"Apa, Dir? Kita balik hari ini? Yang benar saja, ini baru hari kedua lho, bulan madu kita kan tiga hari, semua sudah dibayar oleh Papa. Dan ... tiket pesawat kita harusnya besok sore kan?" Haira menggerutu pada Dirga.
"Kalau kamu masih mau tinggal di sini ya terserah. Saya akan kembali hari ini. Dan ... saya kembali ke tempat tugasku, bukan ke tempatmu di Jakarta," sahut Dirga sambil memasukkan pakaian ke dalam koper miliknya.
"Kamu ... kenapa kamu tega padaku, Dir?" lirih Haira.
"Tega? Lalu apa namanya yang kulakukan pada Calya? Bukan sekadar tega, tapi jahat!" hentak Dirga.
"Aku juga istrimu, Dir!" celetuk Haira.
"Kamu harus sadar, bagaimanapun menjadi yang kedua itu tak bisa memilih apalagi memaksa," ujar Dirga.
Tak ada pilihan lain bagi Haira selain turut mengemasi barang-barangnya dan ikut bersama Dirga.
Taksi sudah membawa mereka ke Bandara Ngurah Rai. Mereka akan terbang dengan pesawat yang sama hingga Jakarta. Haira akan turun di sana, dan Dirga akan meneruskan perjalanan dengan pesawat lainnya ke kota tempat tugasnya.
"Telepon aku setelah kamu sampai, Dir ...." ucap Haira pada Dirga setelah mereka turun di bandara Jakarta.
Dirga tak menjawab. Roman wajahnya tetap datar hingga Haira berlalu menuju pintu keluar. Sementara Dirga kembali menuju ruang tunggu bandara untuk penerbangan selanjutnya.
***
Tok ... tok ... tok ....
Pintu rumah Calya terketuk. Calya berlalu membuka pintu.
"Ya ampun, Pak Praba ... kok baru datang? Ini kan sudah hampir jam tiga sore," sambut Calya.
"Iya maaf, tadi pekerjaan saya banyak sekali. Maklum, Dirga belum kembali, jadi semua harus saya tangani sendiri," sahut Praba.
"Oh ... saya kira Pak Praba lupa janji untuk pulang mencicipi sup ayam buatan saya. Terus ... Pak Praba sudah makan belum?" tanya Calya.
"Ya belum. Jangankan untuk makan, bernapas saja kayak tak ada waktu lantaran menumpuknya pekerjaan. Emm ... saya tidak mungkinlah melupakan janji pada Bu Dirga. Jujur saja ... sup ayam itu selalu terbayang-bayang saat saya bekerja tadi," gumam Praba.
Calya dan Praba terkekeh bersama.
"Ya sudah, mari masuk. Pak Praba makan di sini saja ya. Kasihan kalau makan di rumah, nanti Pak Praba mesti cuci piring lagi padahal masih lelah," ucap Calya sambil mempersilahkan Praba ikut dengannya ke dapur.
Setelah Praba duduk di kursi makan, Calya mulai menyiapkan peralatan makan untuk Praba. Sup ayam itu sudah tersaji di meja. Praba pun mulai menyendokkan makanan itu ke piringnya dan mulai menikmatinya.
"Bagaimana enak tidak, Pak?" tanya Calya.
"Hmm ... gimana ya? Apa saya harus jujur?" balas Praba.
"Ya harus dong," ujar Calya.
"Tapi Bu Dirga tidak boleh marah lho ...."
"Ya tidaklah. Justru kalau memang ada yang harus dikoreksi ya saya akan lebih senang lagi, supaya besok-besok rasa masakan ini lebih sempurna," sahut Calya.
"Oke ... menurut saya ... Bu Dirga sudah bisa buka warteg," gumam Praba.
"Maksudnya?" tanya Calya.
"Ya karena rasa masakan ini enak, jadi Bu Dirga sudah bisa buka warteg," ucap Praba.
"Kok warteg sih, Pak. Kerenan sedikit dong, rumah makan apa restoran begitu ...." gerutu Calya.
"Hum ... jangan ngambek dong. Iya deh, nanti kita joint untuk buka restoran bersama. Bu Dirga kokinya, saya pelayannya," ujar Praba.
Mendengar perkataan Praba, sontak Calya tergelitik dan tertawa terbahak-bahak. Begitupun Praba yang juga geli dengan ucapannya sendiri.
"Calya?! Praba?!"
Sebuah suara tiba-tiba bergema, mengagetkan Calya dan Praba. Seketika mereka menoleh pada sosok yang baru datang itu. Saat itu juga mata Calya terbelalak, menatap lekat wajah pria yang dikenalinya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Mela Rosmela
syukurin.. dirga!!
2020-07-26
1
N. Indah
semangat mbk darreloffa 🤗 sehat selalu yaa..
2020-04-11
0
Sri Kartini
hem hem..bingung komen semoga gak salah paham
2020-04-11
0