Sidang
24 Sikap Ikram
25 Selepas Malam Itu
26 Apakah Ini Hukuman?
27 Salah Duga
28 Salah Duga II
29 Menuntaskan Masalah
30 Ketulusan Hati Ain
31 Bertahun Telah Berlalu
32 Senyum Itu
33 Kisah Lama Nadia
34 Bertemu Teman Lama II
35 Ikram Milikku!
36 Siapa Nadia?
37 Menilik Rasa Nadia
38 Mengingatkan
39 Membujuk Ikram
40 Ain Merajuk
41 Nadia Panik
42 Ikram Tak Pernah Marah
43 Perasaan Nadia
44 Berbicara Dengan Ikram dan Ain
45 Sikap Keras Ain
46 Keikhlasan Nadia
47 Membuat Ikram Luluh
48 Bentuk Protes Ikram
49 Sebuah Kesepakatan
50 Berbicara dengan Sarah
51 Penolakan Sarah
52 Ruby Tahu
53 Pada Pernikahan Ikram
54 Satu-satunya Tempat
55 Hasutan
56 Rencana Bulan Madu
57 Nadia!
58 Ulah Siapa?
59 Menjalankan Rencana
60 Dibalik Sikap Diam Nadia
61 Dalam Kelemahan Nadia
62 Semakin Terbakar
63 Kondisi Yang Memburuk
64 Ruby Mencari Nadia
65 Tiga Anak Itu
66 Perhatian Ruby
67 Ungkapan Hati Ruby
68 Kepulangan Nadia
69 Bertengkar
70 Harga Diri dan Gengsi
71 Meminta Kembali
72 Kabar Yuni Hamil
73 Bermalam Bersama Anak-anak
74 Membantu Ikram
75 Kejadian Apa?
76 Sindiran Pada Diri Sendiri
77 Menasihati Ain
78 Berbulan Berlalu
79 Mendatangi Sarah
80 Pada Hari Yuni Melahirkan
81 Nadia Pergi
82 Mencari Nadia
83 Sarah Pergi
84 Sikap Ruby
85 Ruby Muak
86 Keadaan yang Berbeda
87 Kabar Burung
88 Nadia Sudah Pergi
89 Tangis Kerinduan
90 Terbongkar
91 Mengungkap yang Tersembunyi
92 Menyesalkah?
93 Masa Kelam Ikram
94 Masa Kelam Ikram II
95 Penyesalan
96 Semua Berakhir
97 Semua Telah Hilang
98 Mengancam Yuni
99 Kedatangan Paman
100 Pabrik Sudah Hilang
101 Rencana
102 Kejadian Tak Terduga
103 Ruby Hilang
104 Ruby Ditemukan
105 Kedatangan Nadia
106 Terlalu Percaya Diri
107 Calon Suami
108 Salah Perhatian
109 Celoteh Asal
110 Siluman
111 Rencana Yuni dan Rencana Nadia
112 Bertemu Rai
113 Kabar Rima Sakit
114 Memohon
115 Menikah Denganku
116 Siapa Paman Harits?
117 Perbuatan Yuni
118 Kebusukan Yuni
119 Transaksi
120 Kebusukan Yuni II
121 Kelakuan Yuni
122 Kehilangan
123 Asy-syarru Bisy-syarri
124 Ikram Pembunuh
125 Hari Naas
126 Hukuman Menanti
127 Rindu Mamah
128 Bertemu Rai Lagi
129 Kembali Ditolak
130 Firasat
131 Nadia Diculik
132 Firasat II
133 Siapa Dalang Penculikan
134 Ternyata ....
135 Trauma Nadia
136 Rumit
137 Berbicara
138 Siapa yang Datang
139 Dua Bulan Lagi
140 Merelakan
141 Melepaskan
142 Bukan Ini ....
143 Pulang ....
144 Tak Seperti Dulu
145 Sujud Penyesalan
146 Perpisahan
147 Tamu Tiba-tiba
148 Ibu Mertua
149 Drama
150 Calon Istriku
151 Hanya Menggertak
152 Pada Pernikahan Nadia
153 Kedatangan Mereka
154 Kabar Ain
155 Berlibur Sejenak
156 Honeymoon
157 Perjalanan
158 Kata Ustadz ....
159 Lagi dan Lagi
160 Bertemu Dia Lagi
161 Perhatian Ibu
162 Salah Faham
163 Bertengkar
164 Berbaikan
165 Bertemu Mantan
