Fatih dan Mentari sedang berada di rumah sakit. Ternyata Zahra terluka hanya di bagian kaki kanannya. Walau begitu dia merasa kesakitan dan merasa kesulitan saat berjalan.
"Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Fatih dengan nada sangat khawatir.
"Aku tidak apa-apa, Mas," jawab Zahra sambil tersenyum agar suaminya itu tidak terlalu khawatir.
"Tidak apa-apa … apanya! Lihat kaki kamu itu di kasih gips," kata Mentari sambil mencubit kedua pipi Zahra.
"Hehehe … maksudku, tidak parah. Aku masih bisa jalan kok!" kata Zahra sambil ketawa.
"Zahra … kalau kamu sampai harus menginap di rumah sakit, itu tandanya kamu harus dirawat secara intensif. Karena takut ada apa-apa nantinya," kata Mentari gemas sambil menggelitik dagu Zahra dan membuatnya ketawa karena geli.
Mentari dan Fatih tidak jadi pergi bulan madu. Mereka bertiga malah tidur menginap di rumah sakit, milik keluarga Hakim. Zahra juga sebenarnya menyuruh mereka untuk pergi bulan madu saja. Apalagi jadwal libur mereka cuma sebentar. Namun Mentari menolaknya, tidak mau meninggalkan Zahra sendirian di rumah sakit.
Saat tengah malam, Zahra terbangun karena merasa haus. Dia pun meminum air yang ada di gelas di atas nakas. Dilihatnya Fatih dan Mentari sedang tertidur di sofa sambil berpelukan. Melihat itu Zahra tersenyum bahagia.
"Mas, semoga dengan kehadiran Mentari dalam hidupmu. Kamu bisa mendapatkan kebahagian yang baru," gumam Zahra sambil melihat Fatih yang semakin mengeratkan pelukannya kepada Mentari.
"Ya Allah, semoga Engkau selalu memberikan kebahagiaan untuk mereka," Zahra berdoa dengan tulus dan ikhlas untuk suami dan sahabatnya itu.
Zahra duduk bersandar di ranjang pasien, sambil memainkan handphone-nya. Dilihatnya foto-foto kenangan dirinya dan Fatih yang jumlahnya ribuan lebih. Semua foto itu dia dan Fatih terlihat sangat bahagia. Zahra merindukan saat-saat seperti waktu itu lagi dalam hidupnya.
"Apa aku bisa mengulang kembali, seperti di foto kenangan ini?" kata Zahra dengan lirih.
Seperti biasa alarm di handphone Fatih berbunyi tanda untuk bangun dan melaksanakan sholat tahajud. Mentari yang berada dalam dekapan Fatih, bangun dengan cepat. Karena tidak mau sampai Zahra melihatnya, kalau dia tidur sambil berpelukkan dengan Fatih. Mentari ingin menjaga perasaan Zahra, jangan sampai merasa hatinya tersakiti.
Fatih terkejut, dengan gerakan tiba-tiba dari Mentari yang langsung bangun. Biasanya dia akan merasakan sentuhan lembut di wajahnya, saat Mentari membangunkannya. Fatih sangat suka saat dia membuka matanya, hal pertama kali yang dilihatnya adalah senyuman manis milik Mentari.
"Ada apa?" tanya Fatih sambil mematikan alarm di handphonenya.
"Hm … aku ingin ke kamar mandi dulu," kata Mentari cepat-cepat berjalan saat melihat ada pergerakan dari Zahra.
Fatih pun melaksanakan sholat tahajud berjamaah bersama kedua istrinya. Zahra yang kakinya masih sakit, shalatnya sambil duduk di kursi. Sedangkan Mentari berdiri di sampingnya.
Setelah shalat subuh berjamaah, mereka kedatangan Cantika dan Alex yang akan pamit pulang ke Amerika. Sekalian menjenguk Zahra yang baru saja diketahui beritanya tadi malam. Kalau Zahra tertabrak motor di parkiran hotel.
"Zahra, kamu harus cepat sembuh. Agar nanti pas aku kembali ke sini, kita bisa jalan-jalan. Karena kemarin kita belum melakukannya," kata Cantika sambil menggenggam tangan Zahra.
"Hehehe … karena kemarin kita sibuk mempersiapkan pernikahan Mas Fatih dan Mentari," kata Zahra sambil tersenyum lebar.
"Semalam si Gaya juga kirim pesan, tanya kapan kita akan jalan-jalan. Aku balas nanti kalau kita bisa kumpul lagi, karena Cantika mau pulang ke Amerika," kata Mentari sambil tersenyum.
"Ah, aku masih betah tinggal di sini!" kata Cantika sambil menghela napasnya.
"Honey, ayo kita berangkat sekarang! Anak-anak sudah kesal menunggu," ajak Alex kepada Cantika.
"Ingat kalau ada apa-apa cepat hubungi aku. Meski di Amerika aku akan datang secepatnya ke sini," kata Cantika sambil memeluk Zahra kemudian Mentari secara bergantian.
