Berkali-kali wanita paruh baya itu berkata hal yang sama, sampai dia terduduk dan menangis.
Kini giliran mendiang anak dan suaminya yang dia panggil-panggil dalam isaknya.
"Masssss Jatmiko, kenapa kau tinggalkan aku masssss!
"Massssa, kau ajak anak-anak kita kemana???
"Cepat pulang massssa, aku kangen kalian semua!!!" rintihan Arinda sudah hampir setengah jam.
Hasil panennya sudah diambil oleh salah satu kariawan pengepulnya. Karena hal biasa, jika Arinda kumat dan menggila begitu.
Tak ada yang mendekati Arinda, meski wanita itu menggangu ketertiban umum. Tak ada yang berani memgeluh di depan wanita gila itu, secara terang-terangan.
Karena setiap malam Jumat Kliwon, di Desa Air Keruh selalu ada hal yang aneh.
Semenjak kematian seluruh keluarga Arinda, Desa Air Keruh ini sepertinya sedang ditimpa kemalangan.
Ada saja hewan ternak yang mati saat malam jumat klowon. Yang lebih mengerikan lagi, malam jumat kliwon yang lalu seseorang mati.
Orang itu adalah Mbah Bagio. Dia adalah salah satu pelaku pemerkosaan Arinda saat kembang desa itu masih muda.
Mayat lelaki tua itu penuh dengan luka sayatan dan berakhir digantung di pohon rambutan belakang rumah Mbah Bagio sendiri.
Semua warga gelisah ini adalah malam jumat kliwon berikutnya.
.
.
.
.
Thok...Thok...Thok...Thok
Bergema suara kenthongan di salah satu pos ronda di Desa Air Keruh. Suara kenthongan tanda hari menjelang malam, diiringi oleh suara kicauan burung hantu yang amat membuat bulu kuduk merinding.
Kuk...Kukkk...Kuk....Kukkkkkkk
Jam 09:00 malam, biasanya para warga masih beraktifitas. Berjualan atau sekedar ngobrol ria dengan tetangga, tapi setelah kematian Mbah Bagio. Semua warga tampak takut untuk beraktifitas malam-malam lagi.
Suasana Desa Air Keruh langsung menjadi sunyi, bahkan para warga tak ada yang menyalakan TVnya di malam khusus ini.
Karena malam ini diyakini, akan ada kematian lagi.
Di dalam rumahnya Arinda sedang memandang langit malam melalui jendela rumahnya. Dia tampak tersenyum kecil saat melihat kerlip-kerlip bintang di langit.
Tapi entah kenapa air matanya menetes, bahkan saat dia tersenyum. Wanita setengah gila itu sepertinya tak sadar dengan lelehan cairan hangat yang membasahi pipinya itu.
Dengan wajah bahagia yang penuh senyum itu Arinda terus memandangi langit, sampai langit menjadi abu-abu. Dan petir dan gemuruh mulai menyambar.
Wanita setengah gila itu masih berekspresi sama. Saat kilatan petir itu menerpa netranya, dia bahkan tak berkedip sedikit pun.
.
.
.
.
"Sepertinya akan hujan nih Pak Kades!" kata Pak Suprat, salah satu peserta ronda malam ini.
"Iya, langit sudah gelap dan gemuruhnya tak mau berhenti!" kata Pak Kades, raga pria nomor satu di Desa Air Keruh itu memang di pos ronda bersama para warga, tapi hatinya ada di tempat lain.
Renung hati paling dalam Jacson ada di tempat Arinda.
Empat tahun lelaki tampan dan masih lajang itu kembali ke Desa ini. Tapi baru waktu kejadian pembunuhan keluarga Arinda itu, dia melihat cinta pertamanya itu lagi.
Sekarang ia tau kenapa tak seorang pun yang boleh masuk ke dalam rumah itu, ternyata Jatmiko memasung istrinya sendiri. Kondisi kejiwaan yang tak normal menjadi alasan Jatmiko saat itu.
Namun Jatmiko tak sadar, jika apa yang dia lakukan pada istrinya. Mungkin adalah pemicu petaka yang menimpa keluarganya.
Tak ada yang tau, bahkan penyidik tak dapat menangkap pelaku pembunuhan keji sekeluarga itu. Mereka hanya menebak bahwa yang melakukan pembunuhan adalah orang Desa Air Keruh ini sendiri.
Jatmiko yang berprofesi sebagai tuan tanah di Desa Air Keruh memang cukup terkenal. Tapi tempramennya yang cepat marah dan selalu kasar pada penyewa tanahnya, juga lebih terkenal. Hal itu bisa menjadi sebab kematian naasnya.
Jika pembunuh itu hanya dendam pada Jatmiko lalu kenapa anak-anaknya ikut menjadi korban. Kenapa harus ada yang dia sisakan, yaitu Arinda. Lalu kenapa pembunuhan terjadi lagi.