166 Ancaman
167 Tamu Tak Diundang
168 Lancang
169 Menantang Harits
170 Berani Sentuh Milikku!
171 Alasan Ibu
172 Hari Kebebasan Ain
173 Ingin Bertemu
174 Acara Lagi
175 Lagi-lagi
176 Racun
177 Dibalik Kejadian Itu
178 Hukuman
179 Hal Lain
180 Temuan Lain
181 Tak Terduga
182 Seperti Apa Paman Harits?
183 Akhirnya!
184 Hukuman
185 Masih Tetap Cemburu
186 Ikatan Batin
187 Ikatan Batin II
188 Malam Mencekam
189 Kepergian Nadia
190 Terlambat?
191 Akhirnya Bertemu
192 Berasa Seperti Mimpi
193 Saudara
194 Berpisah Lagi
195 Masalah Perkebunan
196 Menunggu Kelahiran
197 Menjelang Melahirkan
198 Palsu
199 Mulai ....
200 Proses yang Panjang
201 Zahira Kamila
202 Masa Lalu
203 Ingin Punya Lagi
204 Kedatangan Keluarga Ikram
205 Nafisah Pergi
206 Tiada Yang Tahu
207 Menerima
208 Menyadari
209 Malam Milik Mereka
210 Kejutan
211 Sikap Nadia
212 Lain Keadaan
213 Selalu Ada Rahasia
214 Curiga
215 Zahira Cepat Tumbuh
216 Hening
217 Pertukaran
218 Alhasil ....
219 Ibu
220 Mendatangi Bui
221 Saatnya Menikmati Hidup
222 Undangan Pernikahan
223 Gadis di Pemakaman
224 Gadis Pendonor
225 Persaudaraan
226 Pergi Undangan
227 Pesta Ruby
228 Maaf!
229 Ayah dan Anak
230 Berkumpul Kembali
231 Epilog
Episodes

Updated 231 Episodes

1
Vonis Dokter
2
Mengutarakan Niat
3
Pernikahan
4
Meninggalkan Rumah
5
Malam Pertama Yang Tertunda
6
Sungguh Tak Rela!
7
'Azl
8
Ungkapan Kekecewaan
9
Hati Kecil Ain
10
Mendapatkan Perlakuan Adil
11
Kembali Harmonis
12
Cemburu atau Rasa Iri?
13
Permintaan Ain
14
Bagaimana Kalau Berbuat Adil?
15
Syarat Lainnya
16
Merasa Tak Diinginkan
17
Berbicara Dengan Ain
18
Ikram Terlalu Lemah
19
Meminta Maaf
20
Menerima Tugas
21
Kabar Buruk
22
Bertemu Teman Lama
23
Sidang
24
Sikap Ikram
25
Selepas Malam Itu
26
Apakah Ini Hukuman?
27
Salah Duga
28
Salah Duga II
29
Menuntaskan Masalah
30
Ketulusan Hati Ain
31
Bertahun Telah Berlalu
32
Senyum Itu
33
Kisah Lama Nadia
34
Bertemu Teman Lama II
35
Ikram Milikku!
36
Siapa Nadia?
37
Menilik Rasa Nadia
38
Mengingatkan
39
Membujuk Ikram
40
Ain Merajuk
41
Nadia Panik
42
Ikram Tak Pernah Marah
43
Perasaan Nadia
44
Berbicara Dengan Ikram dan Ain
45
Sikap Keras Ain
46
Keikhlasan Nadia
47
Membuat Ikram Luluh
48
Bentuk Protes Ikram
49
Sebuah Kesepakatan
50
Berbicara dengan Sarah
51
Penolakan Sarah
52
Ruby Tahu
53
Pada Pernikahan Ikram
54
Satu-satunya Tempat
55
Hasutan
56
Rencana Bulan Madu
57
Nadia!
58
Ulah Siapa?
59
Menjalankan Rencana
60
Dibalik Sikap Diam Nadia
61
Dalam Kelemahan Nadia
62
Semakin Terbakar
63
Kondisi Yang Memburuk
64
Ruby Mencari Nadia
65
Tiga Anak Itu
66
Perhatian Ruby
67
Ungkapan Hati Ruby
68
Kepulangan Nadia
69
Bertengkar
70
Harga Diri dan Gengsi
71
Meminta Kembali
72
Kabar Yuni Hamil
73
Bermalam Bersama Anak-anak
74
Membantu Ikram
75
Kejadian Apa?
