"Kamu becanda sayang?" tanya Jennie Liu.
"Jessey serius lah, Maa!"
"Jadi, anak mama ini sedang jatuh cinta?" Jennie Liu bertanya sembari menatap dalam-dalam wajah putera semata wayangnya yang memerah hingga ke telinga.
"Apa itu Vania?" tanya Jennie Liu.
Jessey Liu kaget dan tampak sangat tak suka saat mendengar nama Vania. Pemuda itu bangkit dari atas pangkuan ibunya dengan wajah masam. "Bukan dia! Jessey kan udah bilang kalo Jessey tak suka padanya!" jawab Jessey Liu dengan nada kesal.
"Jadi, bukan Vania. Lalu siapa?" Jennie Liu mengernyitkan dahinya.
"Dia ...."
Jessey Liu teringat akan seorang gadis yang terlihat sama sekali tak mengacuhkannya. Seorang gadis cantik dengan sikap cuek bagai tak melirik sedikit pun pada pria muda pujaan para wanita itu. Lalu, bagaimana dirinya akan memperkenalkan Zike kepada sang ibu?
Jelas ini bukan masalah kecil, tapi untuk memulainya Jessey Liu bahkan bagai tak punya nyali. Terkadang Jessey Liu merasa bahwa semua yang dia miliki sama sekali tak ada artinya di mata seorang gadis bernama lengkap Zain Kamila itu.
Kurang apa sih dirinya?
Semua hampir sempurna.
Soal kekayaan?
Jangan ditanya lagi. Jennie Liu ibunya memiliki sebuah perusahaan garmen besar dan beberapa buah hotel berbintang yang kini dikelolanya.
Soal wajah?
Dia memiliki wajah yang bagai tak ada celanya.
Soal ketenaran?
Aahh! Siapa sih di daerah itu yang tidak tahu tentang tuan muda sekte besar seperti Sekte Elang Emas? Seorang praktisi bela diri yang telah berhasil menggetarkan ring pertandingan. Bahkan dia telah mampu mencapai kultivasi ranah langit tahap keenam di usia belianya ini.
Seorang Jessey Liu dengan sebilah Pedang Pencabik Langit-nya telah memenangkan duel adu ketangkasan bermain pedang dengan para praktisi pedang dari berbagai kota dan daerah. Hampir seratus tiga puluh kali pertandingan yang dia menangkan. Tapi untuk urusan wanita, Jessey Liu merasa sungguh sangat pengecut.
Jessey Liu lalu menggenggam tangan Jennie Liu. Telapak tangannya sendiri terasa dingin dan basah akibat perasaan yang tertekan dan selalu resah selama beberapa waktu terakhir ini.
"Ma, Jessey belum bisa mengenalkannya pada Mama sementara waktu ini. Dia ... dia bahkan belum tahu perasaan Jessey padanya," ucapnya dengan nada lirih.
"Lah, kok bisa gitu sih? Trus, kenapa kamu bilang pengen nikah?" Jennie Liu menepuk dahinya sendiri karena heran.
"Jessey kan baru lagi mau pedekate lah Maaa! Jessey minta ijin dulu ke Mama gitu, biar Mama nanti gak kaget," ujar Jessey Liu.
"Pokoknya, Jessey gak mau nikah sama Vania, titik!" sambungnya dengan nada tegas.
"Mama ngerti kok sayang. Mama cuma pengen anak kesayangan mama yang ganteng ini bahagia dengan caranya sendiri," ujar Jennie Liu.
"Bener Ma?" Mata Jessey Liu berbinar.
"Iya lah, sayaaang," jawab Jennie Liu sambil tersenyum lembut.
"Termasuk, bagaimana kalau ...." Jessey Liu merasa tidak tega mengatakannya.
"Apa?"
"Termasuk ... dengan kemungkinan terburuknya," jawab Jessey Liu sambil tertunduk.
"Bilang aja sayang," Jennie Liu semakin penasaran.
"Ma ...." Jessey Liu merasa ragu.
"Mmhh?"
"Mama, eh ... apa Mama gak akan marah ke Jessey?"
Jennie Liu menatap anaknya dengan rasa penasaran. "Katakan terus terang, sayang!"
"Kalau mungkin Jessey berhasil mendapatkan hatinya. Maka, anakmu ini harus mengikuti keyakinannya. Bagaimana Ma?" tanya Jessey Liu lirih sambil meremas bantal kecil di atas pangkuannya.
Jennie Liu sangat terkejut dengan ucapan anaknya. Sebagai seorang penganut keyakinan yang taat pada keyakinan yang dianutnya saat ini, tentu saja ia merasa tak rela. Jujur saja dalam hatinya merasa sangat kecewa dan ingin marah, karena ternyata gadis pujaan puteranya itu berbeda keyakinan dengan keyakinan mereka saat ini. Namun, di sisi lain. Sebagai seorang ibu yang sangat menyayangi anak semata wayangnya, tentu dia tak akan tega jika melihat anaknya kecewa. Jennie Liu mendesah berat, beraaat sekali rasanya.
"Jessey, apa pun keputusanmu nanti, meski mama mungkin berat hati ...."
Jennie Liu mengangkat dagu Jessey Liu yang tertunduk. Ditatapnya mata anak lelaki satu-satunya itu dengan perasaan kasih sayangnya. Jennie Liu sadar bahwa bocah kecilnya kini telah beranjak dewasa.
