Nestin semakin cemas karena Zike masih saja larut dalam pikirannya. Ekspresi wajah gadis itu tampak datar dan menjadi menakutkan bagi Nestin sahabatnya.
"Zain Kamilaaa!"
"Eh, eh iya! Ada apa?" Zike merasa sangat terkejut hingga mengusap dadanya berulang-ulang, karena detak jantungnya menjadi cukup kacau.
"Lu kenapa melamun, siiih?" bertanya Nestin. "Gue udah takut banget tadi!"
Dia benar-benar baru tersadar dari pikirannya yang terus dibayangi wajah tampan Alexi. "Oohh, itu tadi gue ...."
"Gue kira tadi lu kesambet dhemit, tau gak?" seru Nestin sambil memukul bahu Zike.
"Aawwhh!" Zike terpekik sambil mengusap bahunya yang sedikit terasa nyeri.
"Lu sengaja mau ngerjain gue, yak?" bertanya Nestin seraya kembali ke tempat duduknya.
"Eh, kagak kok. Suweeerr!" jawab Zike sambil mengangkat tangan kanannya dan mengacungkan dua jari membentuk huruf V.
"Lain kali, lu jangan melamun kek gitu lagi!"
"Oh iya, iyaaaa ... gue janji!"
"Beneran loh, ya?"
"Mmhh." Zike menganggukan kepalanya.
Mereka berdua kemudian tak banyak bicara lagi sampai larut malam. Zike tetap setia menemani Nestin belajar hingga tubuh lelahnya terkulai di tempat itu dan mulai menjelajahi alam mimpi. Zzzzzz ....
Satu minggu telah berlalu, Alexi tidak juga menemukan Zike. Akhirnya dengan sangat terpaksa dia mengiyakan ajakan Alexa untuk kembali secepatnya ke Sekte Sanca Perak.
Para pelayan penginapan berdiri berderet di lantai bawah, mereka semua tak berani menatap langsung kepada Alexi, mereka semua menunduk dengan hormat kepada seorang anak muda pendatang yang kini menjadi boss utama bagi mereka semua,
Sekarang, penginapan Cheng Feng tempat mereka bekerja sudah menjadi milik Alexi. Bukan saja penginapan Cheng Feng itu saja, akan tetapi juga ke dua belas anak cabangnya juga telah dibeli oleh Alexi. Tuan muda Sekte Sanca Perak itu melakukannya demi membalas dendam kepada Meilia yang telah bertindak semena-mena kepada kekasih hatinya.
"Tuan Muda, apakah Anda tidak berniat mengganti nama penginapan ini?" tanya Segara sambil mengikuti tuan mudanya yang saat ini memilih berjalan-jalan untuk melihat-lihat keadaan penginapan yang telah menjadi miliknya itu.
"Mengganti nama?" Alexi balik bertanya.
"Eehh, barangkali Tuan Muda ingin mengadakan perubahan pada nama, tatanan atau apa saja yang tidak berkenan di hati Tuan Muda." Segara hanya sekadar mengusulkan.
"Merubah nama? Boleh juga. Aku bisa menggabungkan namaku dan namanya menjadi sebuah nama yang bagus," gumam Alexi dalam hati.
"Zike, siapa nama lengkapnya?" tanya Alexi dalam hati.
"Aahh sial! Mengapa aku sampai lupa menanyakan nama lengkap itu padanya?" Alexi baru menyadari kebodohannya. Dia bahkan tidak pernah bertanya dari mana gadis itu berasal.
"Segara! Tolong kau panggilkan Ah Liong!" perintahnya pada Segara.
"Baiklah, Tuan Muda!" Segara segera beranjak untuk memanggil Ah Liong. Pemuda itu memang tak pernah membantah apa pun perintah Alexi.
Alexi menunggu Segara di sebuah ruangan besar tempat biasanya digunakan untuk ruang perjamuan, resepsi atau acara besar lainnya. Pada dinding-dinding ruangan tersebut dipenuhi oleh beberapa lukisan yang menurut Alexi sangat menganggu pandangan matanya. Dia memang tak menyukai lukisan ataupun kerajinan apa pun.
"Tidak menarik!" gumam Alexi sambil menggelengkan kepala. "Sebaiknya, singkirkan saja mereka semua dari dinding ini."