76
Sindiran Pada Diri Sendiri
77
Menasihati Ain
78
Berbulan Berlalu
79
Mendatangi Sarah
80
Pada Hari Yuni Melahirkan
81
Nadia Pergi
82
Mencari Nadia
83
Sarah Pergi
84
Sikap Ruby
85
Ruby Muak
86
Keadaan yang Berbeda
87
Kabar Burung
88
Nadia Sudah Pergi
89
Tangis Kerinduan
90
Terbongkar
91
Mengungkap yang Tersembunyi
92
Menyesalkah?
93
Masa Kelam Ikram
94
Masa Kelam Ikram II
95
Penyesalan
96
Semua Berakhir
97
Semua Telah Hilang
98
Mengancam Yuni
99
Kedatangan Paman
100
Pabrik Sudah Hilang
101
Rencana
102
Kejadian Tak Terduga
103
Ruby Hilang
104
Ruby Ditemukan
105
Kedatangan Nadia
106
Terlalu Percaya Diri
107
Calon Suami
108
Salah Perhatian
109
Celoteh Asal
110
Siluman
111
Rencana Yuni dan Rencana Nadia
112
Bertemu Rai
113
Kabar Rima Sakit
114
Memohon
115
Menikah Denganku
116
Siapa Paman Harits?
117
Perbuatan Yuni
118
Kebusukan Yuni
119
Transaksi
120
Kebusukan Yuni II
121
Kelakuan Yuni
122
Kehilangan
123
Asy-syarru Bisy-syarri
124
Ikram Pembunuh
125
Hari Naas
126
Hukuman Menanti
127
Rindu Mamah
128
Bertemu Rai Lagi
129
Kembali Ditolak
130
Firasat
131
Nadia Diculik
132
Firasat II
133
Siapa Dalang Penculikan
134
Ternyata ....
135
Trauma Nadia
136
Rumit
137
Berbicara
138
Siapa yang Datang
139
Dua Bulan Lagi
140
Merelakan
141
Melepaskan
142
Bukan Ini ....
143
Pulang ....
144
Tak Seperti Dulu
145
Sujud Penyesalan
146
Perpisahan
147
Tamu Tiba-tiba
148
Ibu Mertua
149
Drama
150
Calon Istriku
151
Hanya Menggertak
152
Pada Pernikahan Nadia
153
Kedatangan Mereka
154
Kabar Ain
155
Berlibur Sejenak
156
Honeymoon
157
Perjalanan
158
Kata Ustadz ....
159
Lagi dan Lagi
160
Bertemu Dia Lagi
161
Perhatian Ibu
162
Salah Faham
163
Bertengkar
164
Berbaikan
165
Bertemu Mantan
166
Ancaman
167
Tamu Tak Diundang
168
Lancang
169
Menantang Harits
170
Berani Sentuh Milikku!
171
Alasan Ibu
172
Hari Kebebasan Ain
173
Ingin Bertemu
174
Acara Lagi
175
Lagi-lagi
176
Racun
177
Dibalik Kejadian Itu
178
Hukuman
179
Hal Lain
180
Temuan Lain
181
Tak Terduga
182
Seperti Apa Paman Harits?
183
Akhirnya!
184
Hukuman
185
Masih Tetap Cemburu
186
Ikatan Batin
187
Ikatan Batin II
188
Malam Mencekam
189
Kepergian Nadia
190
Terlambat?
191
Akhirnya Bertemu
192
Berasa Seperti Mimpi
193
Saudara
194
Berpisah Lagi
195
Masalah Perkebunan
196
Menunggu Kelahiran
197
Menjelang Melahirkan
198
Palsu
199
Mulai ....
200
Proses yang Panjang
201
Zahira Kamila
202
Masa Lalu
203
Ingin Punya Lagi
204
Kedatangan Keluarga Ikram
205
Nafisah Pergi
206
Tiada Yang Tahu
207
Menerima
208
Menyadari
209
Malam Milik Mereka
210
Kejutan
211
Sikap Nadia
212
Lain Keadaan
213
Selalu Ada Rahasia
214
Curiga
215
Zahira Cepat Tumbuh
216
Hening
217
Pertukaran
218
Alhasil ....
219
Ibu
220
Mendatangi Bui
221
Saatnya Menikmati Hidup
222
Undangan Pernikahan
223
Gadis di Pemakaman
224
Gadis Pendonor
225
Persaudaraan
226
Pergi Undangan
227
Pesta Ruby
228
Maaf!
229
Ayah dan Anak
230
Berkumpul Kembali
231
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!