Berbagi Cinta : Dipaksa Menikahi Cucu Mantan Suami

#MENTARI, FATIH, DAN ZAHRA (13)

Fatih terdiam saat ibu mertuanya membicarakan tentang bibinya dan sepupunya Zahra, yang diperbolehkan untuk tinggal di rumahnya. Dia sungguh tidak suka dengan keberadaan orang asing yang tinggal di rumahnya.

"Apa Zahra belum bicara kepada Ibu, keputusan yang Fatih buat, tadi pagi?" tanya Fatih kepada Mirna.

"Sudah, hanya saja … mereka itu hanya berdua … bila terjadi sesuatu apa-apa dengan mereka, siapa yang akan membantunya?" Mirna menatap Fatih dengan pancaran matanya yang memohon biarkan Widuri dan Jihan untuk tinggal dirumahnya.

"Suaminya Widuri, mempercayakan mereka kepada Ibu. Kalau ada apa-apa tolong dibantu. Kini mereka sedang kesulitan, jadi Ibu mohon izinkan mereka tinggal di sini, ya. Ibu percaya kalau kamu bisa menjaga mereka untuk Ibu," lanjut Mirna, dan Fatih diam sambil mendengarkan.

"Fatih akan sewakan apartemen yang memiliki pengamanan yang terjamin dan sangat bagus, untuk Bibi Widuri dan Jihan agar mereka merasa dilindungi," kata Fatih.

"Tidak Fatih, Bibi ingin tinggal di sini saja. Bibi tidak suka tinggal di apartemen," tolak Widuri dengan cepat.

"Iya Nak Fatih, Ibu juga lebih tenang kalau menitipkan mereka kepadamu," pinta Mirna.

"Fatih 'kan bekerja dari pagi sampai sore, tidak bisa menjaga mereka. Di rumah ini juga tidak ada security," kata Fatih berusaha untuk menolak permintaan Widuri dan Mirna.

"Mas, sudahlah kasihan Bibi Widuri ingin tinggal di sini. Biar Zahra ada temannya juga, karena sekarang sudah tidak kerja jadinya merasa kesal kalau di rumah sendirian, " kata Zahra sambil membawa dua toples kue, sedangkan Mentari membawa tujuh gelas minuman teh hangat.

"Tuh Zahra juga sudah mengizinkan, mereka untuk tinggal di sini. Jadi tidak apa-apa 'kan?!" kata Mirna sambil tersenyum.

"Iya, Nak Fatih. Bibi bisa menjaga Zahra untuk kamu. Kasihan Zahra yang lagi sakit, kalau di tinggal sendirian di rumah," kata Widuri makin mendesak Fatih.

Fatih melihat ke arah Zahra, karena merasa bersalah akhirnya Zahra menundukkan kepalanya. Mentari yang melihat itu, merasa kasihan kepada Zahra. Tadi sewaktu di dapur Zahra bercerita, kalau ibunya sudah di beri amanah oleh pamannya untuk menjaga istri dan anak semata wayangnya. Jadi ibunya mendesak Zahra untuk menuruti keinginan bibinya itu.

"Aku juga setuju, karena makin banyak orang, rumah ini akan terasa lebih ramai," kata Mentari untuk memecah ketegangan di sana.

Fatih melihat ke arah Mentari, dengan tatapan tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Mentari pun mengedipkan sebelah matanya. Dia memberikan kode agar suaminya tidak perlu mencemaskannya.

"Baiklah terserah kalian saja. Hanya saja jangan ada yang lain ke lantai atas. Aku tidak mengizinkannya," kata Fatih lalu pergi menuju lantai atas.

*******

Akhirnya Widuri dan Jihan tinggal di rumah Fatih. Mereka menempati kamar tamu yang dekat dengan kamar Zahra. Sejak pagi dapur sangat ramai oleh suara Widuri yang sedang masak untuk sarapan. Fatih merasa waktu bersama istri-istrinya menjadi tidak berkualitas. Biasanya pagi-pagi mereka bertiga akan memasak bersama. Membicarakan kegiatan yang akan dijalani seharian itu, kini kegiatan itu tidak ada.

Mentari yang melihat Fatih terus mengerutkan keningnya, merasa kasihan juga. Dia mengerti apa yang dirasakan oleh suaminya itu.

"Mas … yuk!" Mentari mengajak Fatih untuk menemui Zahra yang sedang berada di kamarnya.

"Zahra kita jalan-jalan di depan yuk! Kita hirup udara segar di pagi hari," ajak Mentari sambil menggandeng Fatih.

