#MENTARI, FATIH, DAN ZAHRA (10)

      Sore itu Aurora datang ke rumah Fatih mau menjemput Zahra. Walau rumahnya tidak jauh dari kediaman Khalid, tetap saja Aurora sendiri yang menjemputnya.

"Ayo, Zahra. Mama sudah menyiapkan menu makanan kesukaan kamu!" ajak Aurora kepada salah satu menantunya itu.

"Beneran, Ma!" kata Zahra senang. Karena pasakan mertuanya itu terkenal sangat enak.

"Kalian berdua, pulangnya bawa kabar gembira, ya!" kata Aurora kepada Fatih dan Mentari.

"In sha Allah, Ma. Doa 'kan saja mudah-mudahan secepatnya kita dipercaya dapat amanahNya," jawab Fatih sambil tersenyum bahagia, sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda sang Mama.

"Iya, Mama doa agar kalian cepat di kasih momongan," kata Aurora sambil membalas kedipan anak sulungnya itu.

"Aamiin," jawab Mentari sambil tersenyum.

******

      Kini Fatih dan Mentari sudah sampai di bandara Dewandaru Karimunjawa. Mereka menaiki pesawat pribadi sampai ke Semarang, kemudian pindah naik helikopter.

     Suasana di sore hari sangat indah pemandangannya. Apalagi matahari yang mulai tenggelam di arah Barat. Warna oranye ke merah-merahan cahaya yang dipancarkannya memberikan kesan suasana yang romantis bagi pasangan yang sedang berbulan madu ini.

     Begitu sampai di sana Fatih langsung mengajak Mentari berjalan-jalan di tepi pantai. Pantai Tanjung Gelam yang begitu terkenal akan keindahan panorama matahari tenggelam di kala menjelang magrib, membuat Fatih ingin menunjukkan keindahan itu kepada Mentari.

     Fatih berjalan sambil menggandeng tangan Mentari. Jari-jari mereka saling bertautan. Senyum kebahagian dari keduanya terus terpasang di wajah mereka. 

"Wah … Mas, indah sekali!" seru Mentari saat mereka memasuki daerah pantai.

"Kamu suka?" tanya Fatih sambil tersenyum bahagia saat melihat wajah Mentari yang terpesona oleh keindahan panorama di sore hari saat itu.

"Iya, Mas. Aku sangat … sangat … suka!" jawab Mentari masih dengan senyumannya.

"Syukurlah kalau kamu suka," kata Fatih sambil membenarkan jilbab Mentari yang terus melambai-lambai tertiup oleh angin laut.

     Dilihatnya mata Mentari yang memancarkan rasa kebahagiaannya, jelas terlihat di sana. Dibelainya dengan lembut kedua pipi Mentari oleh kedua ibu jari milik Fatih.

Mentari sangat suka dengan perlakuan suaminya ini. Dulu tak pernah terbayangkan dalam benaknya kalau Fatih adalah seorang yang bisa berlaku romantis terhadap pasangannya. Karena dia selalu terlihat kaku kalau lagi berkumpul bersama. Berbeda dengan Alex dan William yang selalu terang-terangan dalam mengungkapkan perasaan mereka kepada pasangannya.

     Saking menikmati belaian jari Fatih di pipinya, Mentari sampai memejamkan matanya. Sampai dia merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirnya. Fatih mencium bibir Mentari dengan mesra di bawah cahaya matahari senja yang berwarna kuning keemasan berpadu dengan warna lembayung yang berwarna merah (bayangkan sendiri, ya).

      Fatih dan Mentari menghabiskan waktu mereka dengan jalan-jalan di tepi pantai sambil bergurau. Apalagi Mentari orangnya yang nggak bisa diam, dia banyak bertanya kepada orang-orang yang mereka temui di sana. Belum lagi banyolan-banyolan khasnya yang berupa teka-teki yang selalu bikin Fatih tertawa lepas.

     Keduanya kembali ke resort saat Magrib. Setelah itu mereka makan malam romantis, dan seperti biasa Mentari yang banyak bercerita. Fatih sering kali dibuat tertawa oleh cerita pengalaman Mentari di waktu dia masih kecil.

"Aku nggak menyangka kalau kelakuan kamu seperti itu," kata Fatih di sela-sela ketawanya, sampai-sampai air matanya keluar.

"Ya, mau gimana lagi. Nenek itu walau suka memanjakan cucunya, tetap saja aku harus menuruti perintahnya. Aku juga 'kan ingin seperti teman-teman yang lainnya bisa berenang di kali. Seru tahu kita naik pohon terus melompat ke bawah sungai. Mbak Cantika, dia nggak berani melakukan itu." Mentari menceritakan kelakuannya saat masih kecil suka pergi dari rumah secara diam-diam, hanya karena ingin bermain di sungai yang agak jauh dari rumahnya.

"Sudah terlihat kalau Cantika tidak akan melakukan hal yang berbahaya seperti itu," balas Fatih sambil tersenyum.

