#MENTARI, FATIH, DAN ZAHRA (15)

      Saat pagi harinya, Fatih dan Mentari menemui Zahra di kamarnya. Fatih pun memberitahu Zahra soal kehamilan Mentari, dari hasil test pack. Zahra pun menyambutnya dengan penuh suka cita. 

"Beneran kamu hamil, Mentari!" seru Zahra saat melihat ketiga alat test pack yang digunakan semalam oleh Mentari.

"Alhamdulillah, aku senang sekali," lanjut Zahra dan senyum bahagia terlukis di wajahnya.

"Selamat ya, Mas. Akhirnya kamu bisa menjadi seorang ayah!" kata Zahra sambil menangis terharu dan memeluk Fatih.

"Aku rasa lebih baik kita pergi ke rumah sakit!" ajak Fatih kepada kedua istrinya.

      Fatih, Mentari, dan Zahra langsung pergi ke rumah sakit Ibu dan Anak milik keluarga Hakim. Mereka ingin memastikannya dengan benar, tentang kehamilan itu. Walau tadi Zahra sudah memastikannya. Karena dia dulunya dokter ahli kandungan. Namun Fatih ingin melihat bayinya lewat USG.

*****

"Selamat ya, Pak! Ibu Mentari sudah hamil sebelas minggu," kata Dokter Rahma rekan kerjanya Zahra saat dulu dia masih bekerja di sana.

"Alhamdulillah, Sayang akhirnya aku akan menjadi seorang ayah!" kata Fatih kepada Zahra yang duduk di sampingnya, sedangkan Mentari masih berbaring di brankar karena sedang dilakukan USG.

"Kita harus memberi tahu papa dan mama, tentang kabar bahagia ini!" kata Fatih sambil menekan panggilan kepada mamanya.

     Sementara itu Mentari dibantu oleh Asisten Dokter, membersihkan perutnya dari bekas gel saat memeriksa lewat USG.

"Selamat ya, Nyonya Mentari anda hamil anak kembar," kata Asisten Dokter yang berdiri di dekat Mentari.

"Kembar?" tanya Mentari ulang.

"Iya, ada dua detak jantung yang bisa terdengar dalam kandungan Anda," jawab Asisten Dokter itu lagi.

"Alhamdulillah. Ya Allah terima kasih, Engkau sudah mempercayakan kepadaku dua bayi sekaligus," kata Mentari sambil memeluk perutnya sendiri.

*****

     Aurora dan Khalid sudah menyambut kedatangan mereka di rumah. Begitu juga dengan Ja'far dan Sinar yang langsung datang ke sana setelah mendapat telepon dari Mentari tentang kehamilannya.

"Sayang … selamat ya! Mudah-mudahan kamu dan bayi yang sedang di dalam kandunganmu selalu baik-baik saja," kata Sinar sambil memeluk Mentari penuh sayang.

"Aamiin, terima kasih Bunda. Mentari senang sekali kalian langsung datang ke sini," kata Mentari sambil tersenyum lebar, karena kedua orang tuanya datang.

"Ah, menantuku sayang, selamat ya. Akhirnya aku juga punya seorang cucu beneran," kata Aurora sambil memeluk Mentari.

"Bukan seorang cucu, Ma. Namun dua orang cucu," bisik Mentari saat dalam pelukan Aurora.

    Aurora membelalakan matanya, kemudian mengurai pelukannya terhadap Mentari. "Benarkah?", tanya Aurora dengan senyum kebahagiaan di wajah bule-nya yang masih cantik meski sudah tua.

"Iya, Mah. Aku hamil bayi kembar!" ucap Mentari dengan senyum terus menghiasi wajahnya.

"Papa, kita akan punya cucu kembar!" teriak Aurora kepada Khalid yang sedang bersama Fatih dan Ja'far.

     Semua yang ada di sana, terkejut ketika mendengar teriakan Aurora. Kemudian wajah mereka kembali diselimuti rona kebahagiaan. Fatih sampai mendatangi Mentari dan memeluknya dengan penuh rasa sayang.

"Benarkah yang diucapkan oleh Mama barusan?" tanya Fatih yang memeluk tubuh Mentari.

"Iya, Mas. Aku sedang hamil anak kembar," jawab Mentari sambil membalas pelukan suaminya itu.

"Kenapa aku tadi tidak tahu? Padahal aku juga sedang ada di sana?" tanya Fatih sambil mengangkat wajah Mentari agar menghadapnya.

"Mas saat itu, sedang menelepon Mama," jawab Mentari sambil tersenyum manis dan membuat makin terlihat cantik di mata Fatih.

