Mentari diam terpaku di depan pintu kamarnya, tidak mau mengganggu kegiatan Fatih dan Zahra. Sebenarnya dia, hanya akan memberikan air minum untuk Zahra saja, setelah itu akan turun ke bawah menemui kerabat keluarganya yang datang untuk menyaksikan pernikahannya.
Mentari melangkah mundur, mau meninggalkan kamarnya. Namun suara Fatih menghentikannya.
"Mentari," panggil Fatih sambil tersenyum ke arah Mentari.
Mentari yang dipanggil mau tidak mau, akhirnya mengalihkan pandangannya kepada Fatih dan Zahra. Mentari melihat Zahra melambaikan tangannya, meminta untuk mendekat ke arahnya.
Maka dia pun berjalan ke arah ranjang di mana mereka berdua sedang duduk. Mentari pun menyerahkan gelas berisi air putih untuk Zahra.
"Ini, minumlah."
"Terima kasih," ucap Zahra sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya menerima gelas yang disodorkan oleh Mentari.
Fatih pun membantu Zahra memegang gelasnya dan meminumkannya. Ternyata Zahra kehausan, air satu gelas berukuran lumayan besar itu, langsung habis diminumnya. Setelah habis, Fatih pun menyimpan gelas di atas meja nakas yang berada di sampingnya.
"Mas Fatih dan Mentari, terima kasih. Kalian juga sebaiknya istirahat dulu, karena nanti malam akan diadakan resepsinya. Aku harap kalian bisa menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar dan tidak kelelahan," kata Zahra sambil menyatukan tangan Fatih dan Mentari, ditautkannya jari jemari mereka berdua.
"Sekarang kalian telah sah sebagai suami istri. Jadi, bertingkah lakulah sebagaimana mestinya. Kalian tidak perlu canggung, karena aku sudah ridho."
Zahra melihat ke arah Fatih dan Mentari, dan tersenyum tulus, "Mentari mulai sekarang tugas kamulah untuk melayani Mas Fatih dalam urusan batinnya dan memberikan keturunan untuknya. Jadi kalian akan tidur bersama di kamar utama."
"Tapi Zahra---" ucap Mentari.
"Tidak Mentari itu sudah menjadi tugas kamu sekarang! Aku sudah lebih dari satu tahun tidak bisa melayani urusan dalam bercinta," potong Zahra saat Mentari ingin bicara.
Mentari terkejut dengan ucapan Zahra barusan. Mana mungkin laki-laki normal seperti Fatih dapat menahan hasratnya. Bahkan selama satu tahun lebih.
Mentari melihat ke arah Fatih, dan dilihatnya wajah tampan pria itu datar saja. Tidak terlihat emosi di wajahnya. Mentari jadi tidak tahu apa yang sedang dirasakan oleh suami barunya itu.
"Jadi mulai sekarang kamu tidurnya bersama dengan Mas Fatih!" Zahra tidak mau dibantah.
Mendengar itu Mentari pun jadi terdiam. Dia sudah tahu sejak awal Zahra memintanya untuk melahirkan anak-anak generasi penerus untuk Fatih. Namun saat mendengar Zahra bicara seperti itu hatinya merasa teriris.
Mentari mengakui kesabaran dan ketabahan dari sahabatnya itu. Mentari tahu rasanya gimana saat ada anak dari laki-laki yang kita cintai, yang lahir bukan dari rahimnya sendiri.
Mentari pun melepaskan genggaman tangannya, kemudian memeluk Zahra dengan erat. Tanpa diduga Mentari menangis terisak dalam pelukan Zahra. Serta membisikan kata maaf kepadanya, meski dia tidak melakukan kesalahan. Karena di masa depan bisa jadi itu akan menjadi riak dalam rumah tangga mereka.
Zahra pun bangun dari kasur, dan ingin menemui kedua orang tuanya. Saat Fatih ingin mengantarnya, Zahra menolak karena sudah ada adiknya dan adik iparnya yang berdiri di depan pintu kamar Mentari.
"Aku akan turun bersama Aisah dan Andromeda," kata Zahra menolak ajakan Fatih.
"Tapi Zahra …," ucapan Fatih terhenti saat melihat Mentari yang berdiri dan juga sedang melihat ke arahnya.
"Pasti banyak hal yang ingin kalian bicarakan berdua. Maka mulailah sekarang," kata Zahra sambil melangkah keluar kamar.
Kini di kamar pengantin itu hanya ada Fatih dan Mentari. Karena merasa canggung, maka mentari pun masuk ke kamar mandi untuk mengganti gamis pengantinnya.
Sementara Fatih duduk di meja rias dan memperhatikan foto Mentari bersama jagoan kecil yang dulu selalu dibanggakan olehnya dan William. Diambilnya pigura foto itu dan diperhatikan anak balita yang sangat lucu sedang tersenyum bahagia.
