Setelah selesai mengucapkan ijab qobul, Mentari turun dari kamarnya. Digandeng oleh Sinar, Bundanya. Serta Cantika, sepupunya yang sengaja datang dari Amerika. Untuk menyaksikan momen terindah dalam hidup saudaranya itu.
Mentari yang berdandan begitu cantik membuat Fatih tidak bisa memalingkan wajahnya dari istri barunya yang sedang menuruni tangga. Dengan langkah perlahan Mentari berjalan ke arah suami barunya. Kini keduanya berdiri berhadapan.
Fatih memasangkan cincin nikahnya kepada Mentari. Kemudian Mentari mencium tangan Fatih sebagai bukti penghormatan padanya. Sedangkan Fatih berdoa dan meniupkan ke ubun-ubun Mentari.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu kebaikan atas dirinya dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku mohon perlindungan kepadaMu dari kejelekan atas dirinya dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya."
Doa Fatih yang di aamiin kan oleh Mentari. Mentari pun meminta keridhoan Fatih agar bisa menjadi istri yang sholeha. Tempatnya berbagi dan mengharapkan ridho pahala dari Allah.
Setelah selesai menandatangani semua dokumen pernikahan mereka. Keluarga mereka memberi selamat dan mendoakan kebaikan bagi rumah tangga baru bagi Fatih dan Mentari. Sekarang Mentari telah sah menjadi istri dari seorang Fatih Green Hakim.
Saat itu terdengar keributan di dekat pintu masuk rumah Mentari.
"Ya Allah, Zahra!"
"Zahra … bangun!"
"Tolong! tolong!"
Suara gaduh dan minta tolong orang-orang di depan, membuat orang yang ada di dalam rumah mengalihkan pandangannya ke arah mereka.
"Ada apa?" tanya Fatih agak berteriak.
"Zahra pingsan!" balas orang yang ada di dekat Zahra saat itu, sambil berteriak.
Mendengar istri pertamanya pingsan, Fatih langsung berlari ke arah pintu masuk. Langsung membopong Zahra dan berlari ke arah Mentari.
"Mentari dimana kamar kamu?" tanya Fatih dengan wajah yang pucat dan napas yang terengah-engah.
"Lantai dua, pintu kedua, Kak!" jawab Mentari sambil berlari ke arah anak tangga agar suaminya juga mengikutinya.
Zahra kini telah dibaringkan di kamar Mentari, kamar pengantinnya. Fatih memberikan minyak angin pada dada, punduk, dan hidung Zahra. Agar secepatnya bisa sadar.
"Kak, ada apa dengan Kak Zahra!" tanya Ghazali yang menggandeng Bintang dan Langit serta diikuti oleh Angkasa.
"Tidak tahu, coba periksa!" pinta Fatih kepada Ghazali.
Ghazali memeriksa nadi di tangan Zahra dan pupil matanya. Ghaza sampai dua kali mengulangi pemeriksaannya, karena takut salah.
"Kak, apa Kak Zahra sedang sakit?" tanya Ghazali dengan suaranya yang pelan.
"Hm," jawab Fatih membenarkan.
"Zahra kenapa?" tanya Aurora penasaran, dia takut terjadi sesuatu kepada menantunya itu.
"Tenang saja, Ma. Kak Zahra hanya kecapean saja," jawab Ghazali sambil merangkul manja kepada Aurora.
"Tidak terjadi sesuatu yang gawat 'kan?" tanya Khalid kali ini.
"Tidak, Pah. Sebentar lagi Kak Zahra akan siuman." jawab Ghazali menenangkan orang tuanya.
"Sebaiknya kita semua keluar biarkan Kak Zahra istirahat dengan tenang!" ajak Ghazali semua orang yang berada di dalam kamar Mentari.
Kini hanya ada Fatih dan Mentari yang menunggui Zahra yang masih terbaring di atas kasur pengantinnya. Fatih duduk di sisi Zahra sambil memegang tangannya.
Mentari kini melihat wajah Fatih yang sedih dan begitu terluka saat melihat Zahra yang terbaring dan tidak bergerak sama sekali. Mentari berdiri di seberang Fatih, jadi dia tahu apa yang sedang Fatih lakukan terhadap Zahra.
