"Sebentar Tuan Muda, saya akan mengambilkannya untuk anda." Ah Liong berkata sambil menghormat.
Laki-laki pelayan lama penginapan Cheng Feng itupun kemudian mengambil semua hasil karya Zike. Ada tiga buah lukisan dan dua buah sulaman yang dibingkai dengan figura cantik berukuran besar. Alexi memeriksa buah tangan Zike dengan seksama, mata Alexi berbinar dengan senyum terkembang di bibir ranumnya.
"Ini semua adalah buah tangannya, Tuan Muda," kata Ah Liong, "Dan yang satu ini ...."
Ah Liong membuka bingkai yang di dalamnya terdapat sebuah lukisan bergambar buah-buahan. Ah Liong menarik selembar lukisan lain yang sengaja di selipkan secara terbalik di dalam bingkai itu, sepertinya itu adalah sebuah lukisan rahasia. Ah Liong kemudian melangkah mrndekati Alexi dan menyerahkan lukisan itu kepada Alexi yang masih terus memperhatikannya dengan rasa penasaran. Alexi menerima kain kanvas berukuran sekitar enam puluh sentimeter itu dari tangan Ah Liong dan membukanya secara perlahan.
"Ini?!" seru Alexi dengan mata membelalak lebar saat melihat lukisan dirinya dalam kain kanvas itu.
"Tuan Muda, ada apakah?" tanya Segara dengan wajah menyiratkan kekhawatiran.
"Oh tidak, tidak ada apa-apa." Alexi tersenyum sekali lagi. wajahnya terlihat sangat bahagia, "Segara, kita bawa semua benda-benda itu kembali ke Sekte."
"Semuan lukisan-lukisan yang ada di ruangan ini, Tuan Muda?" tanya Segara. Dirinya merasa heran dengan sikap Tuan Mudanya yang biasanya tak pernah mrmperhatikan hal-hal semacam ini.
"Tidak semuanya, maksudku hanya benda-benda yang dibuat oleh Zike." Alexi menjawab dengan mata yang masih menatap lukisan yang tengah dipegangnya, "Kau uruslah semuanya, aku akan bersiap-siap untuk kepulanganku!"
"Baik Tuan Muda, siap laksanakan!" seru Segara.
"Okay." Alexi menggulung lukisan di tangannya dan segera pergi dari ruangan itu untuk kembali ke kamarnya dengan membawa lukisan yang dibuat oleh Zike.
"Exa pasti sudah lama menungguku," gumam Alexi dalam hati sambil terus melangkah, "Tak kusangka kau sangat pandai melukis dan kau bahkan melukisku dengan rinci sekali. Zike, di mana kau sebenarnya? aku sungguh rindu padamu."
...®®®®®®®®®®...
Pada hari kepulangannya ke Sekte Sanca Perak Alexi berpamitan kepada seluruh pengurus penginapan Cheng Feng Alexi beserta seluruh rombongan dari sekte Sanca Perak bersiap meninggalkan tempat yang menjadi kenangan bagi sang tuan muda dari sekte Sanca Perak.
Alexi berjalan dengan gagah dan elegan menuju ke sebuah mobil Buggati Veyron dengan Thomas yang telah menunggunya.
Sebelum masuk ke dalam mobilnya, Alexi mendekati Ah Liong yang berdiri di barisan paling depan memimpin para pelayan lainnya, laki-laki yang usianya lima tahun lebih tua dari Alexi itu terlihat sedih. Selain Zike yang paling menaruh perhatian kepada Alexi, Ah Liong lah yang setia mengurusi segala keperluan Alexi, selama pemuda itu tinggal di penginapan tempatnya bekerja dan dirinya tak pernah menyangka jika tempat itu akan dimiliki oleh salah satu tamu yang ternyata adalah seorang Tuan Muda dari keluarga kaya raya dan terhormat yang juga merupakan keluarga Wira Praja sang penguasa kota Wu Shang saat ini.
Alexi nampaknya cukup mempercayai laki-laki itu, ia bahkan telah mengangkatnya menjadi seorang manager di sana, segala urusan tentang penginapan ia serahkan sepenuhnya kepada Ah Liong.
"Kakak Liong!" panggil Alexi.
"Tu ... Tuan, Tuan Muda mem memanggil saya bagaimana?" Ah Liong merasa tak percaya dengan pendengarannya.
"Kakaaak!" seru Alexi lagi sambil tersenyum.
"Tuan Muda, memanggil saya Kakak?" Ah Liong tertegun.
"Kau adalah Kakakku sekarang, apakah Kak Liong tidak suka jika aku memanggilmu Kakak?" tanya Alexi.
"Oh, Tuan Muda! saya ... saya." Ah Liong merasa sangat gugup.
"Panggil aku Adik!" pinta Alexi.
"Tapi ... tapi." Ah Liong merasa gugup.
"Tak ada tetapi, aku ingin Kakak Liong memanggilku Adik." Alexi tersenyum.
"Baik, baiklah Tu eh Adik," ucap Ah Liong.