"Nggak masak kita pagi ini?" tanya Zahra yang sedang siap-siap untuk membuat sarapan.

"Sudah ada bibi Widuri yang sedang memasak," jawab Fatih dengan nada kesal.

Mereka bertiga pun akhirnya jalan-jalan mengelilingi rumah sambil bersenda gurau dan tertawa terbahak. Mentari dialah biang keladi dari semua itu. Tidak sampai tiga puluh menit, mereka jalan-jalan pagi itu. Suasana hati Fatih sudah baik lagi.

Kini mereka semua sarapan bersama-sama. Di meja makan sudah tersedia banyak menu makanan mungkin lebih dari lima menu yang berbeda-beda.

"Ayo Fatih, silahkan cicipi makanan yang sudah dibuat oleh Jihan! Dia itu pandai memasak, pokoknya Jihan itu istri idaman," kata Widuri yang seperti tukang sales panci yang menjajakan, barang dagangannya.

Tugas Mentari melayani Fatih saat makan, dia menawarkan makan mana yang mau dimakan olehnya. Melihat itu Widuri memberi isyarat kepada Jihan.

"Kak Fatih coba cumi asam pedas buatan Jihan ini, enak banget loh," kata Jihan sambil meletakan cumi asam pedasnya di piring Fatih.

"Iya, Bibi juga suka itu," kata Widuri ikut menimpali pembicaraan Jihan.

Sarapan hari itu sungguh tidak bisa dinikmati oleh Fatih. Wajah Fatih datar selama sarapan, dan makannya tidak habis. Karena Widuri terus saja mengoceh hal yang tidak perlu menurut Fatih, selama sarapan itu.

"Zahra, Mas berangkat dulu. Hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa cepat hubungi Mas, juga mama Aurora.

"Iya, Mas," jawab Zahra sambil mencium tangan tangan suaminya.

"Mas berangkat untuk mencari rizkiNya yang barokah, ya Sayang. Buat bekal keluarga kita," kata Fatih sambil mencium kening Zahra, kegiatan sehari-harinya itu tak luput dari perhatian Widuri dan Jihan.

"Lihat apa yang suka dilakukan oleh istri-istrinya Fatih. Kamu juga harus bisa seperti mereka. Perhatikan dan cari tahu apa saja yang disukai atau dibencinya. Jangan sampai luput dari perhatianmu," bisik Widuri kepada Jihan.

******

Saat sore hari, saat Fatih dan Mentari pulang, Jihan sudah menunggu mereka di depan rumah, dan menyambut kedatangan Fatih.

"Assalamu'alaikum, Kak Fatih. Sudah pulang?" tanya Jihan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Fatih dan Mentari bersamaan.

"Jihan kamu itu menanyakan sesuatu yang nggak perlu dijawab," kata Mentari kemudian cepat-cepat jalannya mengejar suaminya yang sudah masuk ke dalam rumah.

Jihan menghentakkan kakinya, karena kesal pada Mentari.

"Awas kamu, Mentari. Akan aku buat Kak Fatih membencimu!" gumam Jihan sambil melihat Mentari yang sedang berjalan sambil dirangkul oleh Fatih.

******

Saat makan malam pun lagi-lagi Widuri mendahului Mentari dan Zahra saat mau memasak. Widuri bilang kalau mulai saat ini biar dirinya dan Jihan yang bertugas untuk memasak di rumah. Dengan alasan itu sebagai balasan ucapan terima kasih mereka kepada keluarga Fatih.

"Lho, kenapa pada nonton tv, katanya tadi mau masak bareng," kata Fatih sambil menghampiri kedua istrinya yang sedang duduk di sofa.

"Dapur sudah diambil alih oleh Bi Widuri!" kata Zahra dengan wajah cemberut, karena dia ingin masak bareng sama Mentari, rencananya mereka mau masak soto Jawa, resep neneknya Mentari.

"Ya, sudah nanti tinggal bilang, besok giliran kalian yang masak," kata Fatih sambil mengelus kepala Zahra.

Perhatian Fatih kepada Zahra tak pernah luput dari penglihatan Mentari.

"Ya Allah, padahal mereka begitu saling mencintai. Mudah-mudahan Engkau memberikan kesembuhan untuk Zahra. Karena akan begitu sakit rasanya saat orang yang kita cintai dan sayangi pergi meninggalkan kita." Mentari tersenyum ke arah mereka berdua yang duduk di sampingnya.