#MENTARI, FATIH, DAN ZAHRA (19)

     Zahra memasuki ruang kantor Fatih dengan diam-diam, niatnya ingin memberi kejutan. Fatih sedang konsentrasi mengerjakan pekerjaannya, agar saat Mentari datang semua pekerjaannya sudah beres. Zahra tiba-tiba menutup mata Fatih, dari arah belakang kursinya.

"Hm … maunya bercanda dulu nih?!" kata Fatih tahu kalau orang yang di belakangnya itu adalah istrinya, karena tercium wangi parfum kesukaannya. Fatih memberikan Mentari dan Zahra wangi parfum yang sesuai wangi kesukaannya. Kedua istrinya itu tidak menolaknya, karena bagi mereka menyenangkan hati suami adalah yang utama.

"Ayo Mentari, lepaskan tanganmu. Mas hitung sampai tiga. Kalau tidak kamu lepaskan, Mas akan menghukum kamu!" lanjut Fatih.

     Zahra merasa ada yang menggores hatinya, saat mendengar suaminya menyebut nama Mentari dengan nada riang. Seolah nama itu yang bisa membuatnya gembira.

"Satu … dua … tiga!" Fatih menghitung sampai tiga, karena tangan di matanya tidak diturunkan juga maka Fatih menarik paksa kedua tangan istrinya itu.

"Bersiaplah untuk menerima hukumanmu!" ucap Fatih sambil berdiri dan membalikan badannya.

    Betapa terkejutnya Fatih saat melihat orang yang berdiri di belakangnya adalah Zahra. Fatih melihat tatapan mata Zahra yang terluka, bahkan sudah mulai berkaca-kaca. Diraihnya tangan istrinya itu, lalu menuntunnya ke sofa yang tak jauh dari meja kerjanya.

"Sayang, tumben datang ke sini. Ada apa?"

"Sepertinya aku tidak boleh datang kesini, ya?!" Zahra menundukan kepalanya dan mulai menangis.

     Fatih yang melihat itu jadi panik, karena tidak menyangka kalau Zahra yang datang ke kantornya. Padahal kedatangan Mentari yang di nantinya. Walau tidak apa, bila Zahra juga datang ke kantornya.

"Siapa bilang? Kamu bebas mau datang kapanpun kamu mau. Hanya saja aku terkejut saat melihat kamu di sini. Karena datang tanpa memberitahu aku."

     Fatih mengangkat wajah Zahra, dan menghapus air matanya. Fatih merasa belakangan ini Zahra menjadi cengeng dan sensitif emosinya. Maka dia harus pintar-pintar menjaga emosi istri pertamanya itu.

"Sepertinya Mas, tidak mengharapkan kehadiranku! yang ditunggu kayaknya hanya Mentari," balas Zahra masih menangis.

"Mas, menunggu Mentari karena meminta dia untuk mengantarkan sebuah dokumen penting."

     Fatih mengambil tisu dan mengelap ingus Zahra, tanpa jijik. "Sudah menangisnya, tuh ingusnya sudah keluar," Fatih tersenyum mengejek Zahra.

    Untuk mengembalikan mood-nya Zahra hanya dengan membawanya jalan-jalan. Maka Fatih pun mengajaknya keliling taman di gedung perkantorannya. Bagian atap gedung di ubah menjadi taman yang asri jadi enak buat menenangkan pikiran yang penat. Banyak jenis tanaman di sana, juga ada beberapa set kursi di sana buat yang ingin duduk santai.

"Kenapa kamu yang mengantarkan dokumennya? Kemana Mentari?" tanya Fatih saat menemani Zahra duduk di kursi kayu panjang yang menghadap kumpulan bunga krisan.

"Tadinya Mentari yang mau mengantarkan dokumen itu, tapi saat aku bilang ingin ikut. Dia menyerahkan dokumennya kepadaku, dan memilih memasak untuk makan siang," jujur Zahra yang masih asik bersandar pada tubuh Fatih.

    Fatih hanya diam saja, mendengarkan perkataan istrinya itu. Zahra mengeratkan pelukannya kepada Fatih, dan dibalas dengan usapan di kepalanya.

"Mas, aku senang saat berduaan saja denganmu, seperti ini."

"Hm."

"Apa Mas, juga suka?"

"Iya."

"Aku ingin makan siang hanya berdua saja di restoran!"

"Iya."

    Zahra sangat senang mendengar keinginannya dikabulkan oleh suaminya itu. Akhirnya mereka pun makan siang di restoran langganan mereka. Tanpa tahu kalau ada orang yang sedang menunggu mereka untuk makan siang bersama. Karena kelamaan menunggu di sampai tertidur di meja makan, dengan perut yang lapar.

*****

     Zahra setelah makan siang pun, dia ikut Fatih ke kantornya, dan pulang bersamanya saat sore hari. Begitu mereka pulang, Widuri dan Jihan juga baru turun dari mobil yang mengantarkan mereka.

"Eh, Nak Fatih baru pulang kerja. Bagaimana hari ini? Semuanya lancarkan?" tanya Widuri dengan gaya khas emak-emaknya yang kepo kepada calon menantunya.

