Fatih yang sedang mengalami siksaan karena kuatnya obat rangsangan itu. Terus memanggil nama Mentari. Mendengar nama Mentari yang dipanggil oleh suaminya, membuat Zahra merasa menjadi istri yang tidak berguna. Zahra terus mengguyur kepala Fatih pakai shower agar bisa meredakan rangsangan dalam tubuhnya.
"Nggak bisa Zahra, aku membutuhkan Mentari saat ini,"
"Tapi Mas, saat ini Mentari sulit dihubungi, dia lagi sibuk ada acara di keluarganya,"
Zahra menangis melihat suaminya yang kelihatannya sangat menderita sekali. Seandainya dia bisa, saat ini juga dia akan melakukannya, tapi dia tidak bisa. Karena bila itu terjadi ada kemungkinan lagi dia di rawat ke rumah sakit, dan Fatih tidak suka itu.
"Mas, sama aku aja. Aku kira saat ini bisa melakukannya!" Zahra berani mengambil resiko itu, daripada harus melihat suaminya menderita.
"Tidak, Zahra. Itu akan membuatmu kesakitan lagi. Aku nggak mau melihat kamu seperti dulu lagi. Aku nggak mau sampai harus kehilanganmu,"
Walau kini Fatih telah kedinginan, gairah dalam dirinya masih saja tinggi. Bahkan giginya sudah saling beradu.
"Kalau begitu sama aku aja, Kak!" ajak Jihan, dan itu sukses membuat Zahra membelalakan matanya, tak percaya dengan apa yang di dengar dari sepupunya itu.
"Apa maksud kamu, Jihan!" suara Zahra sangat tinggi memenuhi kamar mandi itu.
"Aku rela memberikan keperawananku untuk Kak Fatih!" kata Jihan dengan penuh ke ikhlas.
Zahra melayangkan tangannya menampar pipi kanan Jihan. Sampai-sampai di wajahnya ada bekas telapak tangan saking kerasnya tamparan yang dilayangkan oleh Zahra. Napas Zahra memburu amarahnya memuncak.
"Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan barusan!" teriak Zahra di depan muka Jihan.
"Kak Zahra tidak melihat kalau Kak Fatih itu kesakitan!" Jihan nggak mau kalah, dia juga meninggikan suaranya.
"Kamu ingin berbuat zina dengan suamiku!" Tiba-tiba suara yang sedang dirindukan oleh Fatih terdengar di sana.
Mentari menarik kemudian mendorong Jihan agar keluar dari kamar mandinya.
"Mentari!" seru Zahra senang.
"Dengar Jihan, bukannya Mas Fatih tidak akan mengijinkan kamu untuk naik ke lantai atas! Kenapa kamu malah masuk ke dalam kamarku!"
Jihan yang melihat Mentari berdiri di depannya menjadi gelagapan. Mungkin untuk melawan Zahra, dia berani. Tinggal merengek dan mengadu pada orang tua Jihan. Namun Mentari berbeda, dia tidak akan bisa melawannya secara langsung. Belum ada cara yang bisa membuat Mentari kalah tak berkutik.
"Sekarang juga keluar dari kamarku!" Mentari menunjukan jari telunjuknya ke arah pintu. Jihan pun cepat-cepat pergi keluar dari sana.
Mentari menghampiri Fatih yang sedang berendam di dalam bathtub. Fatih senang sekali saat melihat Mentari datang.
"Mas, masih bisa dengar aku 'kan?" tanya Mentari sambil membuka baju Fatih.
Fatih menganggukan kepalanya, dan membantu Mentari membuka bajunya yang sudah basah. Kemudian menariknya keluar dari bathtub itu.
Zahra bingung mau ngapain, karena kini sudah ada Mentari di sana. Maka Zahra pun keluar dari kamar mereka.
Fatih benar-benar sudah tidak tahan lagi. Saat Mentari membantu membuka bajunya Fatih yang basah. Fatih mencium bibir Mentari dengan brutal, hanya satu detik diberi kesempatan untuk menarik napasnya. Mentari yang sudah pernah menangani suami yang di jebak oleh obat perangsang seperti ini, tidak mengalami kesulitan dalam menanganinya.
Mentari bisa mengimbangi Fatih yang dikuasai oleh gairah yang membuncah tinggi. Dia juga tahu harus bagaimana karena di dalam rahimnya juga sedang ada bayi mereka. Setelah selesai menuntaskan hasratnya, Fatih sudah bisa menguasai dirinya.
