"Angeeeel!" Meilia berteriak saat melihat sekelompok anak muda sedang berkumpul di bawah Stage.
"Zike itu Angel! Waaah ... alangkah tampannya diaa!" Meilia histeris sambil memegangi kedua pipinya sendiri dengan mata membesar.
"Zike, tungguuuu!" Meilia dan teman-temannya kaget saat melihat Zike yang sudah berlari dengan cepat ke arah Gitaris idolanya itu.
"Hai semuaa!" Zike menyapa para anak muda yang tengah berteduh di bawah Stage.
"Haaai!" jawab mereka kompak.
"Evil Grave?" tanya Zike, dia berdiri dengan wajah manis dan senyum terkembang serta kedua tangan disatukan di belakang pinggangnya.
"Yo iii, wah ada yang ngenalin kita juga rupanya," ujar salah seorang dari mereka.
"Boleh kenalan?" tanya Zike.
"Boleh doong!" ujar mereka kompak.
"Thanks yaa, aku Zike."
"Kami ...."
"Aku sudah tahu nama kalian masing-masing, jadi sudah gak perlu sebut nama lagi," ujar Zike.
Zike mendekati keempat anak muda itu untuk berjabatan tangan, mereka menyambut jabatan tangan Zike sambil tersenyum dan mengangguk ramah. Tentu saja dengan wajah dan penampilannya yang menarik itu para anggota Evil Grave terlihat sangat senang dengan kedatangan Zike.
"Mari duduk dengan kami! ,Kebetulan kami belum naik Stage," ujar Kevin sang Vokalis.
"Terima kasih," sahut Zike.
Zike tanpa segan langsung berbaur duduk dengan keempat pria gondrong yang salah satunya adalah seorang Bule blasteran yaitu sang Gitaris Angel Anderson. Mata Zike melirik malu-malu ke arah Angel Anderson yang berambut pirang, bermata biru, hidung mancung dan kulit putih bersih. Nampaknya Angel Anderson menyadari jika Zike selalu memperhatikannya.
Angel Anderson beringsut mendekati Zike dan duduk di sebelahnya, Zike menjadi panas dingin dibuatnya karena Gitaris idolanya kini begitu dekat dengannya. Wajah dan tubuh Zike berkeringat lebih deras disertai detak jantungnya menjadi berantakan. Gadis itu merasa senang dan juga gemetaran.
Angel Anderson melihat gadis itu tampak begitu grogi menghadapinya. Mau tak mau Angel Anderson tertawa geli dengan sikap Zike.
"Nice to meet you sweety." Angel Anderson bersikap ramah.
"Nice to meet you too." Zike menjawab dengan bibir bergetar.
"Sudah lama tahu tentang kami? Tak disangka banget ya, kalau ada cewek secantik ini menyukai musik kami," kata Angel Anderson.
"Ya, sejak album pertama Evil Grave," jawab Zike.
"Mmhh, bolehkah aku request lagu?" tanya Zike.
"Tentu boleh, lagu apa yang kamu inginkan? Kami siap!" ujar Kevin.
"Aku minta lagu Blood Of Death dan Budak Penguasa," jawab Zike.
"Woow! Kebetulan dua lagu itu memang sudah ada di list kami," sahut Deden sang drummer.
"Ah kok bisa ya?" Mata Zike berbinar membuat wajahnya semakin cantik menggemaskan.
"Kalau begitu terima kasih banyaaak!" Zike mengepalkan kedua tangannya tanda senang.
"Sama-sama," jawab Evil Grave kompak.
Mereka asyik berbincang sambil sesekali disertai canda tawa. Mereka bahkan ber-selfi ria dengan berbagai pose. Tampak sekali Zike dan Evil Grave sangat akrab meski mereka baru saja berkenalan. Sikap para anggota Evil Grave yang ramah ditambah dengan Zike yang supel dan ceria, membuat suasana sungguh menyenangkan.
"Zikeeee! sialan kamu yaaa!" Windy yang memiliki tubuh paling berisi datang dengan napas terengah-engah.
"Main ngacir lagi. Dasaaaar!" Meilia kesal bukan main.
"Mereka mencarimu?" tanya Kevin.
"Yaa, mereka teman-temanku," jawab Zike.
"Tolong, lindungi aku yang lemah ini wahai Tuan-Tuan!" kata Zike sambil menyembunyikan wajahnya. Dengan sengaja Zike bersembunyi dibalik punggung Angel Anderson guna menghindari amukan teman-temannya. Angel Anderson pun nampak senang sekali saat tahu dirinya dijadikan perisai oleh Zike.
Ketiga gadis cantik itu mendekati kelima anak muda yang masih berkumpul bersama. Namun, karena sikap ramah Evil Grave, akhirnya mereka lupa untuk membalas dendam pada Zike.
Alexi secara diam-diam mengawasi gerak-gerik Zike dari kejauhan. Entah mengapa hatinya merasa sangat tidak suka melihat Zike yang terlihat begitu dekat dengan Angel Anderson.
"Dia memang sangat tampan. Pantas saja jika Zike mengidolakannya." Alexi mendesah.
"Mengapa harus aku pikirkan?" Alexi heran dengan pemikirannya sendiri.
Alexi segera pergi dari tempatnya berdiri. Seksrang dia sendirian tanpa kawan satu pun. Perutnya terasa sangat lapar, karena hari memang sudah siang. Baru saja Alexi berjalan untuk mencari penjual makanan, langkahnya terhenti oleh pergerakan yang tertangkap oleh matanya.
"Itu di sana! Tadi aku melihatnya!" seru seseorang.
"Cepat kejar! Kita harus segera menemukannya!" sahut yang lainnya.
