#MENTARI, FATIH, DAN ZAHRA (7)

      Menjelang siang Fatih dan Mentari baru turun untuk makan. Entah sarapan atau makan siang sebutan bagi mereka. Karena jam menunjukan sudah pukul sepuluh lebih. Begitu keduanya selesai makan, ada saudaranya Zahra menghampiri mereka.

"Eh, Nak Fatih. Baru makan?!" tanya seorang wanita paruh baya yang Fatih kenal sebagai bibinya Zahra, dia menyebutnya Bibi Widuri.

"Bibi Widuri. Iya kita baru selesai makan bersama," jawab Fatih sambil tersenyum ramah.

"Kamu ini, walau sudah punya dua istri, tapi tetap saja masih kurang perhatian! Masa jam segini baru makan?!" kata Widuri dengan nada menyindirnya sambil menggerakan bibirnya yang keriting.

     Fatih dan Mentari saling berpandangan, kemudian menggerakan alis mereka sebagai tanda mereka sedang komunikasi. Mentari tidak suka caranya bibi Widuri berbicara. Seolah dia bukan istri yang baik karena telah menelantarkan suaminya.

"Sebenarnya Fatih yang ingin makan jam segini. Kalau agak pagi, di sini ramai banyak orang," balas Fatih setelah mendengarkan perkataan Widuri.

"Oh … kamu itu laki-laki yang baik Fatih. Pantasnya mendapatkan seorang istri yang baik pula!" kata Widuri sambil memandang remeh kepada Mentari.

"Alhamdulillah. Allah sangat sayang kepadaku sehingga di kasih istri-istri yang baik dan Sholeha," jawab Fatih dengan nada bicara yang sopan kepada Widuri.

     Mendengar perkataan Fatih, hati Mentari merasa berbunga-bunga. Ada getaran halus di hatinya. Apalagi saat Fatih bicara istri-istri yang baik dan Sholeha, sambil melihat ke arahnya. Membuat Mentari sangat bahagia. Perasaannya langsung melambung tinggi.

"Bibi dengar Zahra itu mandul, tidak bisa punya anak! Makanya kamu menikah lagi. Anak Bibi, Jihan dia gadis yang sehat, dan masih perawan lagi. Kalau Fatih mau, Jihan bersedia menjadi istri Fatih yang ketiga dan memberikan anak keturunan untukmu Fatih," kata Widuri panjang mempromosikan anak perawannya.

"In sha Allah, Mentari juga wanita yang sehat dan siap untuk mengandung anak keturunan aku, bila Allah mempercayai kepada kita. Karena Allah yang punya kuasa mau memberikan anak kepada yang dikehendaki-NYA. Mudah-mudahan aku dan Mentari termasuk orang-orang yang dipercaya untuk mendapatkan keturunan." 

     Fatih berdiri dan menarik tangan Mentari agar ikut berdiri juga. " Maaf, Bibi. Aku mau pergi bersama istriku, karena masih punya banyak hal yang harus kami kerjakan. Permisi," kata Fatih meninggalkan Widuri seorang diri.

     Fatih tidak suka kepada orang yang suka membicarakan orang lain, baik itu membicarakan aib seseorang atau menggosipkan orang lain yang belum tentu kebenarannya. Perkataan Widuri tadi yang menyinggung tentang kemandulan Zahra, membuatnya sakit hati.

"Mas, kita mau kemana?" tanya Mentari saat mereka melewati kamar tempat menginapnya semalam.

"Kita akan menemui Zahra," jawab Fatih sambil tersenyum.

     Kamar Zahra menginap ternyata di kamar sebelahnya. Fatih pun langsung masuk, tahu kamar itu tidak dikunci. Saat mereka masuk ternyata Zahra, Gaya dan Cantika sedang bersenda gurau di sana.

"Kalian ini, kumpul-kumpul nggak ngajak aku," Mentari cemberut saat melihat ketiga sahabatnya sedang bersama dan bercanda.

"Eh, penganten! Sini-sini … mau cerita apa?" tanya Gaya dengan ciri khas dirinya yang cablak sebelas dua belas bila Mentari sudah kumpul dengannya.

"Mau cerita malam pengantin kalian," bisik Gaya sambil tersenyum menggoda Mentari.

"Nggak perlu cerita, kalian juga sudah tahu," Mentari Mencubit pipi Gaya dengan kuat.

