#MENTARI, FATIH, DAN ZAHRA (6)

      Malam harinya diadakan pesta resepsi pernikahan Fatih dan Mentari secara besar-besaran. Mengingat dua keluarga mereka dari kalangan atas. Tidak disembunyikan pernikahan Fatih dan Mentari dari publik. 

      Zahra juga kondisinya sudah baik. Tadi Cantika menyemangatinya, dan memberi nasehat kepadanya. Setelah Zahra mengeluarkan semua unek-uneknya kepada Cantika, dia merasa lega dan tenang. 

      Zahra juga tampil dengan sangat cantik, tidak mau kalah sama Mentari. Begitu juga dengan Cantika, ibu eman anak itu tampil sangat anggun dan mempesona bahkan banyak laki-laki yang melirik ke arahnya. Tidak akan ada yang menyangka kalau Cantika sudah berusia tiga puluh tiga tahun, karena wajahnya yang baby face.

"Zahra, kamu yang sabar ya. Aku nggak menyangka kalau suami kamu itu mendua," kata salah seorang tamu yang datang ke acara resepsi pernikahan itu.

"Justru aku yang menyusun Mas Fatih agar menikah lagi," jawab Zahra sambil tersenyum.

"Hah! Kenapa?" tanya tamu yang lainnya.

"Karena aku tidak mungkin punya anak setelah operasi pengangkatan rahim. Kebetulan ada saudara yang tidak punya suami, aku minta dia untuk menikah sama Mas Fatih. Awalnya mereka menolak, tapi aku paksa sampai aku ancam mereka," Zahra tersenyum kepada para tamu undangan yang mengelilinginya.

"Kamu hebat, ya Zahra. Kalau kita-kita mau mau suami disuruh menikah lagi," kata tamu undangan yang berdandan menor.

"Iya, yang ada kita marah bertengkar hebat, karena merasa cemburu," timpal yang lainnya.

      Banyak kerabat dan teman-teman Zahra yang kebetulan menerima undangan dari keluarga Hakim atau keluarga Mochtar. Zahra pun menjawab apa adanya, karena pernikahan ini memang dia yang merencanakannya.

      Sementara itu, Mentari dan Fatih sedang menerima tamu undangan yang ribuan orangnya. Meski sudah bisa dipastikan akan memakan banyak waktu. Tanpa diduga tamu-tamu yang ribuan orang itu datang dan pergi silih berganti, semua selesai sampai jam sebelas malam.

      Fatih dan Mentari menginap di Hotel Luna. Kebetulan Hotel Luna ini milik Fatih, jadi semua keluarganya juga ikut menginap di sana. Fatih dan Mentari berada di kamar khusus milik Fatih bila dia sedang tidur di hotel. Kamarnya juga sudah dihias begitu indah dan tercium aroma terapi yang menenangkan pikiran.

"Kakak, eh … Mas, apa mau mandi dulu?" tanya Mentari sambil berdiri di depan Fatih. Karena Fatih sedang membuka jilbab Mentari. 

"Yah badan Mas, terasa lengket dan juga sangat lelah. Apa kamu mau mandi bareng?" tanya Fatih sambil tersenyum menggoda.

" Ah, tidak. Mas saja yang mandi duluan," tolak Mentari karena dia merasa sangat malu bila tiba-tiba mandi bareng.

"Baiklah kalau begitu, Mas mandi duluan. Apa kamu nggak kesulitan membuka resleting baju di punggungmu?" tanya Fatih saat melihat gaun yang dipakai Mentari ada resleting di balik punggungnya.

"Hm, sepertinya aku membutuhkan bantuanmu, Mas. Ini sulit membukanya," kata Mentari sambil tangannya berusaha menggapai resleting.

"Sini, Mas bantu!" kata Fatih sambil memegang tangan Mentari.

      Fatih pun membuka resleting gaun pengantin yang sangat cocok dipakai oleh Mentari. Fatih pun sangat suka melihatnya saat Mentari memakai gaun pengantinnya ini. Ternyata resleting sangat panjang bahkan hampir Sampai pinggang Mentari. Fatih yang melihat punggung Mentari yang putih mulus itu, langsung berdesir darah dalam tubuhnya. Tanpa Fatih sadari, dia telah mencium punggung Mentari itu. Membuat Mentari terkejut dan melenguh.

     Fatih pun menghentikan kegiatannya itu saat mendengar lenguhan Mentari. Fatih sendiri sangat terkejut, apalagi melihat hasil karyanya yang terlukis di punggung Mentari ada tiga buah. Itu membuat Fatih terngaga tak percaya dengan perbuatan yang tidak disadarinya itu.

"Aku mandi dulu," kata Fatih cepat-cepat masuk kamar mandi.

      Fatih tidak lama berada di kamar mandi bahkan Mentari yang baru selesai mengeluarkan baju Fatih yang selalu disediakan di lemari kamar itu. Disimpannya baju itu di atas kasur, dan saat hendak berbalik sudah ada Fatih di belakang Mentari.

"Astagfirullahaladzim, Mas bikin kaget saja," kata Mentari sambil mengusap dadanya.

"Makanya jangan suka melamun," kata Fatih sambil tertawa terkekeh saat melihat wajah Mentari terkejut.