"Celaka! Mereka ke mari! Aku bisa ketahuan!" gumamnya dalam hati. Alexi melihat beberapa orang berpakaian serba hitam tampak sedang mencari sesuatu. Alexi berjalan cepat di antara para para penonton. Pemuda itu menyelinap dan mencari tempat bersembunyi. Para pria berseragam serba hitam tampak masih terus mencarinya, mereka berpencar.
"Kemana aku harus bersembunyi?" Alexi mulai panik.
Akhirnya, Alexi memilih untuk kabur saja dari tempat itu. Dia terus menyelinap di antara para penoton yang masih berdesakan. Alexi memutuskan untuk keluar dari Stadion dan segera menuju ke Parkiran untuk mengambil motor sport-nya. Kini dia melajuka tanpa arah tujuan yang pasti. Pemuda itu hanya ingin pergi sejauh-jauhnya dari para pencarinya itu.
Sementara itu, Zike bersama teman-temannya berada di Konser musik itu sampai acara selesai. Pada sore hari, mereka pulang ke tempatnya masing-masing. Zike segera menuju ke rumah kontrakan yang tak sebegitu jauh dari tempat dirinya bekerja.
Hari menjelang senja, Alexi melajukan motornya tanpa tujuan yang pasti Dia berniat mencari sebuah penginapan untuk tinggal sementara waktu sampai keadaannya pulih.
Alexi akhirnya sampai ke sebuah penginapan di sudut Kota Wu Shang. Penginapan itu cukup sederhana tak begitu mencolok dan arifnya juga cukup murah.
"Aku tinggal di sini saja selama beberapa hari. Penginapan kecil seperti ini takan menarik perhatian mereka," ujar Alexi dalam hati. Alexi memarkirkan sepeda motor gedenya di pelataran penginapan Chéng fēng yang tak seberapa luas. Dia segera memasuki penginapan itu.
^^^Chéng fēng : Maple Jingga^^^
Seorang pelayan pria segera menyambut tamu yang baru datang itu dengan sikap ramah.
"Silahkan Tuan! Tuan ingin menginap atau sekedar mampir untuk berkunjung saja?" tanya pelayan pria itu.
"Saya ingin menginap. Saya pesan sebuah kamar untuk satu bulan lamanya," jawab Alexi.
"Oh, sebentar Tuan. Saya akan mengecek terlebih dahulu apakah masih ada kamar yang Tuan inginkan," kata si pelayan.
Pelayan pria itu segera membuka sebuah buku yang mencatat daftar kamar dan para tamu yang datang untuk sekedar berkunjung saja atau tinggal di penginapan itu. Lalu berkata, "Kebetulan sekali Tuan. Masih ada satu di bagian lantai atas."
"Oh, baguslah." Alexi merasa lega.
"Baiklah Tuan, silahkan Tuan mengisi data anda di sini!" Pelayan pria itu menyodorkan sebuah buku tamu.
Alexi menerima buku itu dan segera mengisinya. Dia terpaksa harus menggunakan nama samaran, agar tidak diketahui oleh para pengawal ayahnya jika sewaktu-waktu mereka datang ke tempat itu.
"Mari silahkan! Saya akan tunjukan kamarnya, Tuan," kata si pelayan setelah selesai dengan semua urusan administrasi yang diberlakukan di Penginapan Chéng fēng itu. Alexi mengikuti pelayan pria itu menuju ke kamar yang akan ia tempati selama satu bulan lamanya. Setelah sampai dia segera masuk dan melihat-lihat seluruh ruangan kamar itu.
"Bagaimana, Tuan? Apakah anda menyukainya?" tanya Pelayan pria itu.
"Hmm, boleh juga, semuanya lumayan bagus, baiklah saya akan tinggal di sini," ujar Alexi.
"Baiklah Tuan, semoga anda kerasan tinggal di sini. Tuan juga bisa memesan makan dan minuman setiap hari. Kami siap melayani dan mengantarkannya kapan saja ke kamar ini," ujar Pelayan itu.
"Oh, okay nanti akan saya kabari jika saya membutuhkan apa-apa," ujar Alexi.
"Baiklah Tuan, selamat beristirahat!" Pelayan itu berpamitan.
Sepeninggalan pelayan penginapan itu dari kamarnya. Alexi segera meletakan tas bawaannya di atas meja. Pemuda itu lalu mengeluarkan beberapa bungkus roti sobek, dua botol air mineral dan sebungkus nasi beserta lauk pauk yang sempat dibelinya di sebuah warung yang ada di pinggir jalan.
Kini Alexi sendirian tanpa seorang pun teman dan kembali merasa sangat kesepian. Namun, hal seperti itu sudah terbiasa. Kali ini dia benar-benar tak berani kembali ke sektenya dalam keadaan wajah lebam seperti sekarang ini. Karena Nata Praja sang ayah pasti akan memarahinya habis-habisan dan kemungkinan dia kembali mendapat hukuman.
"Alangkah senangnya jika bisa mempunyai banyak teman. Seperti .... dia," gumam Alexi dalam hati dan kembali teringat gadis cantik yang begitu ceria dan terlihat sangat menggemaskan.
...Bersambung .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Tang Lian
bule mana ini
2022-08-27
0
Gembelnya NT
Buleee
2022-07-13
0
𝔸𝕥𝕥𝕒 ልዪሃልፕጎ
meleeleeehhhh....
𝙳𝚊𝚖𝚊𝚐𝚎 𝚗𝚢𝚊 𝚐𝚊𝚔 𝚗𝚐𝚞𝚊𝚝𝚒𝚗.... 🥰
2022-07-13
1