"Mama hanya berharap kamu bahagia dengan caramu sendiri. Jika kau suka maka lakukanlah!" ujar Jennie Liu sambil tersenyum.
"Mamaaa!" Jessey Liu memeluk sang ibu. Tangisnya pecah seketika karena terharu.
"Terima kasih, Maaa!" ucap Jessey Liu disela-sela tangisnya.
Jennie Liu menganggukan kepala seraya menepuk-nepuk lembut bahu anak lelakinya, baginya kebahagiaan Jessey Liu adalah yang utama.
BASE CAMP DANGER DEATH
Malam itu, Zike benar-benar tak bisa tidur. Dia bergulingan di atas kasur dengan gelisah dan perasaan sedih. Sebuah kertas surat berwarna biru muda tengah dipeluknya sambil menangis sesenggukan. Gadis itu baru saja membaca sebuah kalimat yang tertera di atas kertas biru itu.
...'Lupakan aku, jangan tunggu aku lagi!'...
...~ Alexi Nata Praja ~...
Betapa hancur perasaan Zike saat ini. Tulisan itu benar-benar tulisan tangan Alexi sendiri, karena Zike sangat hapal tulisan kekasihnya itu. Hari itu dia menerima surat dari Alexi yang dikirimkan melalui salah seorang anak buah ayahnya.
"Aleee, aku tak percaya semua ini! mengapa kau tega sekali padaku?" Zike menangis sesenggukan.
"Semua janjimu bohong belaka! Aku benci kau Ale!" Zike memukuli bantal guling yang tengah dipeluknya
Zike menangis sendiri dalam kepiluan hatinya. Sudah hampir satu bulan Alexi tak ada kabarnya. Dan di setiap hari minggu Zike selalu menunggu kedatangan pria pujaan hatinya itu di tempat biasa mereka bertemu. Empat minggu sudah Alexi tidak pernah datang lagj ke sana. Dan hari ini, salah seorang anak buah ayah Alexi dari Sekte Sanca Perak mendatanginya dan memberikan surat itu.
Zike kini mengerti jika Alexi sudah tidak menginginkannya lagi. Cinta Alexi hanyalah semu belaka, semua janji manisnya hanyalah racun untuk membunuh dirinya. Di saat rasa sayang kepada pria tampan nan cantik itu tengah berada di puncaknya. Alexi tiba-tiba meminta untuk melupakannya. Zike merasa nasib asmaranya sungguh tragis.
"Alee, kalau itu maumu, maka aku tak akan bertanya lagi. Kau dan aku kini bebas, kita tak ada hubungan apapun lagi," ucap Zike dalam hatinya. Meski harus diakui bahwa dia masih sangat mencintai Alexi. Namun, dia pun tak berdaya sama sekali.
Siang harinya di Puncak Goblin. "Nona, tuan muda kami mengirimkan surat ini untuk Nona. Tuan muda juga berkata agar Nona tidak menunggunya di tempat ini lagi," kata pria pengirim surat itu.
"Tapi, ini ada masalah apa? Mengapa tiba-tiba Ale berbuat demikian padaku?" tanya Zike dengan mata berkaca-kaca sambil menerima surat itu dengan penuh tanda tanya.
"Saya tidak tahu apa-apa, Nona. Saya hanya menyampaikan pesan itu saja," jawab pria itu.
"Tolong katakan Tuan! Ada apa dengan Ale? Apa dia kenapa-napa?" tanya Zike dengan cemas.
"Maafkan saya, Nona! Saya tidak tahu apa pun. Saya hanya menjalankan perintah saja ... permisi Nona!" kata pria itu sambil berbalik dan meninggalkan Zike seorang diri berdiri di dekat sebuah pohon persik yang masih kecil.
Zike memandang kepergian pria itu dengan mata nanar. Dia masih sangat tak mengerti, ada apakah gerangan dengan Alexi kekasihnya itu. Zike tak bisa menahan air matanya. Disentuhnya batang pohon bunga persik yang masih lemah itu dengan perasaan hancur. Zike berucap lirih kepada batang persik yang belum menumbuhkan terlalu banyak bunga.
"Alzaka, mungkin aku takan datang ke sini lagi untuk melihatmu tumbuh besar dan menghasilkan ribuan kelopak bunga. Karena aku dan Alexi sudah berakhir." Zike mengusap air mata dengan menggunakan punggung tangannya sambil menahan isak yang tak kunjung mereda.
"Baik-baiklah kau tumbuh dan hasilkanlah bunga sebanyak yang kau bisa. Meski hati dan kisah kami berdua telah layu dan kering. Alzaka ... selamat tinggal!" ucap Zike sebagai salam perpisahan kepada pohon lambang cintanya dengan Alexi.
Sebelum Zike melangkah pergi, dikecupnya dengan lembut batang pohon persik berwarna hijau kecoklatan itu. Dengan langkah lemah Zike meninggalkan pohon bunga persik yang berayun perlahan diterpa oleh desiran angin. Pohon itu seakan tahu, akan perasaan gadis yang meninggalkannya dengan ratusan butir derai air mata.
...Bersambung...
...Mak Author kasih gambaran Alexi yang tampan nan cantik nih, semoga pada suka yaa 😁😁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Gembelnya NT
Yups betul 😂😂
2022-09-10
0
Tang Lian
Dai Wujiiiiii
2022-08-21
0
Tang Lian
🥺🥺🥺😳😳😳🥺🥺🥺
2022-08-21
0