     Zahra sungguh tidak suka saat melihat Widuri dan Jihan, kalau nggak di paksa sama ibunya yang meminta sambil memohon-mohon, rasanya ingin langsung mendepak saja orang-orang ini.

"Alhamdulillah semuanya lancar," jawab Fatih.

     Zahra pun dengan cepat menarik tangan Fatih, agar segera masuk ke rumahnya. Hatinya sungguh kesal saat melihat, mata Jihan tidak lepas memandangi suaminya.

     Saat masuk kedalam rumah kebetulan Mentari baru keluar dari ruang makan dan berpapasan dengan mereka semua. Mentari pun menyambut kedatangan Fatih, diciumnya tangan Fatih.

"Aku ambilkan air minum dulu," Mentari pun beranjak dari ruang tengah dan putar balik ke arah dapur.

     Saat Mentari membawakan air minum untuk Fatih. Ternyata suaminya itu sedang berada di kamar Zahra dengan pintu yang terbuka lebar. Mentari hendak memanggilnya, tapi tidak jadi. Karena mereka berdua sedang membicarakan sesuatu yang penting. Jadinya Mentari menaruh air minum itu di atas meja di ruang keluarga.

"Pokoknya mulai malam ini Mas harus tidur bersamaku lagi! Mentari juga sudah hamil, jadi kalian tidak perlu berhubungan badan lagi," Zahra mulai tersulut kembali rasa cemburunya, saat melihat Fatih terus memandangi Mentari yang memasuki ruang makan.

"Ya, harus adil dong, Sayang. Tidak boleh egois. Kalian berdua itu sama-sama istri Mas." Fatih menolak permintaan istri pertamanya itu, dan Zahra pun cemberut.

"Zahra, kamu punya hak atas diri, Mas. Begitu juga dengan Mentari, dia punya hak atas diri Mas, juga." kata Fatih dengan bijak. Dia tidak mau kalau salah seorang istrinya merasa di abaikan dan tidak di perhatikan.

*****

     Karena pasakan Mentari siang tadi tidak ada yang memakannya maka saat malam hari hanya cumi pedas yang dihidangkan, sebenarnya barusan Mentari memasak mendoan sama sayur sop. Karena kecerobohan Widuri, sayur sop yang hendak dihidangkan oleh Zahra tumpah tersenggol oleh lengan bibinya itu. Jadinya kini mereka makan cumi pedas dan mendoan saja.

"Mentari, kamu makin terlihat cantik saja. Benar kata orang-orang dahulu, kalau istri hamil disayang suami, maka kecantikannya akan terpancar." Widuri sedang memanas-manasi Zahra. Karena dia tidak terima saat tahu kalau Jihan sudah di tampar sama Zahra. Tadi juga dia sengaja menyenggol lengan Zahra yang sedang membawa mangkuk sayur sop buatan Mentari.

"Iya, benar kata Mama, Kak Mentari makin kesini makin cantik," tambah Jihan karena dia senang saat melihat wajah muram Zahra. Dia ingin balas dendam dengan membuat dua istri Fatih saling bertengkar.

    Mendengar ucapan Widuri dan Jihan tidak membuat senang hati Mentari. Justru sebaliknya dia merasa kesal, karena terlihat jelas akal bulus mereka. Agar dirinya dan Zahra saling bertengkar.

     Fatih hanya diam saja, karena memang benar begitu adanya. Mentari tiap hari kecantikannya makin bertambah, dan dia sangat suka itu.

*****

     Fatih memasuki kamarnya dengan Mentari, dilihatnya istrinya itu sedang membaca buku.

"Mentari, malam ini aku akan tidur dengan Zahra di kamarnya." Fatih duduk di samping Mentari.

"Iya, tidak apa-apa. Justru bagus itu, aku 'kan sudah pernah bilang sama Mas. Kalau Zahra juga berhak untuk tidur bersama kamu."

    Fatih mengelus perut Mentari, "apa dedek bayinya tidak rewel?"

"Alhamdulillah, mereka baik-baik saja."

"Lalu bagaimana dengan Mamanya? Apa baik-baik saja?!" 

     Mendengar pertanyaan dari suaminya itu membuat Mentari teringat kata-katanya yang tadi dia ucapkan saat dikamar Zahra.

"Alhamdulillah, Mas." Mentari menundukan kepalanya. Karena saat ini tidak mau melihat wajah suaminya itu. Dia takut kalau dia akan semakin mencintainya.

    Fatih gemas melihat Mentari yang terus menundukkan kepalanya itu. Diangkatnya dagu Mentari, sehingga iris mata mereka saling terperangkap satu sama lain. Fatih yang begitu merindukan Mentari seharian ini, menyalurkan perasaannya lewat ciuman panasnya. Awalnya Mentari juga menikmatinya, tapi begitu sadar saat ciuman keduanya, dia berusaha mengendalikan diri.

*****

JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH, DAN VOTE NYA JUGA, MUMPUNG LAGI HARI SENIN.

TERIMA KASIH.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***