Alexi lalu mengamati sebuah lukisan yang tampak masih baru. Mata cantiknya meneliti dengan seksama gambar daun-daun maple berwarna jingga kemerahan yang sengaja dibuat bagaikan dalam musim gugur. Gambar dedaunan itu berserakan di sekitar pangkal batang pohon maple yang berkulit cokelat tua. Lukisan tangan tersebut terlihat begitu alami dan hidup. Hal itu menandakan kemampuan dari sang pembuat yang sudah cukup ahli di bidang seni lukis.
"Hanya lukisan daun-daun seperti ini saja, mengapa terlihat sangat menarik?" Alexi membatin, lalu matanya menangkap sebuah tag nama di bawah tanda tangan sang pelukis.
"Zain Kamila, hmm ... nama yang bagus. Jadi, pelukisnya adalah seorang wanita," gumam Alexi sambil mengelus dagunya dan manggut-manggut sendiri.
"Daun maple yang indah. Sepertinya si pelukis sangat menyukai pemandangan seperti ini," ujar Alexi dalam hati. "Tapi sayangnya, aku tak menyukai lukisan."
"Lalu ini?" Alexi meneliti sebuah gambar sulaman pada kain dasar berwarna hitam yang dibingkai dengan sebuah figura berkaca berukuran cukup besar, hampir setengah tingginya dari tubuh Alexi.
"Cantiknya,ibu pasti suka dengan sulaman bunga-bunga ini." Alexi teringat sang ibu yang sangat menyukai sulaman. "Yang ini akan aku bawa pulang untuk ibu."
Alexi kemudian menerawang ke seluruh bagian ruangan besar tersebut dan tiba-tiba dia teringat pada Kusuma Jaya. Jujur saja di dalam hatinya, Alexi sungguh tidak tega serta merasa perbuatannya itu sudah keterlaluan. Bagaimanapun juga, ada seuntai penyesalan atas tindakannya itu. Namun, Alexi sudah terlanjur mengatakan di hadapan banyak orang jika ia akan membeli seluruh penginapan milik keluarga Meilia yang telah menghina dan mengusir Zike kekasihnya itu.
Bagaimanapun, Alexi juga memiliki rasa ego yang tinggi demi menjaga image dan reputasinya sebagai seorang tuan muda dari sebuah sekte terkenal dan cukup ditakuti di kalangan para ahli bela diri.
"Apakah aku terlalu kejam kepada paman guru? Aku telah merampas usahanya selama lima tahun ini dengan tanpa perasaan. Hanya karena satu kesalahan anaknya," gumam Alexi masih dalam hati.
"Paman, maafkan aku!" bisik Alexi dalam hati.
"Tuan Muda, saya sudah membawa Ah Liong." Segara berkata sambil menghormat, meskipun posisinya di belakang Alexi yang masih termangu memandangi sulaman bunga yang sangat indah itu.
"Tuan Muda!" panggil Segara sekali lagi.
"Eehh, Se-Segara!" Alexi tergagap karena terkejut dan segera membalikan badannya. Segara bersama Ah Liong berdiri sambil menundukan wajahnya.
"Segara, kau mengagetkan aku saja!" Alexi terlihat sedikit merasa kesal.
"Maafkan aku, Tuan Muda saja yang tidak mendengarkan aku. Sejak tadi Anda melamun saja," sahut Segara dengan suara tenang.
"Yah sudahlah. Ah Liong, kemarilah!" pinta Alexi agar Ah Liong mendekat padanya.
"Salam, Tuan Muda. Adakah yang ingin Anda tanyakan atau ada yang Anda butuhkan dari saya?" bertanya Ah Liong dengan sikap hormat.
"Ya, langsung saja. Emmh ... aku ingin bertanya padamu." Alexi berjalan mendekati Ah Liong dan berbisik, "Jawab aku, jangan sampai Segara mendengar apa yang akan aku tanyakan."
"Tu-Tuan, Tuan Muda ingin menanyakan tentang apa? Saya akan jawab selama itu adalah hal yang saya ketahui." Ah Liong berkata dengan perasaan salah tingkah. Wajah Alexi yang tampan nan cantik begitu dekat dengannya. Dia bahkan bisa merasakan hangat hembusan napas Alexi yang berderuan di dekat telinga kirinya.