"Apa kamu juga bisa melahirkan seorang anak untuk aku, yang hebat seperti dia?!" gumam Fatih sambil mengelus foto anaknya Mentari.
"Kak Fatih sedang apa?" tanya Mentari yang tiba-tiba membuat Fatih terkejut, sehingga pigura fotonya terlepas dan terjatuh ke lantai.
"Maaf!" Fatih cepat-cepat berjongkok dan membereskan pecahan kaca dari pigura foto itu. Karena terburu-buru sehingga pecahan kacanya melukai jari tangannya.
"Aw …," kata Fatih reflek saat tangannya tersayat pecahan kaca.
"Mana yang terluka?" Mentari dengan cepat mengambil tangan Fatih yang terluka ketika dirinya hendak ikut membantu memunguti pecahan kaca itu.
"Tidak apa-apa kok. Tidak sakit!" Kata Fatih saat mentari menuntunnya ke arah ranjang dan mendudukkannya di sana.
"Kakak diam dulu di sini," kata Mentari sambil mengambil pigura yang pecah dari tangan Fatih.
Mentari mengambil kotak P3K, yang ada di laci nakas di samping ranjangnya. Kemudian dengan telaten dan cekatan dia mengobati luka di jari tangan Fatih.
Fatih hanya diam dan memperhatikan Mentari yang saat ini berada di depannya. Entah kenapa sekarang terlihat begitu sangat cantik di matanya. Walau memang dia tidak memungkiri dari dulu Mentari memang cantik. Hanya saja dulu dia tidak terlalu memperdulikan kecantikan mantan istri kakeknya itu. Namun kini wanita yang berada di hadapannya telah menjadi miliknya, istri sah keduanya.
"Nah sudah selasai! lain kali berhati-hatilah saat memungut pecahan kaca. Jangan pakai tangan langsung, tapi pakailah kain basah," kata Mentari yang masih memegang tangan Fatih, sambil melihat hasil kerjanya dalam membalut luka di jari suaminya itu.
"Terima kasih," balas Fatih dan kini kedua mata itu bersimborok.
"Mentari aku minta maaf karena telah merusak foto kenanganmu dengan--" kata-kata Fatih terputus karena Mentari menutup bibirnya dengan jari telunjuknya.
"Tidak apa-apa, Kak. Cuma pigura, nanti bisa beli yang baru," potong Mentari sambil tersenyum.
"Mentari mulai sekarang bukalah hatimu untukku, begitu juga aku akan membuka hati ini untukmu," ucap Fatih sambil melihat ke arah Mentari dan membalas genggaman Mentari yang sejak tadi di genggamnya.
"Kita buka hati dan belajarlah untuk saling mencintai," lanjut Fatih dan Mentari hanya menganggukan kepalanya, karena dia sangat terkejut saat mendengar ucapan suami barunya itu.
"Ya, Mentari sudah membuka hati setelah menerima lamaran Kakak kemarin," jujur Mentari dan itu membuat hati Fatih senang.
"Mulai sekarang jangan panggil Kakak lagi. Coba panggil Mas!" kata Fatih sambil mengelus wajah mulus Mentari yang terasa halus di tangannya.
"Ma ... Mas!" panggil Mentari terbata-bata.
"Panggil lagi!" pinta Fatih sambil berbisik.
"Mas ...." panggil Mentari dengan mesra tanpa dia sadari dan itu membuat dada Fatih berdesir.
"Sekali lagi," kini wajah mereka hanya berjarak kurang dari sepuluh centimeter.
Dengan jantung yang berdebar makin kencang, Mentari memanggil nama suaminya, "Mas."
Fatih pun mencium bibir ranum milik Mentari. Ini ciuman pertama mereka, dan Fatih ingin memberikan yang terbaik bagi Mentari. Sehingga kedepannya akan diingat menjadi sebuah kenangan yang indah.
Mentari terbuai dengan ciuman yang dilancarkan oleh Fatih itu. Dia tidak menyangka kalau suaminya itu ternyata sangat ahli dan lihai dalam mencumbu dirinya.
*******
RENCANANYA HARI INI MAU CRAZY UP, SEMOGA BISA TERLAKSANA.
*******
JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH, DAN VOTE NYA JUGA YA.
DUKUNG AKU TERUS DENGAN MEMBERIKAN JEMPOL YANG BANYAK.
TERIMA KASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Ita rahmawati
akankah sampe akhir zahra bisa seikhlas itu
2025-02-07
1
Eny Hidayati
Kalo isteri pertama menikahkan suami dengan tujuan bisa punya anak ... maka isteri kedua tdk lebih dari mesin pencetak bayi ...
2024-03-01
1
alvalest
secara 1 th g nyentuh cwek meski punya istri y lgsg nyetrum....wkwkkw...
2022-01-08
1