Fatih memanggil nama Zahra dengan nada yang lembut, dan sesekali mencium jemari tangannya. Sebelah tangannya pun mengelus pipi Zahra yang mulai menirus.
"Zahra … ayo buka matamu, Sayang!" Fatih beberapa kali mengucapkan kata-kata itu di depan Mentari.
"Mas, mohon Zahra! Ayo buka matamu," kali ini air mata Fatih lolos keluar dari matanya.
Mentari yang melihat pemandangan di depannya ikut merasa sedih. Dia tahu bagaimana takutnya saat, akan kehilangan seseorang yang dicintainya dan disayanginya. Hati Mentari pun bergetar, melihat sahabatnya yang terbaring dan tak berdaya di atas ranjangnya. Air mata Mentari juga ikut jatuh saat melihat Fatih menangis untuk Zahra.
Dia bisa merasakan betapa besar rasa cintanya Fatih untuk Zahra. Mentari sejak awal sudah tahu betapa cintanya Fatih kepada istrinya itu. Dari dulu Zahra suka bercerita tentang keromantisan seorang Fatih yang sering disebut manusia kaku oleh orang-orang sekitarnya.
Kini dengan melihat pemandangan di depannya, Mentari makin yakin dengan apa yang dikatakan oleh Zahra itu benar. Fatih adalah seorang yang sempurna sebagai seorang suami. Mempunyai wajah yang sangat tampan, harta kekayaan yang melimpah, suami yang perhatian dan penyayang, dan tidak mudah berpaling kepada wanita lain.
"Zahra … kamu tidak akan meninggalkan Mas, secepat ini 'kan?" Fatih bermonolog sambil memandangi istri pertamanya, dan tangannya membelai rambutnya, karena barusan di membuka hijab istrinya.
"Zahra … Mas mohon jangan tinggalkan Mas sendirian!"
"Bukanya kamu ingin pergi ke Karimunjawa dan bermain di pantainya yang indah? Kalau kamu buka mata sekarang, Mas akan membawamu ke sana!" ucap Fatih, dan dia melupakan kalau ada istri barunya sedang berdiri di seberangnya.
Hati Mentari mencelos, dia merasa bersalah kepada pasangan yang ada di depannya itu. Dia berpikir seharusnya tidak terlibat hubungan di antara mereka. Namun Mentari tidak mau menyalahkan takdirnya yang harus menjadi istri kedua, karena Allah pasti sudah menyiapkan skenario terindah bagi dirinya.
"Hm … " Zahra memberikan responnya saat Fatih mengajaknya bicara barusan.
"Zahra!" Fatih tersenyum bahagia saat di lihatnya istri pertamanya mulai siuman.
"Sayang … ayo bangun, buka matamu," kata Fatih dengan suaranya yang lembut.
"Ini dimana Mas?" tanya Zahra dengan suaranya yang lemah.
"Ini di … " Fatih mengedarkan matanya melihat suasana kamar yang dihias sebagai kamar pengantin.
Fatih baru sadar kalau dia sedang berada di kamar Mentari, dan orangnya kini sedang berdiri di seberang dan menatap ke arahnya. Fatih merasa bersalah kepada Mentari, karena melupakan keberadaannya yang kini telah menjadi istrinya yang kedua.
"Sekarang kita sedang berada di kamar Mentari," jawab Fatih dengan suaranya yang bergetar.
"Oh, kamar ini menjadi berbeda. Sehingga aku tidak mengenalinya," kata Zahra yang masih menatap suaminya itu.
"Aku ambilkan air minum dulu buat Zahra. Apa Kak Fatih juga mau minum sekalian?" tanya Mentari mencoba menghilangkan kecanggungan dirinya yang berada di tengah-tengah Fatih dan Zahra.
"Aku tidak perlu, ambilkan untuk Zahra saja. Tolong, ya!" kata Fatih sambil melihat ke arah Mentari.
"Baiklah, akan aku ambilkan." Mentari pun berjalan dengan cepat ke luar kamarnya.
Hati dan pikiran Fatih saat ini sangat kalut. Istri pertamanya pingsan di hari pernikahannya bersama istri keduanya. Fatih melihat ada rasa sedih di pancaran mata milik Mentari. Dia merasa bersalah kepada istri keduanya itu. Di hari pernikahan mereka, dia malah sibuk mengkhawatirkan kondisi istri pertamanya.