*Sudah ah, aku mau mandi dulu. Ini bajunya sudah saya siapkan. Mudah-mudahan Mas suka," kata Mentari.

"Ya pasti suka, karena sudah disiapkan sama istri sendiri," goda Fatih sambil mencolek dagu Mentari karena gemas.

    Mentari yang malu, karena perbuatan Fatih, langsung berlari ke kamar mandi.

"Mentari, jangan lupa wudhu sekalian!" teriak Fatih di depan pintu kamar mandi.

     Setelah selesai mandi Mentari dan Fatih melakukan sholat sunnat berjamaah. Pembicaraan mengenai anak sudah dibicarakan sore tadi. Mentari tidak akan menundanya apalagi Fatih sudah benar-benar tidak bisa menahan hasratnya lagi. 

"Mentari maukah kamu mengandung dan melahirkan anak-anak untukku?" tanya Fatih saat keduanya duduk di atas tempat tidur.

"In sha Allah, mau Mas," jawab Mentari sambil tersenyum ke arah Fatih.

"Kita akan berusaha, semoga Allah memberikan kepada kita keturunan yang sholeh dan sholehah," kata Fatih sambil mengecup kening Mentari.

"Aamiin," jawab Mentari sambil menutupkan matanya menikmati sentuhan di keningnya.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ya Allah, berikanlah kepada kami keturunan yang baik, anugerahkanlah kepada kami anak-anak yang sholeh," doa Fatih dengan ihklas sepenuh hati dan di aamiin 'kan oleh Mentari.

     Fatih mengecup kedua kelopak mata Mentari, kemudian hidungnya, dilanjutkan dengan kedua pipi kiri dan kanannya. Fatih pun mengecup bibir ranum Mentari. Desiran di tubuh mereka membuat keduanya terbuai akan sentuhan pasangannya. Baik Fatih maupun Mentari, dua-duanya sudah dibuat mabuk kepayang.

      Malam itu pun menjadi malam yang membahagiakan bagi keduanya. Mentari yang sudah menjanda lebih dari dua tahun dan Fatih yang tidak pernah bercinta selama satu tahun lebih. Menjadikan malam pengantin mereka serasa malam pertama bagi keduanya lagi.

       Alarm jam di handphone milik Fatih membangunkan keduanya. Meski mereka masih ngantuk, mau tidak mau harus bangun karena sebentar lagi akan masuk waktu subuh.

"Jam berapa ini?" tanya Bintang yang masih ngantuk.

"Jam setengah empat, ayo bangun kita mandi bersama dan sholat tahajud berjamaah, ya." 

     Mentari masih sangat ngantuk karena baru tidur sekitar dua jam. Apalagi tubuhnya sangat lelah. Mentari sepertinya masih ingin tidur lagi, jika dilihat dari dirinya yang masih betah tidur sambil memeluk guling.

      Fatih menyibakkan selimutnya, dan membuat Mentari menjerit tertahan, sambil menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Karena baju tidurnya terlalu seksi.

"Mas apa-apaan! Sudah tahu aku--" Mentari terdiam tidak melanjutkan lagi kata-katanya.

"Ayo, mau jalan sendiri. Atau mau aku gendong?" tanya Fatih pada Mentari.

"Kita mandi bersama, agar keburu sholat tahajud berjamaah." Fatih menarik tangan Mentari dan membopongnya menuju kamar mandi.

     Mentari hanya pasrah saja walau dirinya harus menahan rasa malu. Dia akhirnya mandi bersama. Kemudian sholat tahajud berjamaah.

     Sehabis sholat subuh berjamaah, sudah kebiasaan Fatih mengaji Al-Qur'an. Maka setelah itu pun dia mengaji dan Mentari mendengarkan. Suara Fatih sangat merdu saat membaca Al Qur'an. Tidak aneh, karena semenjak kecil sampai remaja Fatih sering jadi juara kalau ikut lomba MTQ.

"Mas mau sarapan apa?" tanya Mentari sambil melipat mukenanya.

"Hm, Mas sich maunya sarapan kamu saja," kata Fatih sambil tersenyum menggoda kepada Mentari.

"Aku mau sarapan nasi goreng, nggak apa-apakan? Atau mau yang lainnya?" tanya Mentari lagi.

"Ya, Mas mau sarapan kamu saja," kata Fatih mengulangi kembali jawabannya.

"Mau disamain sama menu sarapan aku? Nasi goreng?!" tanya Mentari lagi. 

    Melihat Fatih yang malah tersenyum, membuat Mentari mengerutkan keningnya. Kemudian dia mengingat-ingat lagi kata-kata Fatih barusan.

"Ahk, Mas Fatih mesum! Masa semalam masih kurang?! Belum puas?!" Mentari menutup mukanya karena malu. Apalagi dari tadi di nggak mengerti perkataan suaminya itu.

"Ya, Mas masih belum puas, dan nggak akan pernah puas," bisik Fatih yang membuat Mentari kalang kabut. Dia lupa kalau suaminya itu punya darah Green yang mengalir di dalam tubuhnya. Sama seperti mantan suaminya itu.

*******

BACA KARYA AKU "TRIO KANCIL" AGAR KALIAN TAHU HUBUNGAN AWAL PARA TOKOH DI NOVEL INI.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***