"Mentari … maafkan aku. Apa aku telah menyakitimu?" tanya Fatih dengan wajahnya yang cemas karena melihat Mentari yang kelelahan.
"Tidak, Mas. Aku baik-baik saja," jawab Mentari sambil tersenyum manis, tapi di mata Fatih itu senyuman yang menggoda.
"Mentari …."
"Ya, lakukan saja Mas. Aku masih sanggup," Mentari memahami dari tatapan Fatih untuknya.
Dua kali menikah dengan laki-laki yang memiliki gen keluarga Green. Membuat Mentari bisa mengimbangi hasrat mereka yang terbilang tinggi. Mereka tidak pernah bercinta dengan waktu yang singkat. Pasti hitungannya adalah jam.
"Mas, lapar nggak?" tanya Mentari saat mereka sudah selesai mandi besar di tengah malam.
Fatih yang sedang mengeringkan rambut Mentari hanya tersenyum, dan itu terpantul di cermin yang besar di depannya itu.
"Aku lapar tadi belum sempat makan, karena aku lihat ada panggilan dari Zahra. Takut terjadi sesuatu di sini, akhirnya aku ngebut pulang. Meski Ayah dan Bunda melarang, aku nekad aja, pikiran dan hatiku tidak tenang."
"Eh, benar saja. Ternyata ada ular betina yang mau mengajak suami aku untuk berzina," Mentari meluapkan emosinya karena dia sedang lapar.
Melihat Mentari yang seperti itu, malah terlihat lucu di mata Fatih. Ditariknya tangan Mentari, kemudian dituntunnya menuju dapur.
"Mau makan apa dini hari begini?" tanya Fatih sambil melihat isi lemari bagian atas.
"Kayaknya, makan mie pakai telor enak juga," jawab Mentari sambil tersenyum.
"Siap Nyonya. Akan saya buatkan mie rebus spesial dengan bumbu penuh cinta," kata Fatih yang sudah mulai tertular gombalan Mentari.
Mentari hanya tertawa tertahan, karena ini sudah lewat tengah malam. Dia tidak mau mengganggu tidur, Zahra ataupun Jihan.
Mentari duduk di meja makan sambil melihat Fatih yang sedang memasak mie untuknya. Dia sangat suka saat melihat suaminya itu sibuk memotong sayuran dan mengaduk-aduk mienya. Tak sampai eman menit, mie spesial buatan Fatih sudah ada di hadapannya.
"Mas, kita makan mie ini berdua, ya!" ajak Mentari sambil menyerahkan satu sendok untuk Fatih.
Keduanya pun memakan mie itu dalam satu mangkuk. Saat di pertengahan mereka makan, ternyata ada beberapa mie yang terhubung. Mentari hendak memotongnya memakai sendok, tapi Fatih menahannya. Jadinya mereka meneruskan memakan mie itu hingga bibir keduanya saling terhubung dan menyatu.
Fatih ******* bibir Mentari dengan lembut penuh perasaan cinta dalam hatinya. Begitu juga dengan Mentari dia membalasnya. Keduanya terbuai dalam euphoria. Jantung yang saling bertalu dan hati yang berbunga-bunga. Diantra mereka berdua tidak ada yang ingin mengakhirinya.
Zahra yang melihat apa yang sedang mereka berdua lakukan. Itu membuatnya meneteskan air mata kecemburuan di hatinya. Dia tidak mengira kalau suaminya akan secepat ini membagi cintanya.
Zahra tidak mau kalau posisi dirinya di hati Fatih digeser oleh Mentari. Hanya dia yang boleh bertahta di hati suaminya itu. Dulu Zahra meminta Mentari karena, percaya kalau Fatih tidak akan bisa berpaling kepada wanita lain. Walau Fatih sudah pernah bicara, hati kita Allah-lah yang membolak-balikannya. Kita tidak tahu apa yang akan dirasakan oleh hati kita hari ini, esok, atau lusa.
******
JANGAN LUPA BACA JUGA KARYA AKU YANG LAINNYA YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
bagus sekali thor. coba thor jihan sm mmnya biar keluar dari rmh. Fatih
2022-01-10
1
alvalest
sweet banget ya fatih...
2022-01-09
1
Bawang
Aih sudah dimulai dramanya 🥲😭🥲😭
Jihaaan ampoon dah. Hush hush pegi2 😌😌
Lanjooet kak 💃🏻💃🏻💃🏻
2021-11-14
3