"Terus kamu, ketahuan sering berenang di sungai oleh nenek kamu?" tanya Fatih.

"Nggak lah, aku 'kan berenangnya nggak pake baju. Jadi baju masih kering saat pulang ke rumah," kata Mentari sambil menahan tawanya.

"Apa! maksudnya kamu berenang tanpa ada yang menutupi tubuhmu?!" tanya Fatih dengan nada terkejut.

"Bukan hanya aku, semua teman-temanku juga melakukan hal yang sama," jawab Mentari sambil mengerutkan keningnya.

"Astagfirullahaladzim, Mentari. Apa kamu tahu kalau kamu itu sudah memperlihatkan sesuatu yang tidak boleh dilihat oleh orang lain?!" kata Fatih dengan nada kecemburuannya.

"Mereka melihat tubuhku, aku pun melihat tubuh mereka, kita anak kecil mana ada kepikiran yang aneh-aneh," ucap Mentari setelah meminum habis jus jambunya.

     Mendengar ucapan Mentari itu, Fatih merasa tidak suka. Kalau ada yang telah melihat tubuh milik Mentari, hanya dia yang boleh melihatnya. Sepertinya Fatih lupa kalau Kakek Willi dulu sering melihat tubuh Mentari, saat masih menjadi istrinya.

      Malam harinya mereka habiskan dengan meraih indahnya surga dunia. Mengharapkan secepatnya diberikan keturunan. Tentang urusan ini Fatih mengakui kalau Mentari jauh lebih hebat dari Zahra. Sehingga membuatnya tidak pernah puas, dan menginginkannya lagi dan lagi. Apalagi selama Zahra tinggal di rumah sakit, mereka berdua pun ikut menginap di sana. 

      Setelah sholat subuh berjamaah, Fatih mengajak Mentari jalan-jalan. Kali ini tempat yang mereka datangi adalah Dermaga Mrican. Pemandangan matahari terbit di sana sungguh sangat indah, dan banyak perahu nelayan yang berlabuh sehabis menangkap ikan di lautan lepas waktu malam hari. Mereka membawa hasil tangkapannya yang masih segar-segar dan tentu harga yang ditawarkan oleh mereka lebih murah.

      Seperti biasa Mentari selalu menyapa ramah orang-orang yang ditemuinya. Dia berbincang-bincang dengan para pelayan dan penjual ikan yang sedang mengangkut ikan-ikan hasil tangkapannya ke mobil, dan dibawa ke pasar ikan. Mentari juga membeli beberapa jenis ikan yang ingin diolahnya menjadi menu masakan yang dia suka.

"Ah, coba kalau dekat rumah banyak yang jual ikan segar seperti ini, aku akan senang sekali." Mentari tersenyum sambil menjinjing kantong kresek berisi ikan.

"Buat apa kamu membeli ikan banyak sekali?" tanya Fatih dengan heran, saat melihat Mentari membawa hampir satu kresek penuh ikan laut.

"Ya, buat dimasak. Aku akan memasak ikan-ikan ini dengan berbagai jenis masakan. Aku jamin kamu akan suka! Zahra juga suka banget sama pasakan seafood yang aku buat," jawab Mentari penuh semangat.

"Kok jadi kepikiran sama Zahra,ya. Semalam di telpon nggak di angkat-angkat. Apa dia baik-baik saja?" tanya Mentari sambil melihat ke arah Fatih.

"Ya, dia akan baik-baik saja. Ada papa sama mama yang menjaganya," jawab Fatih sambil mengelus kepala Mentari karena terlihat jelas kalau istri keduanya begitu mencemaskan istri pertamanya.

      Fatih merasa bersyukur kedua istrinya itu, selalu akur dan kompak. Mungkin karena mereka telah lama bersahabat, jadi sudah tahu watak masing-masing. Mereka berdua juga merupakan istri-istri yang penurut, sehingga Fatih tidak kesusahan dalam mengatur mereka. 

      Perasaannya kepada Mentari tumbuh dengan begitu cepat. Itu diluar prediksi dirinya karena mereka baru beberapa hari menikah. Kalau kini di dalam hatinya sudah ada rasa cinta dan sayang kepada Mentari. Sosok wanita yang selalu hebat di matanya sejak dulu. Selain kecerdasannya, Mentari juga merupakan wanita yang tabah dan tegar dalam menjalani hidupnya, meski sempat terpuruk. 

      Mentari memberikan banyak warna yang berbeda dalam kehidupan Fatih, dan itu membuatnya bisa merasakan kehidupan baru yang dulu tak pernah ada dalam pikirannya sama sekali. Karena Zahra orangnya tidak banyak bicara hal-hal aneh, apalagi berbuat konyol. Dia hanya gadis ceria dan manja.

"Mas, kita pulang yuk! Aku ingin bertemu Zahra," kata Mentari sambil menggandeng tangan Fatih.

"Tapi ...."

*******

MAMPIR KE KARYA AKU YANG LAINNYA YA

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***