*****
Zahra dirawat di rumah sakit hanya dua hari, karena dia merasa sudah baikan. Di rumah pun Zahra minta pindah kamarnya di lantai satu agar tidak naik turun tangga. Kakinya masih linu dan sakit kalau harus naik tangga, apalagi anak tangganya banyak. Rumah Fatih memang tidak pakai lift sebagai jalan alternatif untuk naik ke atas, karena menurutnya saat itu tidak membutuhkannya.
"Apa aku pasang lift saja seperti di rumah Papa?!" tanyanya kepada Zahra yang kini sedang duduk di samping kasur di kamar barunya di lantai satu.
"Nggak perlu Mas, karena ini hanya sementara," jawab Zahra sambil menggelengkan kepalanya.
"Tapi 'kan, Mas dan Mentari tidurnya di lantai atas. Apa Mas dan Mentari juga pindah kamarnya ke lantai satu. Masih banyak kamar kosong di sini," ucap Fatih.
Saat Zahra dan Fatih sedang berbincang di kamar barunya. Mentari sedang membereskan barangnya di kamar lantai atas. Ada dua koper barang miliknya yang dibawa dari rumahnya. Walau Fatih dan Aurora sudah menyiapkan semua keperluan untuknya. Tetap saja Mentari lebih suka pakai baju-baju miliknya.
Saat Mentari sedang membereskan lemari pakaiannya, tiba-tiba ada tangan yang melingkari tubuhnya. Mentari terpekik kaget, dan dia tahu itu ulah suaminya.
"Mas jangan membuatku kaget!" Mentari berkata dengan mode galaknya. Itu malah membuat Fatih tertawa dan makin mengencangkan pelukannya.
"Sudah hentikan dulu beres-beresnya, nanti Mas bantuin. Sekarang ayo kita makan siang dulu!" ajak Fatih sambil mencium tengkuk Mentari. Telinga Mentari langsung merah setelah Fatih mencium tengkuknya.
******
"Mas, kalian harus jadi pergi bulan madu, ya!" pinta Zahra saat mereka selesai makan siang bersama.
"Nggak, Zahra. Kita akan pergi berbulan madu, kalau semuanya sudah dalam keadaan baik-baik saja." Fatih meminum jus jambu miliknya, "terutama saat ini kamu masih dalam keadaan sakit."
"Benar Zahra, aku nggak mau ninggalin kamu. Mana mungkin aku bisa bersenang-senang, yang ada pasti memikirkan kamu yang lagi sakit," kata Mentari sambil membereskan piring yang kotor.
"Kalau begitu, kapan kalian akan pergi berbulan madu?" tanya Zahra sambil ikutan membereskan meja makan dari wadah-wadah bekas makanan.
"Itu kapan-kapan juga bisa dilakukan," kata Mentari sambil membawa semua wadah yang kotor ke washtaple untuk di cuci.
"Kamu duduk saja, temani Zahra ngobrol! Biar Mas yang mencuci piringnya," pinta Fatih ketika Mentari akan menuangkan sabun cair ke spons cuci piring.
Zahra pun melambaikan tangannya agar Mentari ikut duduk di kursi sampingnya. Akhirnya Mentari pun ikut duduk di kursi meja makan sambil memperhatikan Fatih mencuci piring.
"Kita kualat nggak membiarkan suami kita mencuci piring. Sedangkan kita hanya menontonnya?!" tanya Mentari kepada Zahra dengan berbisik.
"Nggaklah, itu salah satu bentuk perhatian Mas Fatih kepada kita istrinya. Agar tidak terlalu capek bekerja," balas Zahra dengan berbisik.
Tiba-tiba ada pesan masuk ke handphone Mentari dan Fatih yang di simpan di atas meja makan secara bersamaan. Mentari melihat nama pengirimnya, ternyata Mama mertuanya.
Persiapkan diri kalian sore ini. Untuk pergi bulan madu ke Karimunjawa.
"Mas ini?!"
"Iya, sepertinya kita harus pergi. Zahra apa kamu mau ikut?" tanya Fatih kepada istri pertamanya. Karena Zahra ingin pergi kesana dua bulan yang lalu, tapi belum terlaksana karena terlalu sibuk.
"Tidak … mama Aurora akan menjemputku untuk tinggal bersamanya selama kalian pergi bulan madu," tolak Zahra sambil menyodorkan handphone yang berisi pesan dari mertuanya itu.
"Baiklah. Ayo Mentari kita pergi bulan madu!"
******
MAMPIR KE KARYA AKU YANG LAINNYA YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Eny Hidayati
Baik atau buruk ... tidak ada yang tahu ... kita semua mengikuti kemana Author membawa alur ini ... Thor ... aq ingin mencubit ginjalmu ... karena ceritamu bikin aq BAPER ... 😔
2024-03-01
1
Katherina Ajawaila
bagus cerita nya thor saling pengertian, mesra pula,
2022-01-10
1
alvalest
wah ni kyk layangan potek its my dream not her...hiks hiks hiks...
2022-01-08
1