"Kakak, aku percayakan semua yang ada di sini padamu. Aku akan sering kemari jika ada waktu," ucap Alexi sambil memegangi kedua bahu Ah Liong.
"Baik, baiklah!" kata Ah Liong seraya menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Okay, jaga diri Kakak baik-baik, terima kasih atas perhatian Kak Liong selama ini kepada Alexi." Alexi menyilangkan tangan kanannya tanda memberi penghormatan.
"Jangan lupa, sampaikan salamku kepada Tuan Kusuma Jaya. Aku tidak sempat berpamitan kepadanya," kata Alexi lagi. Ah Liong menganggukan kepalanya.
"Kalian semua, kami pamit. Jaga diri kalian baik-baik!" seru Alexi kepada semua pengurus dan pelayan penginapan Maple Jingga sambil membungkuk hormat diikuti oleh para pengawalnya.
"Silahkan, Tuan Muda ... kami semua akan menjaga kepercayaan Tuan Muda," ucap para Pelayan. Alexi menganggukan kepalanya sambil tesenyum.
Hari itu juga Alexi dan rombongannya kembali ke Sekte Sanca Perak, meski ada rasa was-was di dalam hatinya, namun Alexi harus bersikap sebagai seorang ksatria, ia akan mempertanggung-jawabkan atas semua perbuatannya yang telah melanggar aturan dari ayahnya.
...Di Sekte Sanca Perak ......
Diah Ningsih berjalan mondar-mandir dengan gelisah di pelataran mansion kediamannya, wanita itu baru saja mendapat kabar dari Alexa tentang anak lelaki kesayangannya yang meninggalkan rumah sejak satu bulan lalu.
"Nyonya, Ketua Kedua meminta Nyonya untuk menyambut kedatangan Tuan Muda di ruang pertemuan," kata seorang pelayan wanita. "Tuan Muda baru saja tiba."
"Benarkah? akhirnya putra kesayanganku kembali!" Diah Ningsih sangat gembira.
"Baiklah, aku akan ke sana sekarang juga," sahut Diah Ningsih. Wanita yang telah memendam perasaan rindu yang teramat sangat itu segera bergegas ke tempat yang dimaksud oleh pelayannya.
Di aula pertemuan terlihat Nata Praja berdiri mendampingi seorang pria tua bertubuh tinggi besar dengan jenggot dan rambut yang sebagian telah memutih. Pria tua itu nampak sangat gelisah, sesekali ia mengelus jenggotnya sambil mendesah berat.
"Ayah, mohon tenanglah!" ujar Nata Praja yang melihat kegelisahan Ki Surya Praja ayahnya.
"Mengapa bocah itu lama sekali?!" tanya Ki Surya Praja, penglihatannya terus mengawasi ke arah pintu dengan pandangan mata yang dipertajam.
"Tunggulah sebentar Ayah, mereka sudah sampai di halaman utama," jawab Nata Praja. Sesungguhnya, ia sendiripun sudah sangat ingin bertemu dengan anak lelaki satu-satunya itu.
"Ingat Nata! jangan kau ungkit dahulu tentang rencana konyolmu itu, biarkan dia tenang selama beberapa hari tanpa harus memikirkan hal yang membuatnya tak nyaman!" Ki Surya Praja mengingatkan, kakek tua itu tak ingin cucunya menjadi sedih dan melarikan diri lagi.
"Baiklah, Ayah!" ucap Nata Praja. Ia memang sangat menghormati ayahnya.
Ki Surya Praja menganggukan kepalanya, baginya kebahagiaan Alexi adalah segalanya, bahkan jika ia sering bertengkar dengan Nata Praja anaknya pun ia lakoni, semua demi Alexi cucu kesayangannya, tumpuan harapan penerus sekte yang telah ia bina selama puluhan tahun.
Alexi berjalan perlahan memasuki ruang utama mansion dengan Alexa yang terus menggamit lengannya, Alexa sangat khawatir jika ayah mereka akan langsung murka begitu melihat kedatangan Alexi. Gadis itu telah bertekad akan membela kakaknya, ia bahkan sangat rela jika harus menjadi tameng hidup bagi kakaknya itu.
"Salam Kakek, salam Ayah!" sapa Alexi dan Alexa bersamaan.
"Alexi, cucuku!" seru Ki Surya Praja menyongsong kedatangan Alexi dengan senyum cerahnya.
"Kakek," sapa Alexi seraya membungkukan badannya sebagai penghormatan.
"Hhmm, akhirnya kau tau pulang juga anak bengal!" seru Nata Praja.
"Diam kau, Nata! begitukah caramu menyambut anakmu sendiri?!!" bentak Ki Surya Praja dengan mata mendelik ke arah anaknya.
Alexi hanya menunduk dan sedih atas sikap ayahnya. "Ayah mungkin masih marah." bisik hati Alexi.
Tiba-tiba Alexi berlutut dan berseru. "Maafkan aku, Ayah! aku telah membuatmu khawatir."