"Aku hanya ingin bertanya ... siapakah nama lengkap Zike?" bertanya Alexi masih berbisik.
"Jadi, Tuan Muda belum tahu nama lengkapnya?" Ah Liong balik bertanya dengan heran.
"Tinggal kau jawab saja! Mengapa malah balik bertanya?" Alexi berkata dengan nada kesal.
"Oh, maaf! Maafkan saya, Tuan Muda." Ah Liong menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya. "Zike itu adalah singkatan dari nama aslinya, yaitu Zain Kamila."
"Apa?" Alexi tanpa sadar terpekik hingga membuat Segara yang sejak tadi hanya diam saja melihat kedua orang di hadapannya tengah berbisik-bisik itu menjadi kaget.
"Tuan Muda, ada apa?" Segara bertanya dengan wajah cemas. Dia tidak ingin terjadi hal apa pun kepada tuannya itu.
"Zain Kamila itu bukankah gadis yang disukai oleh Tuan Muda?" tanya Segara dalam hati. Mata Segara beralih menatap Ah Liong. Dia khawatir jika laki-laki itu telah mengatakan hal yang tidak baik dan membuat Alexi terkejut.
"Kau! Apa yang telah kau katakan kepada tuan mudaku? Lihat! Tuan muda menjadi sangat terkejut!" Segara membentak kepada Ah Liong dengan nada marah seraya bergerak mencengkeram kerah baju Ah Liong dengan kasar.
"Apa yang terjadi dengan gadis itu?" Segara menjadi gusar dan khawatir jika gadis yang dicintai oleh tuan mudanya telah mengalami hal yang buruk.
"Tidak ada! Sungguh, saya tidak mengatakan apa-apa!" Ah Liong mulai ketakutan.
"Tidak Segara, aku tidak apa-apa. Kau tenanglah!" ujar Alexi seraya memberi isyarat kepada Segara untuk melepaskan Ah Liong.
"Mengapa Tuan Muda seperti sangat terkejut tadi?" tanya Segara masih penasaran.
Ah Liong menggelengkan kepalanya. "Saya sungguh tidak tahu, sejak dia pergi dari sini tak ada satu pun yang mendengar beritanya lagi."
"Segara, kau jangan khawatir! Tidak terjadi apa-apa. Tadi, aku hanya menanyakan nama lengkap Zike saja." ujar Alexi, lalu berkata, "Jujur saja, selama ini aku memang belum tahu nama lengkapnya."
"Namanya adalah Zain Kamila. Jadi Tuan Muda selama ini, bahkan tidak mengetahuinya?" tanya Segara lagi-lagi merasa heran.
"Mmhh." Alexi mengangguk. "Eh, Segara. Dari mana kau tahu namanya adalah Zain Kamila?"
"Meilia yang mengatakannya, Tuan Muda," jawab Segara tanpa ragu.
"Oh!" Alexi kini berbalik dan kembali menatap lukisan daun maple. "Jadi dia ituuuu ...."
"Apa yang terjadi dengan gadis itu, Tuan Muda?" tanya Segara dia merasa khawatir, jika gadis yang dicintai oleh tuan mudanya telah mengalami sesuatu yang kurang baik.
"Tidak ada, bukankah kita belum mendapatkan kabar apa pun tentangnya?" Alexi balik bertanya.
"Ah Liong!" panggil Alexi.
"Apakah lukisan ini, dia juga yang membuatnya?" tanya Alexi sambil memperlihatkan
Ah Liong dan Segara ikut melihat lukisan yang dimaksudkan oleh Alexi. Mereka merasa kagum dengan lukisan sederhana namun dibuat dengan sepenuh hati itu.
"Benar, Tuan Muda. Lukisan ini memang buah tangan Zike," jawab Ah Liong. "Dia memang sangat berbakat. Dan bukan itu saja hasil karyanya."
"Masih ada lagikah?" Alexi terlihat sangat antusias. "Ambilkan semua, apa pun buatannya!"
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Xiao Se
Slalu suka mak bai, meski agak bingung ini
2022-07-10
1
Xiao Se
Hilih kamu
2022-07-10
1