******
Zahra mengambil air minum di ruang makan keluarganya. Di sana ada beberapa kerabat keluarga dari pihak Ayahnya. Mentari dapat mendengar gunjingan mereka terhadap dirinya, tanpa mereka sadari.
"Mentari itu, seorang pelakor?" tanya salah satu keluarganya.
"Iya, kasihan istri pertamanya sampai jatuh pingsan seperti itu, karena sakit hati melihat suaminya menikah lagi!" jawab yang lainnya.
"Kayak nggak ada laki-laki lain saja!"
"Ya, bagaimanapun lakinya sekarang juga orang tajir melintir. Harta kekayaannya nggak akan habis tujuh turunan-tujuh tanjakan-tujuh tikungan. Sayang banget kalau sampai di lepas," timpal yang lainnya.
"Ya, dia 'kan menolak laki-laki yang akan dijodohkan oleh nenek Ratih, dan memilih suami orang!"
Mentari yang tidak suka sama kaum kerabat jauhnya itu. Langsung mendatangi mereka yang berjarak tiga langkah darinya.
"Nyak, Tante, Bibi, Bude, kalian daripada membicarakan urusan rumah tangga orang lain. Lebih baik kalian urus saja urusan rumah tangga kalian,"
"Introspeksi diri kalian sendiri. Apa sudah jadi istri yang bener buat suami kalian, apa sudah bener jadi ibu buat anak-anak kalian. Daripada ngomongin sesuatu yang kalian tidak tahu kebenarannya," kata Mentari balik mencecar mereka yang ada di sana.
Mentari kemudian pergi meninggalkan mereka, dan kembali ke kamarnya. Hati dia terasa teriris saat disebut sebagai pelakor oleh keluarganya sendiri. Air matanya terjatuh saat dia menaiki anak tangga, dadanya terasa sesak. Mentari ingin rasanya menjerit sekuat tenaganya untuk melampiaskan perasaannya saat ini.
Hari pernikahan, yang seharusnya di isi oleh rasa kebahagiaan dari sepasang pengantin baru. Itu tidak dirasakan oleh Mentari saat ini.
"Mentari," panggil Cantika yang sedang berdiri bersama suaminya.
"Kamu yang sabar, ya." Cantika berjalan cepat ke arah Mentari dan memeluknya sambil menangis.
"Eh, hati-hati gelasnya bisa jatuh!" kata Mentari sambil menjauhkan tangan yang memegang gelas air minum.
"Kamu, wanita paling hebat yang pernah aku kenal. Jadi aku yakin kamu bisa menjalani ini semua," kata Cantika yang masih memeluk Mentari.
"Kenapa kamu selalu terjebak di kehidupan saudara-saudara ku?!" kata Alex.
"Mungkin sudah takdirku harus selalu terikat dengan keluarga Green!" jawab Mentari sambil nyengir, memperlihatkan giginya yang berderet rapi.
Saat Mentari membuka pintu kamarnya, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah Fatih dan Zahra yang sedang berciuman mesra. Fatih duduk di samping ranjang dan Zahra berada dalam pelukannya. Sesaat tubuh Mentari melemas dan gelas di tangannya hampir terjatuh. Mentari merasakan jantungnya mencelos seakan keluar dari mulutnya.
******
JANGAN LUPA KLIK LIKE, FAV, HADIAH DAN VOTE NYA JUGA YA.
DUKUNG AKU TERUS DENGAN MEMBERIKAN JEMPOL YANG BANYAK.
TERIMA KASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Ita rahmawati
nah kan bener,, gk akan ada bahagian utk ke 3 nya 😔
lagian itu suami sm bini pertamanya gk ada akhlak juga main cium² dlm keadaan bgtu dikamar pengantin utk bini ke 2 lg 🤦♀️🙄
2025-02-07
1
Eny Hidayati
tidak ada enaknya ... benar-benar tidak ada enaknya berada dalam lingkaran poligami... tidak ada yang sebenar-benarnya nyaman...
2024-03-01
2
Cinta Suci
fatih kurang dopan ciuman di kamar mentari knp gk pulang aja dulu
2023-05-23
1