Atau ini adalah kutukan itu. JIKA ADA GADIS PERAWAN YANG BERASAL DARI DESA AIR KERUH MENIKAH DENGAN PEJAKA DARI DESA INI JUGA, MAKA HUJAN TELUH ITU AKAN DATANG KEMBALI.
Tapi kutukan itu sudah ada semenjak jaman penjajahan, apa iya masih berlaku.
Tapi akhir-akhir ini tak ada pernikahan pemuda dan pemudi yang seperti itu di Desa ini.
"Jadi gimana ini, Pak? Kita harus tetap keliling ?!" tanya salah seorang dari robongan di pos ronda itu.
"Kita tunggu saja sampai hujan mulai reda, baru kita keliling.
"Saya mau ke rumah Arinda dan Mbah Jumiem, untuk memeriksa mereka. Mereka--kan tinggal sendiri, kasian!
"Ada yang mau ikut?" tanya Pak Kades.
"Ndral, kamu sono. Ikut Pak Kades. Nengokin para janda-janda!" tunjuk Mas Paino.
Jendral adalah siswa kelas tiga SMA dia ikut ronda karena ayahnya merantau di kota.
"Ayoookkk, Jendral!" ajak Pak Kades.
"Baik, Pak!" lelaki muda belia itu mengambil payung Mas Paijo dan membukanya.
Jendral segera mengikuti langkah kaki Pak Kades yang sudah berjalan lebih dulu.
Jendral adalah anak yang begitu pendiam, dia tak banyak bicara dan tak suka bergaul dengan siapa pun.
Meski bocah belia itu tak menonjol di bidang mata pelajaran apa pun di sekolahnya. Dia punya karakteristik seperti itu, tak ada yang tau alasannya. Bahkan kedua orang tuanya juga bingung dengan sikap dan perilaku yang dimiliki putranya tersebut.
"Kita ke rumah Mbah Jumiem dulu ya!" kata Pak Kades.
Jendral hanya menganggu pelan, tanpa bersuara.
Mereka mengetuk pintu rumah di berdinding papan itu, tak lama seorang wanita renta membuka pintu rumah sederhana itu.
"Gimana Mbah sehat?" tanya Pak Kades.
Apa yang dilakukan Pak Kades bukanlah hal yang mengagetkan bagi Mbah Jumiem. Hampir setiap hari Pak Kades yang berusia 40 tahunan itu selalu datang untuk melihat kondisi janda tua itu.
"Sehat Pak, mari masuk!" ajak Mbah Jumiem.
"Kami langsung balik aja Mbah!
"Ohhhh iya Mbah jangan lupa jendela sama pintu dikunci semua ya Mbah!" pesan Pak Kades.
"Baik, Pak!" jawab Mbah Jumiem sambil tersenyum sopan.
"Saya undur diri dulu Mbah, mau ke rumah Arinda dulu!" kata Pak Kades.
"Hari ini jangan ke sana, Pak!" ucap Mbah Jumiem.
"Kenapa Mbah?" Pak Kades bingung.
Wanita gila itu pasti tak menutup pintu rumahnya lagi. Dan Pak Kades khawatir jika pelaku pembunuhan minggu kemarin, datang ke rumah Arinda dan membunuh wanita yang pernah dia cintai semasa dia masih muda.
"Ini malem jumat kliwon, Pak!" kata Mbah Jumiem.
"Iya Mbah saya tau!" kata Pak Kades.
"Nanti bapak sial kalau ke sana!" ujar Mbah Jumiem.
"Enggak lah Mbah, saya cuma akan lihat dari jalan saja. Dan menyuruhnya menutup pintu rumahnya!" ucap Pak Kades.
"Ati-ati Pak, dibilangin ngeyel. Pokoknya saya udah bilangin lho yaaa!"
"Iya Mbah makasih sebelumnya, sudah dinasehatin!" kata Pak Kades.
Pak Kades dan Jendral pun segera pergi dari rumah berdinding papan sederhana milik Mbah Jumiem. Hujan masih turun dengan derasnya, tapi hal itu tak menyurutkan semangat Pak Kades untuk menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di Desa Air Keruh ini.
Sesampainya di depan rumah Arinda, Pak Kades dan Jendral bisa bernafas lega, karena semua pintu dan jendela rumah Arinda telah terkunci rapat.
"Sepertinya Arinda sudah tidur, kita balik sekarang, Nak Jendral!" ajak Pak Kades.
Jendral pun mengikuti ajakan Pak Kades untuk pergi dari rumah Arinda.
Sepeninggalan mereka pintu depan rumah Arinda terbuka, dan sebuah langkah kaki kurus keluar dari dalam pintu kayu yang membingkai rumah tersebut.
___________BERSAMBUNG_____________
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN LIKE ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Arra
arinda atau si pembunuh ya
2023-06-11
0
Arra
semangat thor. keren. meskipun aku bacanya pusing kalau berbau bunuh2an tapi kok kepo. hadeh 🤭 semoga ngga kebawa mimpi
2023-04-29
0
autophia
Kenapa kalo kerumah arinda jadi sial?
2022-06-22
0