"Aw … Sayang! Mentari mencubitku dengan sangat keras," teriak Gaya memanggil Arga yang sedang asik ngobrol sama Alex dan Fatih.

     Mendengar teriakan istrinya, Arga melihat ke arahnya dan hanya tersenyum, lalu dia melanjutkan lagi obrolan bersama Alex dan Fatih. Itu malah membuat teman-temannya tertawa puas.

"Kasihan banget di cuekin sama lakinya," kata Mentari sambil tertawa terkekeh.

"Awas saja, nanti malam tidak akan dapat jatah," kata Gaya sambil memanyunkan bibirnya. Perbuatannya itu malah membuat teman-temannya makin tertawa kencang, bahkan Zahra pun kini bisa tertawa dengan lepas.

      Fatih yang sedang berkumpul dengan saudara dan temannya itu, tersenyum saat melihat Zahra bisa tertawa lepas. Bahkan Mentari yang duduk bersebelahan dengan Zahra, juga sama sedang tertawa lepas.l

"Mereka itu sedang membicarakan apa sich, sampai tertawa seperti itu?" tanya Arga sambil melihat ke arah perkumpulan para istri yang duduk di sofa depan TV yang ada di kamar hotel itu.

"Aku rasa mereka sedang menggoda istri kamu," jawab Alex yang juga ikutan melihat ke arah istri tercintanya, Cantika.

"Kapan kamu akan pulang ke Amerika, Al?" tanya Fatih kepada sepupunya itu.

"Lusa, karena banyak jadwal rapat yang tertunda karena kedatangan ku kesini," sindir Alex kepada Fatih yang baru bicara soal pernikahannya dengan Mentari, Minggu kemarin. Sehingga mengganggu agenda kerjanya yang sudah disusun dengan baik.

"Maaf itu karena keinginan Zahra. Aku menolak pun percuma nggak didengar," sanggah Fatih.

"Bila istri sudah punya keinginan, kita para suami hanya bisa mengikutinya," kata Arga setelah meletakan gelas yang berisi jus alpukat.

"Itu cara kita menghargai mereka yang sudah mengurus kita dan anak-anak. Dengan mengikuti keinginannya membuat hati mereka senang," balas Alex.

"Hah, benar juga bila hati mereka sedang tidak senang, kita akan kena imbasnya," bisik Arga dan direspon ketawa oleh Fatih dan Alex.

******

      Fatih, Mentari, dan Zahra makan malam bersama keluarga mereka. Ada orang tua dan adik-adik mereka. Suasana harmonis terlihat di acara makan malam itu. Semuanya senang dan baik-baik saja. Apalagi ada Ghazali yang sering membuat suasana di sana menjadi hangat. Karena banyolannya yang membuat ketawa orang-orang di sana.

     Setelah selesai makan malam bersama. Mereka semua kembali ke kamarnya masing-masing. Begitu juga dengan Zahra. Dia baru saja duduk di sofa, bel di pintu kamarnya sudah berbunyi.

      Dengan langkah yang cepat Zahra menuju pintu, karena si tamu terus membunyikan suara bell berkali-kali. Begitu pintu dibuka, ada Widuri dan Jihan yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Ada apa, Bi? Malam-malam begini datang ke kamarku," tanya Zahra berdiri di depan pintu kamarnya, seolah tidak mengizinkan mereka berdua masuk ke dalam.

"Ada yang mau Bibi bicarakan!" kata Widuri sambil mendorong Zahra ke samping agar memberinya jalan untuk masuk.

"Wah, Zahra kamar kamu bagus sekali!" kata Jihan saat masuk ke dalam.

"Ini seperti apartemen mewah!" lanjut Jihan dengan tatapan terpesonanya saat melihat isi kamar inap Zahra.

"Bibi, mau bicara apa? Katanya mau ada yang diomongin," tanya Zahra sambil mengikuti mereka, yang sedang berkeliling kamar hotel.

"Oh iya sampai lupa," kata Widuri sambil tersenyum tak tahu malu.

"Begini Zahra, apa kamu bisa menjadikan Jihan istri ketiga Fatih?!" Kata Widuri dengan tatapan penuh harap.

"A--Apa!" Zahra sangat terkejut saat mendengar keinginan dari istri pamannya itu.

******

MAMPIR JUGA KE KARYA AKU "TRIO KANCIL" AGAR KALIAN TAHU HUBUNGAN AWAL PARA TOKOH DI NOVEL INI.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***