"Aku tidak mengkhawatirkanmu sama sekali, kau sudah besar dan aku yakin kau baik-baik saja," kata Nata Praja dengan nada dingin.
"Oh, jadi Ayah tak khawatir padaku." Alexi berucap lirih dengan nada kecewa.
"Anak bengal sepertimu, apanya yang harus aku khawatirkan!" kata Nata Praja seraya membuang mukanya ke arah samping. Ada kelegaan terselip di dalam hatinya setelah melihat puteranya baik-baik saja, namun Nata Praja adalah orang yang tinggi hati dan enggan menunjukan kepeduliannya, meski sejujurnya iapun sangat ingin memeluk anaknya.
"Kak, kau baik-baik saja kan?" tanya Alexa berbisik di samping Alexi.
"Mhh, aku tak apa-apa," jawab Alexi lirih.
Ki Surya Praja mendesah sekali lagi melihat sikap Nata Praja kepada anaknya, lelaki tua itu berjalan mendekati Alexi dan meraih kedua bahu Alexi dan membimbingnya untuk berdiri.
"Alexi cucuku, biar Kakek melihatmu lebih dekat!" seru Ki Surya Praja. Kakek tua itu lalu memeluk cucu lelakinya dengan segenap rasa rindunya. "Syukurlah kau baik-baik saja."
"Kakeek." Alexi menyambut pelukan sang kakek. "Ya Kek, aku baik-baik saja."
"Alexi, kau membuat Kakek sangat cemas," kata Ki Surya Praja. "Lain kali, jangan melakukan hal seperti ini lagi!"
"Baiklah Kek, bagaimana kabar Kakek?" tanya Alexi.
"Tentu saja Kakekmu jadi sakit akibat memikirkanmu, apa kau puas dengan kelakuanmu itu?!" Nata Praja berkata dengan nada agak tinggi.
Alexi beringsut menghadap ke arah ayahnya, ia segera berlutut kembali di atas karpet. Meski hatinya sangat menolak, namun ia tetap harus berlaku hormat kepada pria yang kerap menyiksanya bagai tanpa belas kasih itu.
"Ayah, aku sudah pulang sekarang ... maafkan aku, Ayah!" ucap Alexi sambil menunduk.
"Dasar anak bengal! kau pikir Ayahmu ini seorang pemaaf yang bisa dengan mudah kau luluhkan hanya dengan kata permintaan maaf darimu?!" bentak Nata Praja. Lelaki itu mendekati Alexi dan mencengkeram rahangnya dengan kasar.
Keduanya bertatapan dengan pandangan bagai bermusuhan.
"Ayah, tolong ampuni Kakak! jangan hukum Kakakku!" Alexa tiba-tiba ikut berlutut. Gadis itu memegangi tangan ayahnya.
"Minggir Exa!" bentak Nata Praja.
"Ayah, aku mohon jangan Ayah apa-apakan Kakakku!" Alexa mulai menangis. "Ayah sudah berjanji padaku, untuk tidak membuat Kakakku sedih lagi."
"Nata, jaga ucapanmu! dia adalah cucuku, kalau kau berani segorespun melukainya, maka kau juga tak akan segan-segan menghukummu!" bentak Ki Surya Praja.
"Ayah, kau selalu membelanya, lihatlah! dia menjadi sangat manja dan bermalas-malasan akibat perlakuan Ayah kepadanya yang berlebihan itu!" seru Nata Praja. Nata Praja dengan kasar melepaskan cengkeramannya hingga Alexi jatuh terduduk.
"Dan kau! apa kau pikir dengan caramu yang sangat keterlaluan itu bisa membuatnya menjadi lelaki impianmu?!" tanya Ki Surya Praja.
"Dia akan lebih membencimu akibat kekerasan demi kekerasan yang kau lakukan padanya, Alexiku adalah anak yang sangat lembut, dia tidak bisa dibentuk dengan baik dengan cara yang demikin Nata!!" Ki Surya Praja berkata dengan nada tinggi.
Keduanya terus berdebat dengan cukup sengit, dengan kedua telapak tangannya Alexi menutup kedua telinganya karena merasa tidak tahan mendengarkan pertengkaran ayah dan kakeknya. Rasa sesak menjalari dadanya sikap kasar Nata Praja atas dirinya, Alexi sungguh sangat kecewa atas sikap ayahnya.
"Jika tahu begini, aku benar-benar takan pulang!" ucap Alexi dalam hati. "Kembalipun tak ada gunanya."
"Kakak!" seru Alexa setengah berlari menghampiri sang kakak dan memeluknya.
"Exa, bukankah lebih baik aku tidak pulang?" tanya Alexi sambil berurai air mata.
"Kaaak." Alexa ikut menangis dan mempererat pelukannya.
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Xiao Se
Bagus nih bakal seru keknya
2022-07-10
1
Permata Bulan
next up thor👍
2022-01-08
1
Gembelnya NT
Makasiiih, kamu baik deh 😊😊
2022-01-07
0