     Fatih makin menarik pinggang Mentari agar makin merapat pada tubuhnya. Kemudian dia mencium bibir Mentari dengan mesra dan menuntut, lupa kalau saat ini mereka sedang di depan banyak orang, meski mereka itu keluarganya. Zahra yang melihat itu langsung di depan matanya, merasa sangat shock. Dadanya berdenyut nyeri saat melihat itu, karena selama ini Fatih belum pernah mencium wanita di depan matanya. Sedangkan dia lupa, kalau dirinya juga suka mencium suaminya, meski itu di depan Mentari.

"Aku kenapa? Mengapa dada ini terasa sakit saat melihat mas Fatih mencium Mentari?" gumam Zahra sambil memegang dadanya.

     Kebahagiaan mereka berbanding kebalikan dengan Widuri. Dia sungguh sangat tidak suka, saat melihat mereka semua berbahagia dengan berita tentang kehamilan Mentari. Karena dengan begitu, kesempatan Jihan untuk jadi istri ketiga buat Fatih makin tidak mungkin bisa terlaksana.

     Widuri berpikir bagaimana caranya agar Jihan bisa jadi menantu keluarga Hakim. Widuri sungguh terobsesi menjadikan anaknya sebagai istri dari orang kaya raya, yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan, tujuh tanjakan, dan tujuh belokan itu.

"Aku yakin masih ada kesempatan buat Jihan jadi istri Fatih!" gumam Widuri sambil melihat Fatih yang tersenyum bahagia kepada kedua istrinya.

******

"Fatih, Ayah minta kepadamu untuk mengizinkan Mentari menginap di rumah Ayah. Karena adiknya, Fajar mau mengkhitbah seorang gadis yang ingin dijadikan istrinya," pinta Ja'far kepada menantunya itu.

"Fajar akhirnya menemukan juga belahan hatinya?!" tanya Fatih sambil tersenyum bahagia.

"Iya, tuh anak. Mudah-mudahan dengan menikah membuat di betah tinggal di Indonesia," jawan Ja'far, karena putranya selama ini tinggal di Madinah dan kuliah di sana.

"Fatih tentu saja izinkan Mentari untuk menginap di rumah Ayah," kata Fatih.

     Mendengar itu, membuat Widuri sangat senang. Senyum kebahagiaan terbit di wajahnya yang mulai berkeriput di sana sini.

"Akhirnya datang juga kesempatan buat aku. Agar Fatih bisa menjadi menantu kebanggaanku," gumam Widuri.

*****

     Widuri memberikan obat perangsang di minuman milik Fatih, saat mereka semua makan malam.

"Nak Fatih, Bibi mau menginap di rumah ibunya Zahra. Tadi sore dia menelpon, katanya ada sesuatu yang mau dibicarakan," kata Widuri di sela-sela acara makan malam mereka.

    Mendengar itu, Jihan merasa ada yang aneh. Maka dia menyenggol kaki ibunya di bawah kolong meja makan. Kemudian Widuri memberi isyarat lewat matanya kepada putrinya itu. Jihan pun mengerti kalau ibunya sedang merencanakan sesuatu.

"Oh, ya silahkan," balas Fatih.

     Zahra merasa aneh, karena saat teleponan barusan sama ibunya, tidak ada pembicaraan yang penting dari ibunya. Zahra pun melihat ke arah bibinya yang sedang asik makan.

*****

     Setelah makan, Widuri cepat-cepat pergi. Kini Fatih, Zahra, dan Jihan sedang menonton tv. Fatih merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Dia merasa gairah dalam tubuhnya meningkat.

"Sayang, aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku," kata Fatih seperti menahan sesuatu.

"Kenapa Mas?" tanya Zahra sambil menyentuh lengan Fatih dan suhu tubuhnya terasa panas. Sentuhan lembut Zahra di lengannya malah membuat Fatih makin terangsang.

"Sepertinya aku membutuhkan Mentari saat ini," jawab Fatih sedang sekuat tenaga menahan dirinya. Karena dia tidak mungkin melampiaskan hasrat dalam dirinya kepada Zahra.

"Mas, kamu … minum obat perangsang?!" tanya Zahra karena melihat Fatih benar-benar dalam keadaan seperti itu.

"Tidak. Buat apa aku meminum obat yang seperti itu."

"Tapi, Mas. Kamu --"

"Aku sudah tidak kuat lagi!" Fatih berlari ke lantai atas dengan kesadarannya makin berkurang dan mencoba merendamkan tubuhnya di air dingin.

    Zahra dan Jihan pun mengikuti masuk ke dalam kamarnya. Mereka melihat Fatih yang sedang merendamkan dirinya di bathtub. Dilihatnya Fatih terlihat sangat tersiksa, karena sedang berusaha menahan hasratnya. Shower juga sengaja dinyalakan untuk membantu mendinginkan kepala dan tubuhnya.

*****

JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH DAN VOTE NYA JUGA YA.

DUKUNG AKU TERUS DENGAN MEMBERIKAN JEMPOL YANG BANYAK.

TERIMA KASIH.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***